FAO Sebut 40 Persen Populasi tak Miliki Akses Makanan Sehat

FAO memandang masih ada sistem pertanian yang tidak setara di Indonesia.

Flickr
Makanan sehat (ilustrasi)
Rep: Fergi Nadira Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mendesak sistem pertanian pangan yang lebih baik di Indonesia. Hal ini dikemukakan bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia (World Food Day) yang kedua kalinya diperingati di kala pandemi Covid-19.

Baca Juga

Perwakilan FAO di Indonesia Rajendra Aryal menjelaskan, sistem pertanian pangan berkelanjutan adalah sebuah sistem di mana berbagai makanan yang  bergizi, seimbang, dan aman tersedia dengan harga yang terjangkau untuk semua orang. Pada situasi itu tidak ada yang kelaparan atau menderita kekurangan gizi atau obesitas dalam bentuk apa pun.

"Hidup kita bergantung pada sistem pertanian pangan. Setiap kali kita makan, kita berpartisipasi dalam sistem dan makanan yang kita pilih dan cara kita memproduksi, menyiapkan, memasak, dan menyimpannya menjadikan kita bagian yang tak terlepas dari sistem pertanian pangan," ujar Rajendra Aryal dalam keterangan resmi yang diterima Republika, Sabtu (16/10).

Pandemi memang telah memicu resesi ekonomi yang hebat, menghambat akses pangan, dan mempengaruhi seluruh sistem pertanian pangan. Namun bahkan sebelum pandemi, kelaparan terus berlangsung, seperti gizi buruk dan jumlah orang kelaparan meningkat di seluruh dunia.

Saat ini, lebih dari tiga miliar orang (hampir 40 persen populasi dunia) tidak mempunyai akses terhadap makanan sehat. Sebanyak 811 juta orang kekurangan gizi di dunia dan sebaliknya, 2 miliar orang dewasa kelebihan berat badan atau obesitas karena pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat.

Di Indonesia, jumlah orang dewasa yang obesitas meningkat dua kali lipat selama dua dekade terakhir. Seiring dengan itu, obesitas pada anak juga meningkat. Di sisi lain, 27,67 persen anak di Indonesia di bawah usia 5 tahun mengalami stunting, atau terlalu pendek untuk usia mereka. Angka stunting ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan angka rata-rata di kawasan Asia. 

Statistik yang kontras ini menunjukkan sistem pertanian pangan saat ini tidak setara dan tidak adil. Sistem yang mencakup perjalanan makanan dari lahan pertanian ke meja makan, termasuk saat ditanam, dipanen, diproses, dikemas, diangkut, didistribusikan, diperdagangkan, dibeli, disiapkan, dimakan, dan dibuang mendesak untuk berubah menjadi sistem yang lebih berkelanjutan.

 

Dukunagn FAO untuk Indonesia pada Sistem Pertanian-Pangan

Sistem pertanian pangan mempekerjakan 1 miliar orang di seluruh dunia, lebih banyak dari sektor ekonomi lainnya. Namun sistem produksi pangan yang tidak berkelanjutan  menghancurkan habitat alami dan berkontribusi pada kepunahan spesies.

FAO bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dan berkontribusi untuk memastikan pembangunan pertanian pangan berkelanjutan di Indonesia. Sejak 2019, FAO bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) untuk menganalisis sistem pertanian pangan nasional dan memberikan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan kapasitas sistem pertanian pangan nasional yang berkelanjutan. 

 

Pada produksi ikan di ekosistem laut dan perairan darat, FAO juga bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mendorong konservasi dan praktik perikanan berkelanjutan. Terobosan dari upaya kolektif tersebut adalah IIFGIS (Integrated Inland Fisheries Geographic Information System) berbasis wilayah pengelolaan perikanan perairan darat (WPP-PD) Indonesia. 

FAO juga mendukung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk melestarikan hutan dan lahan gambut untuk mengatasi dampak perubahan iklim. "Kita membutuhkan tindakan kolektif untuk mengubah sistem pertanian pangan kita. Setiap orang harus memahami bahwa perlakuan mereka terhadap makanan mempengaruhi sistem pangan," ujar Rajendra.

Menurutnya transformasi global hanya bisa terjadi jika dimulai dari individu, yakni cara memilih, memproduksi, mengkonsumsi, dan membuang makanan mempengaruhi orang lain. "Kita perlu bertindak, dan sekarang, Mari kita bersama-sama berusaha dalam kapasitas apa pun yang kita bisa," ujarnya.

 

Hari Pangan Sedunia diperingati setiap tahun pada 16 Oktober. Aksi kolektif di 150 negara anggota FAO membuat Hari Pangan Sedunia menjadi salah satu hari yang paling dirayakan dalam kalender PBB.

 
Berita Terpopuler