Geliat Industri Kain Pel Tradisional Ibun

Industri tenun tradisional tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari.

Pekerja menenun benang untuk dijadikan kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi.

Pekerja menenun benang untuk dijadikan kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi.

Pekerja menenun benang untuk dijadikan kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi.

Pekerja menenun benang untuk dijadikan kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. Foto: Republika/Abdan Syakura

Pekerja menenun benang untuk dijadikan kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. Foto: Republika/Abdan Syakura

Pekerja menjahit kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. Foto: Republika/Abdan Syakura

Pekerja menjahit kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. Foto: Republika/Abdan Syakura

Pekerja menenun benang untuk dijadikan kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. Foto: Republika/Abdan Syakura

Pekerja menenun benang untuk dijadikan kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. Foto: Republika/Abdan Syakura

Pekerja menenun benang untuk dijadikan kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. Foto: Republika/Abdan Syakura

Pekerja menyortir kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. Foto: Republika/Abdan Syakura

Rep: Abdan Syakura Red: Mohamad Amin Madani

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Pekerja menenun benang untuk dijadikan kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9).

Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. 

 
Berita Terpopuler