9 Misinformasi Covid-19 yang Bikin Frustrasi Dokter di AS

Misinformasi dan penyangkalan terhadap Covid-19 juga berkembang di AS.

AP/Jorge Saenz
Pasien Covid-19 bergejala berat dirawat di ICU rumah sakit (Ilustrasi). Di tengah hantaman varian delta, warga AS masih banyak yang enggan divaksinasi dan menyangkal Covid-19.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Misinformasi yang berkembang di tengah warga Amerika Serikat yang tidak mau divaksinasi saat ini semakin parah. Padahal, negaranya di tengah didera gelombang serangan varian delta.

Seorang pasien Covid-19 yang kadar oksigennya rendah pun masih tak percaya dengan diganosis dokter. Ia menyangkal Covid-19 benar-benar ada dengan menuduh dokter memanipulasi kondisinya dan membuatnya tak bisa ditemani sang istri di rumah sakit.

Pasien di rumah sakit Michigan itu lalu mengancam untuk pulang paksa. Saking banyaknya pasien seperti ini, para dokter pun frustrasi.

"Silakan saja kalau mau keluar dari rumah sakit, tapi Anda bisa kehilangan nyawa sebelum bisa mencapai mobil," kata dr Matthew Trunsky, salah satu dokter yang diminta Associated Press untuk mengungkap jenis informasi yang salah dan penyangkalan terhadap Covid-19 yang dilihatnya setiap hari dan bagaimana ia meresponsnya.

Berikut kumpulan kisah dokter-dokter di Amerika Serikat yang bergelut dengan misinformasi Covid-19.

Ivermectin

Salah satu misinformasi yang paling populer ialah soal khasiat ivermectin. Para dokter mendapati pasien memaksanya untuk meresepkan obat parasit hewan ivermectin. Mereka malah dimaki pasien setelah menjelaskan bahwa ivermectin bukan obat yang aman untuk diberikan dalam kasus Covid-19.

Microchip dalam vaksin

Sementara itu, seorang dokter keluarga di Illinois pernah berhadapan dengan pasien yang meyakini bahwa microchip tertanam dalam vaksin. Pasien tersebut menyebut bahwa vaksinasi sebagai bagian dari taktik untuk mengambil alih DNA orang. 

Kandungan vaksin

Baca Juga

Dr. Vincent Shaw mengatakan bahwa beberapa pasiennya tidak menginginkan vaksin Covid-19 karena mereka tidak tahu zat apa yang masuk ke dalam tubuhnya. Dokter keluarga yang praktik di Baton Rouge, Louisiana itu kemudian memberi perbandingan sederhana dengan menyodorkan biskuit merek Twinkie.

Dr Shaw memperlihatkan daftar bahan biskuit Twinkie dan meminta pasiennya tersebut untuk menjelaskannya satu per satu. Ia mencoba menggugah pasiennya bahwa orang yang tak mengerti kandungan biskuit itu pun tetap mengonsumsi biskuit yang telah mendapat sertifikat dari Food and Drugs Administration tersebut.

"Lihat bagian belakang kemasannya, apakah Anda bisa mengucapkan semua bahan kue itu? Saya punya gelar kimia, tetapi saya pun masih tidak tahu apa itu," kata dr Shaw, dilansir Fox News, Selasa (5/10).

Dr Shaw juga sering mendengar pasien mengatakan kepadanya bahwa mereka belum melakukan penelitian yang cukup tentang vaksin. Ia menyerukan pasiennya agar yakin bahwa para pengembang vaksin telah melakukan pekerjaan rumah mereka.

Magnet dalam vaksin
"Mereka memasang pelacak dan itu membuatku magnetis," kata pasien lainnya.
 
Vaksin kok gratis

Argumentasi pasien lain membuat dr Shaw tidak bisa berkata-kata. Pasien tersebut tidak bisa mengerti mengapa vaksin Covid-19 diberikan secara gratis.

 
Alasan kemanusiaan tak masuk di akal mereka. Menurut mereka,  tidak ada yang akan memberikan apa pun secara gratis.
 
"Mereka bilang tidak ada yang namanya sifat baik alamiah manusia, saya tidak bisa menjawab mereka," kata dr Shaw.

Kekebalan alami

Orang kena Covid-19 gejala ringan bersikeras bahwa mereka memiliki kekebalan alami. Dengan kata lain, mereka mengira tak lagi bisa tertular Covid-19.
 
"Tidak, kamu bukan Superman atau Superwoman," kata dr Shaw kepada mereka.
 
Tiga hoaks terbaru soal vaksinasi Covid-19 - (Republika)

Fakultas Kedokteran Universitas Facebook

Dr Shaw mengatakan, salah satu masalah terbesar adalah informasi yang berseliweran di media sosial. Banyak pasiennya menggunakan informasi yang dilihat di Facebook untuk mengambil memutuskan tidak divaksinasi.

Pola pikir itu kemudian melahirkan meme tentang banyaknya orang Amerika yang mendapatkan gelar dari Fakultas Kedokteran Universitas Facebook. Ia pun merekomendasikan para pasiennya untuk berhenti melihat Facebook saat mencari informasi soal Covid-19.
 
Efek samping vaksin

Dr. Stu Coffman meminta pasiennya untuk mengemukakan efek samping vaksin Covid-19 yang mereka takuti. Sebagian dari mereka  tidak mempercayai proses persetujuan peraturan pemberian vaksin.

 
Kecepatan penerbitan izin penggunaan darurat vaksin Covid-19 meningkatkan kekhawatiran yang tidak terbukti bahwa vaksin akan membahayakan kesuburan mereka. Menurut dr Coffman, kunci untuk mengatasi keragu-raguan adalah mencari tahu dari mana asalnya.
 
Ketika orang berkonsultasi dengannya tentang kekhawatiran akan kesuburannya terdampak pemberian vaksin Covid-19, dr Coffman dapat menunjukkan penelitian khusus yang menunjukkan bahwa vaksin itu aman dan ketakutan mereka tidak berdasar. Pasien pun bisa tercerahkan.

Vaksin beracun

Dr Coffman mengatakan, hal paling tak terduga yang dikatakan seseorang kepadanya adalah bahwa sebenarnya ada racun dalam vaksin mRNA. Ini adalah rumor tak berdasar yang berasal dari dunia maya.
 
"Jika Anda mendapat luka tembak atau luka tusuk atau Anda mengalami serangan jantung, Anda ingin menemui saya di unit gawat darurat, tapi begitu kita mulai berbicara tentang vaksin, tiba-tiba saya kehilangan semua kredibilitas," ujar dokter yang praktik di unit gawat darurat di rumah sakit di Dallas itu.

"Tapi tidak ada harapan untuk mengubah pikiran orang-orang yang berpikir bahwa vaksin dicampur dengan racun," kata dr Coffman.

Menurut dr Coffman, pikiran orang seperti itu tentang vaksin hanya bisa diubah kalau mereka ikut dengannya berkeliling melewati tempat tidur orang sakit dan sekarat akibat Covid-19. Hampir semua pasien tersebut tidak divaksinasi.

 
Berita Terpopuler