Stres Akibat Pandemi Bikin Siklus Haid Berantakan

Meningkatnya stres selama pandemi Covid-19 picu ketidakteraturan siklus haid.

Perempuan mencatat siklus haidnya (ilustrasi). Di Twitter, sejumlah perempuan menceritakan perubahan terkait menstruasi usai menjalani vaksinasi Covid-19.
Rep: Farah Noersativa Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Peningkatan stres selama pandemi Covid-19 telah menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi. Peneliti di Northwestern Medicine mempublikasikan temuan mereka tersebut di Journal of Women's Health.

Dikutip dari Times Now News, Selasa (19/10), temuan itu merupakan studi Amerika Serikat (AS) pertama yang mengevaluasi dampak stres pada siklus haid. Studi ini mensurvei lebih dari 200 perempuan dan mereka yang mengalami menstruasi di AS antara Juli hingga Agustus 2020.

Para peneliti melakukan survei tersebut guna memahami bagaimana stres selama pandemi Covid-19 memengaruhi siklus menstruasi. Hasilnya, lebih dari setengah atau sebanyak 54 persen individu dalam penelitian ini mengalami perubahan siklus menstruasi setelah dimulainya pandemi Covid-19 pada Maret 2020.

Individu yang mengalami tingkat stres yang lebih tinggi selama pandemi Covid-19 lebih mungkin mengalami perdarahan menstruasi yang lebih banyak. Durasi menstruasi mereka pun lebih lama. Hal itu dibandingkan dengan individu dengan tingkat stres sedang, menurut penelitian tersebut.

Penulis penelitian menyebut, studi ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana pandemi Covid-19 berdampak pada kesehatan mental dan reproduksi wanita. Mereka mengetahui stres tambahan dapat berdampak negatif pada kesehatan dan kesejahteraan manusia secara keseluruhan.

"Tetapi, bagi perempuan dan perempuan yang sedang menstruasi, stres juga dapat mengganggu pola siklus menstruasi normal dan kesehatan reproduksi secara keseluruhan," kata asisten profesor peneliti, dan penulis korespondensi ilmu sosial medis di Northwestern University Feinberg School of Medicine, Nicole Woitowich.

Baca Juga

Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa ketidakteraturan siklus menstruasi sering dilaporkan oleh perempuan yang mengalami gangguan mood, seperti kecemasan dan depresi. Siklus haid yang berantakan juga dialami oleh mereka yang menghadapi tekanan hidup akut seperti bencana alam, pengungsian, kelaparan, atau pembelotan.

"Mengingat sifat pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan dampak signifikannya terhadap kesehatan mental, data ini tidak mengejutkan dan mengkonfirmasi banyak laporan anekdot di media populer dan di media sosial," kata Woitowich.

Sejak awal pandemi, media sosial telah menjadi salah satu platform utama di mana perempuan dapat berbagi pertanyaan atau kekhawatiran tentang siklus menstruasinya. Namun, baru-baru ini saja kekhawatiran mereka telah ditangani oleh komunitas riset biomedis.

"Kesehatan reproduksi tidak boleh diabaikan dalam konteks Covid-19," kata Woitowich.

Menurut Woitowich, timnya telah melihat efek riak dari apa yang terjadi ketika mereka gagal mempertimbangkan aspek penting kesehatan reproduksi. Sebab, banyak perempuan yang sekarang mengalami ketidakteraturan siklus menstruasi sebagai akibat dari vaksin Covid-19 atau infeksi virus penyebab Covid-19.

 
Berita Terpopuler