Dari Wakaf, Masjid Aktivitas Dakwah Berkembang

Masjid Al-Majid dibangun menggunakan dana wakaf.

Prayogi/Republika.
Suasana Masjid Al-Majid Dompet Dhuafa di Jalan Baturaja (Lintas Sumatera), Bukit Kemuning, Lampung Utara, Kamis (14/10). Masjid yang berdiri di tanah wakaf seluas lebih dari satu hektare ini telah menjadi kebanggaan masyarakat sekitar, Nantinya bukan hanya Masjid, juga akan menjadi kawasan tempat masyarakat sekitar untuk membangun peradaban.Prayogi/Republika.
Rep: Fuji Eka Permana Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,LAMPUNG UTARA -- Adzan pertama kali berkumandang di Masjid Al-Majid yang dibangun menggunakan dana wakaf pada Jumat, 9 April 2021. Masjid yang berdiri di tanah wakaf seluas satu hektare ini telah menjadi kebanggaan masyarakat sekitar.

Baca Juga

Di masjid ini, anak-anak belajar mengaji, para pemuda mendalami ilmu agama Islam, ibu-ibu dan bapak-bapak ikut kajian. Kehadiran Masjid Al-Majid di jalur tengah lintas Sumatera tepatnya di Desa Bukit Kemuning, Kecamatan Bukit Kemuning, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung telah ikut mengembangkan dan mendukung aktivitas dakwah di sekitar sana.

Wakif atau pihak yang mewakafkan tanah tempat Masjid Al-Majid berdiri adalah Ibu Nurhasbiah dan Bapak Ismeth Faisol. Pasangan suami istri ini ingin harta yang dititipkan Allah kepada mereka bermanfaat untuk umat, karenanya mereka serahkan tanah seluas satu hektare tersebut ke Dompet Dhuafa sebagai nazhir. 

Nurhasbiah mengungkapkan perasaan bahagianya melihat masjid yang kokoh berdiri berkat dana wakaf dari umat yang dititipkan ke Dompet Dhuafa. Matanya berkaca-kaca terharu melihat kemegahan masjid dari hasil dana wakaf.

"Masjid ini berdiri sangat megah dan strategis, berkahnya masyarakat di Bukit Kemuning, masyarakat yang melintasi jalan ini bisa memanfaatkan Masjid Al-Majid ini," kata Nurhasbiah saat diwawancarai Republika di Masjid Al-Majid, Kamis (14/10). 

 

 

Ismeth menambahkan, keluarganya melihat Dompet Dhuafa sebagai lembaga yang selalu tepat sasaran dalam menyalurkan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf (Ziswaf). Sehubungan dengan itu, ia memilih Dompet Dhuafa untuk menjadi nazhir dari tanah yang diwakafkannya.

Ismeth juga berharap, suatu saat nanti, tanah yang diwakafkannya dapat membantunya di kehidupan setelah kematian. Dia juga sangat mendukung aktivitas dakwah yang semakin hari semakin mengalami perkembangan dan kemajuan setelah Masjid Al-Majid berdiri.

Ia mengungkapkan, di Indonesia mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Berdasarkan hasil sebuah survei jumlah Muslim sekitar 85 persen dari populasi penduduk Indonesia. "Tapi yang bisa baca Alquran tidak sampai 20 persen (jumlahnya), yang mengerti baca Alquran sesuai dengan makna dan mengamalkannya mungkin tidak sampai 20 persen (jumlahnya), di sekitar sini cukup banyak yang tidak mengerti Alquran," ujarnya.

Pengurus Masjid Al-Majid, Ustaz Muammar Khairullah, menyampaikan, di masjid ini ada banyak program untuk anak-anak kecil, remaja, ibu-ibu dan bapak bapak. Di masjid ini dibentuk ikatan remaja Masjid Al-Majid, majelis taklim ibu-ibu, majelis taklim bapak-bapak, dan pusat belajar mengaji Masjid Al-Majid untuk anak-anak usia empat sampai 15 tahun.

"Artinya kegiatan di masjid ini sudah merangkul semua usia, setiap hari akan selalu ada kegiatan," ujarnya. 

 

 

Ia mengatakan, sampai sekarang ada sekitar 67 anak yang rutin belajar di pusat belajar mengaji Masjid Al-Majid, dan remaja yang biasa ikut kajian jumlahnya sekitar 41 orang. Sementara majelis taklim ibu-ibu biasa dihadiri 70 jamaah, namun majelis taklim bapak-bapak masih sedikit jamaahnya.

Ustaz Muammar menerangkan, letak masjid ini sangat strategis karena terletak di jalur tengah lintas Sumatera. Sehingga banyak musafir yang terbantu dengan adanya masjid ini. 

Ia mengatakan, mungkin di masjid lain, parkirannya hanya muat tiga mobil tapi di Masjid Al-Majid parkirannya luas. Sehingga banyak musafir yang singgah setiap harinya di masjid ini, karena sebelum ada jalan tol, jalan ini adalah jalur utama lintas Sumatera.

"Masjid ini memiliki dua lantai, ruang shalat utama di lantai dua dapat menampung 400 jamaah, di lantai satu ada aula bisa memuat 400 jamaah juga, saat momen shalat Idul Fitri dan Idul Adha jamaahnya sampai seribuan lebih mungkin karena sampai ke halaman parkir jamaahnya," ujarnya. 

 

Ustaz Muammar menambahkan, ruang serbaguna di lantai satu dapat dimanfaatkan untuk apa saja. Bisa untuk pernikahan, aqiqah dan lain sebagainya. Aula tersebut bisa digunakan oleh siapa saja asalkan atas izin dewan kemakmuran masjid dan tidak melanggar syariat.

 
Berita Terpopuler