Ilmuwan Pelajari Sampel Batu Bulan dalam Misi Chang'e 5 Cina

Ilmuwan menyebut sampel batuan bulan yang diambil oleh China sangat beragam.

EPA-EFE/REN JUNCHUAN/XINHUA
Orang-orang bekerja di lokasi pendaratan pesawat China Chang
Rep: Puti Almas Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan telah mempelajari sampel yang dibawa dari Bulan dalam misi ruang angkasa China, Chang’e-5 pada Desember 2020. Dari sana, tim peneliti mempresentasikan temuan pertama di Europlanet Science Congress (EPSC) yang digelar pekan lalu. 

Baca Juga

“Sampel Chang'e-5 sangat beragam, dan mencakup bahan lokal dan eksotis, termasuk beberapa glutenat, partikel bulan yang tajam dan bergerigi, silika, garam, kaca vulkanik, dan kaca tumbuk, bersama dengan berbagai mineral dan jenis batuan yang berbeda,” ujar Yuqi Qian, mahasiswa di China University of Geosciences, sekaligus bagian dari tim peneliti saat presentasinya di pertemuan virtual EPSC, dilansir Universe Today, Senin (27/9). 

Chang'e-5 mendarat di sisi dekat Bulan di Oceanus Procellarum atau Samudra Badai, yang terletak di bagian barat dań tengah Bulan dari sudut pandang Bumi. Pesawat mendarat di daerah yang tidak dikunjungi oleh NASA Apollo atau misi Luna Soviet hampir 50 tahun yang lalu. 

Wilayah tersebut juga merupakan salah satu permukaan Bulan termuda, dengan usia sekitar  dua miliar tahun. Oleh karena itu, sampel ini berbeda dengan yang pernah dibawa pada era 1960-an dan 70-an.

"Sampelnya sangat beragam, seperti yang telah kita ketahui sejak lama bahwa pembentukan permukaan bulan adalah proses yang sangat kompleks, termasuk implantasi angin matahari, dampak mikrometeorit, dan kondensasi," jelas Qian.

Sampel bahan lokal yang dibawa dan kini telah dikembalikan ke Bulan disebut termasuk sejumlah batu-batu eksotis. Terdapat unsur bahan meteroit dan manik-manik kaca vulkanik yang diketahui dan dipelajari. 

Chang'e-5 mengambil sekitar 1,7 kilogram (3,81 pon) sampel dari Bulan. Pengambilan sampel menggunakan bor untuk mengumpulkan sampel dari bawah permukaan dan lengan robot untuk sampel permukaan. Kapsul pengembalian sampel Chang'e-5 mendarat di wilayah Mongolia pada 16 Desember 2020, berhasil mengakhiri perjalanan selama 23 hari yang membawa kembali batuan bulan pertama sejak 1976.

 

 

Qian dan rekan-rekannya dari Brown University dan University of Münster telah melihat sumber potensial dari manik-manik kaca, dan telah melacak tetesan kaca yang didinginkan dengan cepat ke ventilasi vulkanik yang saat ini sudah punah, dikenal sebagai 'Rima Mairan' dan 'Rima Sharp' yang terletak kira-kira 230 dan 160 kilometer tenggara dan timur laut dari lokasi pendaratan Chang'e-5. Fragmen-fragmen ini dapat memberikan wawasan dari masa lalu mengenai aktivitas vulkanik seperti air mancur yang energik di Bulan.

Tim ilmuwan juga melihat sumber potensial dari fragmen terkait dampak. Usia geologis batuan yang masih muda di lokasi pendaratan mempersempit pencarian, karena hanya kawah dengan usia kurang dari dua miliar tahun yang dapat bertanggung jawab dan ini relatif jarang terjadi di sisi dekat bulan.

Tim memodelkan kawah apa yang bisa bertanggung jawab atas material eksotis dan menemukan bahwa beberapa material bisa dikeluarkan dari sejauh 1.300 km dari lokasi pendaratan Chang'e-5. Mereka menemukan bahwa Harpalus, yang terletak lebih jauh di utara situs Chang'e-5, merupakan penyumbang signifikan dari banyak fragmen eksotis di antara sampel, bersama dengan kawah di selatan dan tenggara (Aristarchus, Kepler, dan Copernicus), dan barat laut (Harding) .

Pemodelan dan peninjauan pekerjaan oleh tim lain telah menghubungkan potongan batu eksotis lainnya dengan kubah yang kaya akan silika atau dengan dataran tinggi yang mengelilingi lokasi pendaratan. Semua bahan lokal dan eksotis di antara sampel Chang'e-5 yang dikembalikan dapat digunakan untuk menjawab sejumlah pertanyaan ilmiah lebih lanjut.

 

“Dalam mengatasi ini, kami akan memperdalam pemahaman kami tentang sejarah Bulan dan membantu mempersiapkan eksplorasi Bulan lebih lanjut,”  jelas Qian.

 
Berita Terpopuler