Pengasuh Nabi Musa: Asiah binti Muzahim (4)

Asiah juga adalah istri Fir'aun.

republika
Pengasuh Nabi Musa: Asiah binti Muzahim (4)
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Namun, beberapa wanita yang hadir memberi saran, "Coba lihatlah olehmu, apakah bayi ini mau mengisap air susunya atau tidak?" Akhirnya, Musa diangkat ke pangkuannya dan disodori air susunya. Tak disangka, sang bayi pun mengisap air susunya hingga kenyang.

Baca Juga

Asiah kemudian mengabari suaminya. Fir'aun pun geram, "Bayi itu berasal dari kaum Bani Israil, begitu pula perempuan yang menyusuinya juga berasal dari Bani Israil. Selamanya ini tidak boleh terjadi. Kita tidak boleh menyatukan keduanya." Namun, Asiah terus berusaha melembutkan suaminya, sampai akhirnya Fir'aun tenang dan mengurungkan niatnya untuk memisahkan Musa.

Begitu meletakkan putranya dalam pangkuan, ibunda Musa senang bukan kepalang. Ia berkata, "Aku tebus engkau, hai Musa."

Mendengar demikian, amarah Fir'aun pun kembali terpancing. Pada saat yang sama, Allah mengirim utusan agar ibunda Musa bertanya, "Sampaikanlah kepadaku, apakah benar kalian mengangkat bayi ini dari air sungai Nil? Tadi aku memanggilnya 'Musya" (sebagaimana ejaan bahasa Ibrani).

Fir'aun menjawab, "Benar sekali, aku telah mengangkatnya dari air sungai Nil. Kami telah menamainya Musya." Sejak itu, ibunda Musa tinggal di rumah Fir'aun, seraya menyembunyikan keimanannya bersama dengan saudari perempuannya dan dukun bayinya. Bahkan, hingga meninggal dukun bayi tersebut, tak seorang pun kaum Bani Israil yang mengetahui keimanan mereka.

Baca Juga: Pengasuh Nabi Musa: Asiah binti Muzahim (5-Habis)

Asiah memerintah agar anak itu diasuh dan dibesarkan sebaik-baiknya layaknya anak-anak raja pada umumnya. Perintah itu mereka laksanakan karena yang mereka ketahui, Musa adalah putra Fir'aun. Seiring perjalanan waktu, Musa pun tumbuh besar. 

Ia dikaruniai Allah perawakan yang kekar dan keberanian yang hebat, di samping akalnya yang cerdas dan bijak. Semua itu merupakan nikmat Allah yang diberikan kepadanya sampai ia tumbuh dewasa serta dikaruniai ilmu dan hikmah.

Suatu ketika, Musa membunuh seorang warga Qibthi, yang tak lain masih pengikut Fir'aun. Karena takut, ia kemudian melarikan diri dari Fir'aun dan bala tentaranya.

Sementara Asiah di tinggal dalam kesedihan oleh orang yang beriman kepada Allah. Tidak ada lagi yang beriman di istana itu selain Asiah dan dirinya. Mereka memeluk Islam, beriman, dan beribadah kepada Allah secara sembunyi-sembunyi.

Perlu juga diketahui, Asiah yang menyembah Allah secara sembunyi-sembunyi itu masih keturunan para nabi dan sisa-sisa penganut agama Ibrahim. Kala itu, di seantero Mesir tidak ada yang beriman kecuali Asiah, Hizqil (seorang keluarga Fir'aun), Masyithoh (putri Fir'aun sekaligus istri Hizqil), dan seorang lak laki yang memperingatkan Musa, sebagaimana yang disebutkan dalam Alquran, Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata, "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang orang yang memberi nasihat kepadamu," (al-Qashash [28]: 20). Bersambung....

 
Berita Terpopuler