Industri Furnitur Lokal Bidik Pasar Global

Dio Living ingin memperkenalkan furnitur karya anak bangsa ke masyarakat Indonesia.

Rep: Intan Pratiwi Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang menilai pandemi menjadi peluang untuk meningkatkan investasi dan ekspor industri furnitur atau pengolahan kayu. Hal ini terlihat dari kinerja industri furnitur pada kuartal I yang tumbuh positif 8,04 persen.

Produktivitas industri pengolahan kayu dalam negeri tercatat terus meningkat, menandakan meningkatnya permintaan pada sektor tersebut. Dengan begitu, berpeluang menarik minat investasi di sektor tersebut.

Melihat peluang tersebut, produsen perabot lokal, Dio Living, berkeinginan kuat untuk terus berekspansi dan memperkenalkan furnitur karya anak bangsa ke masyarakat Indonesia, terutama Jakarta. Kemauan ini tidak luntur meskipun di tengah pandemi covid-19.

"Dio Living memiliki keinginan untuk bisa menjangkau pasar Indonesia hingga global sebagai sebuah brand yang mengusung konsep alam dan Nusantara. Dio Living memiliki visi untuk menghadirkan pilihan furnitur dengan desain yang terbuat dari kayu dan material pilihan," papar General Manager Dio Living Hansen Partison, Jumat (17/9).

Demi memenuhi pencapaiannya, Dio Living pun membuka showroom keduanya sabtu kemarin di Jakarta Design Center (JDC), Jakarta. Dio Living akan menampilkan koleksi yang didesain oleh product designer anak bangsa terpilih dengan terinspirasi dari daerah-daerah di Indonesia.

"Bagi Dio Living, keanggunan dan kekayaan Indonesia yang terdapat di produk kami perlu menjangkau lebih banyak orang lagi," ujarnya.

Hansen menuturkan, pemilihan tempat di JDC karena berada di pusat Ibu Kota, sehingga mudah dijangkau banyak orang. Selain itu, JDC sudah dikenal sebagai pusat belanja furnitur dengan kualitas tinggi. Adapun semua produk furnitur di Dio Living dirancang oleh desainer-desainer muda asal Indonesia dan diproduksi di pabrik Indonesia dengan kualitas tinggi. Setiap produk menggambarkan kekayaan akan warisan budaya Indonesia.

"Setiap produk perabot Dio Living dapat dimiliki oleh para pecinta desain interior dengan harga terjangkau, yakni dimulai dari Rp 2 juta. Sementara aksesoris juga tersedia dalam berbagai ukuran dan model dengan harga mulai dari Rp 100 ribu. Sama seperti showroom pertama, ruang pamer kedua juga menampilkan koleksi utama yang dibuat desainer lokal," kata dia.

Baca Juga


Koleksi tersebut yakni Musi Banyuasin yang terinspirasi dari Sungai Musi, Pulau Kemaro, Palembang, dan tapir, desainer Hendro Hadinata menghadirkan furnitur dengan nilai warisan luhur Indonesia yang tetap memiliki sentuhan modern.

Lalu Tabanan yang didesain oleh desainer Cynthia Margareth, terinspirasi Gapura dan Sanggah/Pamerajan di Kabupaten Tabanan, Bali yang merupakan tempat suci. Dalam koleksi ini Cynthia memadukannya dengan keindahan alam yang dimiliki Bali, terutama pada keindahan horizon pantainya.

Kemudian Minahasa yang didesain desainer Eugenio Hendro. Dengan sumber inspirasi Minahasa, Sulawesi Utara, koleksi karya Eugenio menafsirkan kebudayaan dan alam di Minahasa dengan tampilan baru dan unik. Koleksi ini terinspirasi dari suku Minahasa, rumah adat Woloan, Kolintang dan juga keindahan laut Manado.

"Setiap koleksi menceritakan bagian Indonesia yang berbeda dan merupakan penghormatan terhadap warisan budaya Indonesia selama berabad-abad," tambah Eugenio.

Terakhir, Nusantara yang mengambil inspirasi dari Indonesia. Koleksi Nusantara merupakan koleksi dari tim Research & Development (R&D) Dio Living. Koleksi ini terinspirasi dari keindahan alam dan budaya di Indonesia yang diterjemahkan dalam bentuk furnitur fungsional, sehingga cocok bagi generasi milenial.

 
Berita Terpopuler