Ribuan Keluarga Imigran Ilegal di AS akan Difasilitasi

Ribuan anak imigran terpisah dari orang tuanya akibat kebijakan di era presiden Trump

AP Photo/Gregory Bull
Warga Haiti menyeberangi perbatasan menuju Amerika Serikat (AS) di Tijuana, Meksiko. Ribuan anak imigran terpisah dari orang tuanya akibat kebijakan di era presiden Trump. Ilustrasi.
Rep: Uji Sukma Medianti Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Pemerintahan Trump telah memisahkan ribuan orang tua migran dari anak-anak mereka pada 2017 dan 2018 ketika mereka bergerak untuk menuntut orang-orang secara ilegal melintasi perbatasan barat daya. Anak di bawah umur, yang tidak dapat ditahan dalam tahanan kriminal bersama orang tua mereka, dipindahkan ke Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan.

Mereka kemudian dikirim untuk tinggal bersama sponsor, sering kali kerabat atau orang lain yang memiliki hubungan dengan keluarga. Kini di bawah pemerintahan Biden, para orang tua yang terpisah dari anak-anaknya hendak disatukan kembali. Pada Senin (13/9), satuan tugas federal meluncurkan program yang menurut para pejabat memperluas upaya untuk menemukan orang tua.

Banyak dari mereka berada di komunitas terpencil Amerika Tengah. “Kami menyadari bahwa kami tidak dapat membuat keluarga ini utuh kembali,” kata Michelle Brané, Direktur eksekutif Gugus Tugas Reunifikasi Keluarga pemerintah.

Namun, kata Brane, pihaknya ingin melakukan semua yang mereka bisa untuk menempatkan para migran menuju kehidupan yang lebih baik. Gugus tugas telah menyatukan kembali sekitar 50 keluarga sejak memulai pekerjaannya pada akhir Februari.

Baca Juga

Akan tetapi ada ratusan orang tua, dan mungkin antara 1.000 dan 2.000, yang terpisah dari anak-anak mereka dan belum ditemukan. Kurangnya catatan akurat dari pemerintahan Trump membuat sulit untuk mengatakan dengan pasti, kata Brané.

"Ini adalah tantangan besar yang kami benar-benar berkomitmen untuk menindaklanjuti untuk bertemu dan melakukan apa pun yang kami bisa untuk menyatukan kembali keluarga-keluarga ini," katanya saat menguraikan program baru dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press.

 
Berita Terpopuler