KH Hasyim Zaini, Teladan Akhlah dari Nurul Jadid (III)

KH Hasyim Zaini merupakan sosok ulama yang sangat mengutamakan akhlaq al-karimah.

nurul jadid
Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Jawa Timur
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- KH M Hasyim Zaini merupakan sosok ulama yang sangat mengutamakan akhlaq al-karimah. Kepada para santrinya, ia selalu berpesan agar selalu menjaga etika. Sebab, Rasulullah Muhammad SAW mendapatkan gelar al-Amin (yang tepercaya) karena akhlaknya yang baik.

Baca Juga

Nabi SAW pun disenangi kawan dan disegani lawan. Kiai Hasyim juga merupakan sosok ulama yang lemah lembut. Meski harus marah, ia tidak pernah menampakkan perasaan amarah. Ini seperti yang dialami salah satu santrinya, Hasyim Syamhudi.

Ia menuturkan, ketika bulan Ramadhan, sebagian santri Nurul Jadid pulang ke kampung halaman masing-masing. Syamhudi yang kala itu menjadi pengurus pesantren. Untuk mengisi waktu luang, ia bersama beberapa kawannya pergi ke Kraksaan untuk menonton bioskop. Film yang diputar menampilkan kisah perjuangan seorang santri dalam berdakwah di daerah pedalaman.

Seusai nonton bioskop, Syamhudi dipanggil Kiai Hasyim. Mendapat panggilan tersebut, Syamhudi terkejut. Di kediamannya, sang pemuka Pondok Pesantren Nurul Jadid itu bertanya tentang perasaan santrinya tersebut saat menonton film. Kepada kiainya itu, Syahmudi pun mengaku senang. Sebab, film tadi bercerita tentang kehidupan seorang santri.

 

 

Bagaimanapun, Kiai Hasyim menasihati, menonton film di bioskop itu bagi seorang santri bisa menimbulkan fitnah. Apalagi, Syamhudi sendiri merupakan pengurus pesantren.

"Film itu tidak haram, gedung bioskop juga tidak haram, tapi yang perlu dipertimbangkan adalah opini masyarakat bahwa film dan bioskop itu nuansanya jelek. Sementara ananda adalah pimpinan, baik di sini, di Tanjung, dan di Kraksaan,"ujar Kiai Hasyim saat menasihati Syamhudi.

Mendengar teguran tersebut, Syamhudi kemudian memohon maaf. Ia mengaku siap menerima hukuman. Kiai Hasyim pun menyuruhnya untuk berdiri di depan rumahnya sembari membaca istighfar sebanyak seribu kali.

Sebagai pendidik, Kiai Hasyim dikenang sangat sabar dan telaten. Misalnya, saat mengajar ilmu falak di MA Nurul Jadid, ia tak hanya menjabarkan teori-teori seputar ilmu tersebut. Para murid juga diajaknya untuk praktik langsung tentang bagaimana cara mengetahui waktu. Ini juga diterapkannya ketika mengajar kitab-kitab kuning di Masjid Jami' Nurul Jadid.

 

 

Akhlak mulia Kiai Hasyim juga tampak dari perilaku sehari-hari. Jika ada seorang tamu yang menunduk di hadapannya, sang kiai akan lebih menundukkan kepalanya daripada si tamu. Saat tamunya akan pulang, ia juga selalu mengantarkanya sampai ke gerbang.

Setelah tamu hilang dari pandangan mata, barulah dirinya masuk ke rumah. Dalam tiap perjalanan, misalnya, ketika berpapasan dengan seseorang yang dikenal, Kiai Hasyim akan memilih berhenti. Lantas, ia turun dari kendaraan dan menghampiri orang tersebut untuk berjabat tangan sembari menanyakan kabarnya.

Pengakuan tentang kemuliaan akhlak dan kelembutan hati Kiai Hasyim telah diakui kalangan ulama. Sebut saja KH Mahrus Ali, Habib al-Imam bin Abdullah al- Ala wiy, atau KH Hasan Saiful Rijal dari Pesantren Zainul Hasan Genggong.

 Di antara nasihat-nasihat sang kiai kepada para santrinya ialah, Orang yang temperamental mungkin akan berhasil, tetapi sedikit temannya. Sementara, orang yang berakhlakul karimah dan lembut akan berhasil dan banyak temannya. 

 
Berita Terpopuler