Hari Museum Nasional, Edukator: Dukung dengan Berkunjung

Museum bisa mati suri tanpa adanya pengunjung.

Prayogi/Republika
Pengunjung melihat koleksi museum Sumpah Pemuda di Jakarta, Rabu (28/10/2020). Museum Sumpah Pemuda masih belum dibuka menjelang peringatan Sumpah Pemuda pada tahun ini.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bertepatan dengan Hari Museum Nasional pada 12 Oktober, edukator Museum Sumpah Pemuda Dwi Nurdadi berharap anak-anak muda tetap berkeinginan untuk mengunjungi museum sebagai bentuk dukungan terhadap museum di Indonesia. Sebab, museum sangat bergantung pada pengunjung.

Baca Juga

"Kalau masyarakat enggan, museum-museum bisa mati suri," ungkap Dwi saat dihubungi Antara, Selasa.

Menurut Dwi, dukungan paling baik untuk museum ialah mengunjunginya, baik secara virtual maupun langsung. Selama masa pandemi Covid-19, Dwi menjelaskan bahwa Museum Sumpah Pemuda telah mengalami penurunan jumlah pengunjung sebanyak 90 persen.

Sementara itu, data tahun 2019, memperlihatkan sekitar 30.000 pengunjung datang ke museum yang berlokasi di Jl. Kramat Raya No.106, Jakarta Pusat itu. Menurut Dwi, sampai hari ini pun Museum Sumpah Pemuda masih tutup.

"Jadi kita dari awal tahun saja, Januari sudah ditutup lagi kan waktu itu. Jadi, menurun drastis kalau kunjungan langsung," jelasnya.

 

 

 

 

Meskipun demikian, Dwi mengungkapkan bahwa saat ini antusiasme masyarakat masih tinggi. Itu terlihat dari banyaknya telepon masuk yang menanyakan kapan Museum Sumpah Pemuda akan kembali dibuka.

"Itu menunjukkan kalau keinginan untuk datang ke museum sudah cukup tinggi. Apalagi di bulan Oktober ya, bulan Sumpah Pemuda," ujar Dwi.

Menurut Dwi, kunjungan ke Museum Sumpah Pemuda sebanyak 80 persen berasal dari pelajar yang datang dikoordinir sekolahnya. Sejak pandemi, pihak sekolah masih belum berani datang.

"Kalau keluarga, individu, mahasiswa itu rata-rata sudah ingin berkunjung," ujarnya.

 
Berita Terpopuler