Muslim Uighur Buka Masjid Bekas Gereja Berusia 150 Tahun

Muslim Uighur di Kanada telah mendirikan masjid di bekas bangunan berusia 150 tahun.

Tangkapan Layar
Masjid di Kanada (Ilustrasi)
Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, OTTAWA -- Muslim Uighur di Kanada telah membuka masjid dan pusat komunitas di pinggiran Toronto di Gereja Katolik Roma berusia 150 tahun.

Baca Juga

Dilansir di rfa.org, Rabu (29/9) pembukaan ditandai dengan pembacaan Alquran dan pengibaran bulan sabit biru dan putih serta bendera bintang Turkestan Timur. Masjid yang telah direnovasi ini akan mampu melayani dua ribu orang.

Asosiasi Turkistan Timur Kanada yang memilih menggunakan nama orang Uighur untuk Daerah Otonomi Uighur Xinjiang (XUAR) di Cina barat laut menyusun gagasan tentang pusat Uighur Kanada pada tahun 2008. 

Presiden XUAR Tuyghun Abduweli, mengatakan baru 13 tahun kemudian dapat membeli gedung gereja itu seharga  610 ribu dolar kanada atau 482 ribu dolar AS dengan sumbangan dari Jerman dan Australia.

“Untuk Uighur Kanada, ini menunjukkan hasil dengan adanya persatuan dan solidaritas. Kesatuan di Kanada pada akhirnya membawa kami untuk membeli sebuah gereja besar, yang kemudian kami ubah menjadi masjid untuk digunakan dalam mengenalkan budaya, sejarah, dan agama kami sendiri sehingga bisa sangat menarik dan menginspirasi orang Uighur Kanada,"ujar dia 

Upacara pembukaan menarik anggota komunitas Uighur di Kanada, seorang anggota parlemen Kanada, diplomat dan pejabat, dan pemimpin dari dua kelompok besar pengasingan Uighur,  Dolkun Isa, presiden Kongres Uyghur Dunia yang berbasis di Jerman, dan Rushan Abbas, Direktur eksekutif dari Kongres Uyghur Dunia yang berbasis di Jerman. 

 

Kampanye berbasis di AS untuk Uyghur.

Anggota asosiasi Itbiar Artish mengatakan Asosiasi Turkestan Timur Kanada juga mengundang pendeta Katolik dan mantan jemaat gereja untuk meningkatkan kesadaran akan penderitaan orang-orang Uighur di XUAR  

Jemaat Katolik semakin tua, dan pengurus gereja tidak mampu lagi mempertahankan gedung itu, kata Robin Wilkie, pendeta terakhir gereja itu, setelah upacara pembukaan pada 25 September.

 “Dan dengan Covid-19, mereka memutuskan bahwa sudah waktunya untuk menjual. Jadi saat itulah komunitas Uighur membeli bangunan itu dari kami, jadi kami menyerahkan tongkat estafet kepada mereka untuk menjalankan iman mereka,” kata dia tentang bangunan bergaya Romawi Italia yang dibangun pada 1873-1874.

Xinjiang berada di bawah kekuasaan kekaisaran Cina selama Dinasti Qing pada abad ke-18. Sebuah negara bagian Turkistan Timur dideklarasikan pada tahun 1949, tetapi secara paksa diambil alih oleh pemerintah China yang baru pada tahun yang sama.

China telah mendapat kecaman atas kebijakan keras yang menargetkan 12 juta Muslim Uighur dan minoritas Turki lainnya di Xinjiang, seperti menghancurkan masjid, menjadikan bahasa Mandarin sebagai bahasa utama di sekolah, memantau gerakan Uighur dengan sistem pengawasan yang mendalam dan mengganggu, dan menggunakan kerja paksa Uighur di pabrik dan pertanian.

 

 

Para peneliti telah mendokumentasikan penahanan oleh otoritas China sebanyak 1,8 juta orang Uighur dan minoritas Muslim lainnya di jaringan kamp penahanan yang diklaim Beijing sebagai pusat pelatihan kejuruan.

China menolak tuduhan yang tersebar luas dan terdokumentasi bahwa mereka telah menganiaya muslim yang tinggal di Xinjiang dan membuat wilayah itu tertutup bagi peneliti dan jurnalis independen.

Amerika Serikat dan legislatif di beberapa negara Eropa telah menganggap perlakuan terhadap Uyghur dan lainnya di XUAR sebagai genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Pada bulan Februari, parlemen Kanada meloloskan mosi tidak mengikat dengan suara bulat yang menyatakan perlakuan China terhadap Uighur di XUAR sebagai genosida, menjadi negara kedua setelah AS yang membuat keputusan itu.

Anggota parlemen juga memasukkan amandemen mosi tersebut, menyerukan Komite Olimpiade Internasional untuk memindahkan Olimpiade Musim Dingin 2022 dari Beijing jika pemerintah China melanjutkan penganiayaan terhadap kelompok minoritas.

Pada saat itu, China mengecam keras dan menentang langkah-langkah dari Ottawa, dengan mengatakan Beijing akan memulangkan perwakilannya di Kanada.

Direktur eksekutif Proyek Advokasi Hak Uyghur di Kanada Mehmet Tohti, mengatakan saat ini sekitar 2.000 orang Uighur atau 600 hingga 700 keluarga tinggal di Kanada, negara berpenduduk 38 juta orang.

 

 
Berita Terpopuler