Taliban Umumkan Aturan Baru bagi Perempuan Bersekolah

Setiap perempuan di negara itu diizinkan untuk menempuh pendidikan.

AP Photo/Bernat Armangue
Bendera ikonik Taliban dilukis di dinding di luar kompleks kedutaan Amerika di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 11 September 2021.
Rep: Puti Almas Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, KABUL -- Menteri Pendidikan Tinggi Afghanistan Abdul Baqi Haqqani mengatakan bahwa ada kemungkinan bahwa setiap perempuan di negara itu diizinkan untuk menempuh pendidikan dan bersekolah secara langsung. Namun, aturan terbaru yang diberlakukan adalah bahwa mereka harus  melakukannya di tempat berbeda dengan laki-laki. 

Baca Juga

Hal tersebut mengartikan nantinya perempuan menempuh pendidikan di sekolah maupun universitas khusus untuk Kaum Hawa. Sebelumnya, dalam kepemimpinan Taliban pada 1996 hingga 2001, terdapat larangan bersekolah bagi perempuan, yang dianggap sebagai hal yang tidak menghormati hak asasi manusia, serta aturan-aturan ekstrem lainnya

 

Namun, setelah kembali mengambil alih kepemimpinan Afghanistan, Taliban mengindikasikan wajah yang lebih moderat dalam pemerintahannya. Kelompok itu juga mengatakan tak akan melarang perempuan untuk bersekolah maupun bekerja, namun hingga saat ini meminta mereka yang tidak bekerja di sektor kesehatan untuk tidak pergi keluar hingga situasi keamanan membaik. 

Pengumuman mengenai kebijakan pendidikan datang setelah Taliban mengibarkan bendera di atas istana presiden, yang menandakan dimulainya pemerintahan mereka secara resmi. Sejak tidak memimpin Afghanistan, perempuan dan laki-laki dapat menempuh Pendidikan secara berdampingan, serta tidak ada aturan berpakaian secara khusus yang diberlakukan. 

Namun, Haqqani mengatakan tidak akan ada masalah karena Afghanistan dengan mayoritas penduduk Muslim pasti akan mudah menerimanya. Beberapa pihak cukup khawatir bahwa aturan baru pada akhirnya akan membuat perempuan tak dapat menempuh pendidikan karena sumber daya untuk menyediakan kelas atau sekolah terpisah mungkin tidak tersedia. 

 

Atas kekhawatiran tersebut, Haqqani mengatakan akan ada sumber daya yang cukup, termasuk diantaranya guru perempuan. Bahkan, jika jumlah pengajar perempuan tidak mencukupi, maka sekolah bisa menggunakan pengajar laki-laki dari ‘balik tirai’ ataupun memanfaatkan teknologi.

Perempuan juga diminta mengenakan jilbab, namun Haqqani belum merinci apakah termasuk penggunaan penutup wajah seperti burqa diwajibkan. Selain aturan pemisahan laki-laki dan perempuan serta pakaian, nantinya mata pelajaran yang diajarkan, secara khusus di Universitas akan ditinjau. 

“Menciptakan kurikulum yang masuk akal dan Islami yang sejalan dengan nilai-nilai Islam, nasional dan sejarah kita dan, di sisi lain, mampu bersaing dengan negara lain,” ujar Haqqani dalam sebuah pernyataan, dilansir RNZ, Senin (13/9).  

Sejak Taliban digulingkan dari kekuasaan pada 2001, kemajuan besar telah dibuat dalam meningkatkan pendidikan dan menghapuskan buta huruf di Afghanistan, terutama untuk anak. Sebuah laporan baru-baru ini oleh cabang pendidikan Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNESCO, mengatakan bahwa jumlah anak perempuan di sekolah dasar telah meningkat dari hampir nol menjadi 2,5 juta dalam 17 tahun terakhir. 

Laporan itu juga mengatakan tingkat kemampuan baca dan tulis perempuan hampir dua kali lipat dalam satu dekade menjadi 30 persen. Namun, Pemerintah baru yang dipimpin Taliban saat ini telah menggantikan Kementerian Urusan Wanita dengan Kementerian Kebaikan dan Kebajikan.

 

Kementerian tersebut selama ini sangat ditakuti akan bertanggung jawab untuk mengerahkan polisi ke jalan-jalan untuk menegakkan hukum Syariah, seperti masa kekuasaan Taliban sebelumnya. Kebijakan ini dinilai sangat melanggar hak asasi manusia karena kerap terjadi pemukulan terhadap perempuan atas apa yang dinilai sebagai pelanggaran ketentuan berpakaian dan berada di luar rumah tanpa wali laki-laki.

 

Banyak perempuan yang sudah melarikan diri dari Afghanistan untuk mengantisipasi kembalinya Taliban kembali ke tampuk kekuasaan. Salah satunya adalah penyanyi pop Aryana Sayeed yang meninggalkan negara itu dengan menggunakan pesawat kargo Amerika Serikat (AS) dan sutradara film terkenal Sahraa Karimi saat ini telah dievakuasi ke Ukraina.

 
Berita Terpopuler