Sepertiga Korban Diskriminasi di Swiss Adalah Muslim

Di Swiss, sekitar setengah dari orang berpikir Islam adalah bahaya.

Onislam.net
Muslim Swiss
Rep: Rossi Handayani Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  BERN -- Sejak serangan 11 September 2001, Muslim di Barat dipandang dengan kecurigaan. Di Swiss, sekitar setengah dari orang berpikir Islam adalah bahaya bagi keamanan nasional.

Baca Juga

Dilansir dari laman Swissinfo pada Rabu (22/9), Sebuah studi yang diterbitkan Center of Security Studies di Zurich menyatakan bahwa meskipun 56 persen penduduk Swiss percaya Islam adalah agama damai, akan tetapi 46 persen lainnya melihatnya sebagai ancaman.

Kantor Statistik Federal menunjukkan dalam tautan survei 2016 bahwa 12 persen responden telah didiskriminasi karena agama mereka. Sepertiga dari mereka adalah Muslim. Mereka sering menjadi korban rasisme seperti pelecehan verbal atau sulit berintegrasi ke tempat kerja.

Kendati demikian umat Islam tidak harus menunggu sampai 9/11 untuk didiskriminasi di Eropa. Sikap-sikap yang tidak menguntungkan terhadap Islam sudah ada sejak beberapa abad yang lalu, dan telah membentuk bagian dari sejarah Eropa.

"Pada Abad Pertengahan ada perang, dan propaganda permusuhan di kedua sisi," kata seorang peneliti studi agama di Universitas Lucerne, Andreas Tunger-Zanetti.

 

 

Salah satu contohnya adalah status yang diberikan kepada orang Aljazair di bawah pemerintahan kolonial Prancis. Mereka hanya bisa memperoleh kewarganegaraan Prancis setelah melepaskan keyakinan Islam.

Sentimen islamofobia barat ini hanya diperparah oleh serangan 9/11. Ini dianggap sebagai titik balik dalam sejarah hubungan antara Barat dan dunia Islam.

"Sejak itu, Islam dipandang sebagai ancaman utama bagi model Barat," kata seorang peneliti di Pusat Studi Keamanan di Institut Teknologi Federal Swiss ETH Zurich, Darius Farman.

Kemudian Presiden Amerika Serikat (AS) saat itu, George W. Bush tidak segan-segan menggunakan kata perang salib untuk membenarkan perjuangannya melawan teroris.

Sikap negatif terhadap Muslim di Eropa dan AS ini semakin diperkuat oleh serangan teroris di Madrid dan London pada 2004 dan 2005. Di mana sekitar 200 dan 50 orang terbunuh masing-masing dalam serangkaian serangan terkoordinasi.

"Saat itulah Eropa menyadari bahwa terorisme terjadi tidak hanya di sisi lain Atlantik," kata Tunger-Zanetti.

 

 

Disebutkan propaganda jihad yang berkembang biak secara daring dan di masjid-masjid tertentu setelah 9/11 memudahkan orang untuk menjelekkan Islam secara keseluruhan. Ketika teror jihadis tiba di Eropa, Islam juga menjadi ancaman potensial bagi Swiss.

"Jika saya hanya mendengar tentang Islam sehubungan dengan perang atau serangan teror, maka saya pasti akan merasa bahwa ada hubungan yang kuat antara agama ini dan terorisme, ucap Tunger-Zanetti.

Sementara Direktur Pusat Swiss untuk Islam dan Masyarakat Universitas Fribourg, Hansjorg Schmid mengatakan, di tingkat politik, Islam dan migran Muslim menjadi masalah keamanan.

Disebutkan pada saat di lapangan, kecurigaan yang menyelimuti semua Muslim ini memberi mereka kesan tidak diterima di negara-negara Barat. Itu pada gilirannya membingungkan mereka.

"Dalam pengalaman pribadi mereka, mungkin, mereka memiliki pengalaman yang sangat positif, dan dengan demikian tidak dapat memahami perbedaan dengan apa yang mereka dengar dalam debat publik," kata Schmid.

Propagandis Jihad menghilangkan ketakutan dan kebingungan ini, semakin memecah masyarakat Barat dan menonjolkan diskriminasi. Studi menunjukkan bahwa diskriminasi dapat menjadi faktor motivasi yang signifikan Hubungan eksternal bagi radikalisasi jihadis.

"Karena inilah tujuan para teroris: menonjolkan perbedaan dan mengeksploitasinya," kata Schmid memperingatkan.

 
Berita Terpopuler