Industri K-Pop Terdampak Pengetatan Aturan di China

Korea Selatan telah memperluas pasar musik K-pop ke luar pasar China.

EPA
Jimin, personel BTS. Penggemar di China mengumpulkan dana untuk memajang foto Jimin di pesawat Jeju Air. Akibat itu, akun Weibo basis penggemar Jimin pun ditangguhkan selama 60 hari.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL — Industri K-pop memperluas jaringannya ke luar pasar China. Mereka berupaya mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh pengetatan peraturan Beijing terhadap selebritas Korea Selatan, termasuk bintang hallyu (gelombang Korea).

Dalam perkembangan terakhir, Weibo, yang merupakan media sosial China, memberlakukan penangguhan 30 hari pada 21 akun milik klub penggemar K-pop, seperti BTS, NCT, EXO, dan Blackpink atas tuduhan perilaku tidak rasional. Platform media sosial itu juga memberlakukan penangguhan 60 hari pada akun klub penggemar anggota BTS Jimin, yang mengumpulkan uang untuk menghias pesawat Jeju Air dengan foto idolanya dalam rangka perayaan ulang tahun Jimin pada 13 Oktober.

Dilansir Yonhap, pada Jumat (10/9), orang dalam di industri K-pop mengatakan, tindakan keras pihak berwenang China terhadap perilaku penggemar dapat merugikan bisnis hiburan Korea dalam jangka pendek. Pendapatan mereka dari pengeluaran penggemar China akan berkurang.

Baca Juga

Di lain sisi, mereka juga mencatat bahwa tindakan keras itu bukanlah hal baru. Bintang-bintang Korea Selatan tetap memiliki fandom besar di China, meskipun pihak berwenang terus melakukan pembatasan atas keputusan Seoul 2016, untuk menjadi tuan rumah sistem pertahanan rudal AS.

Selain itu, industri K-pop tidak bergantung pada pasar China seperti dulu. K-pop telah mendiversifikasi portofolio luar negerinya dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut Layanan Bea Cukai Korea, China adalah pasar terbesar kedua setelah Jepang untuk penjualan album Korea Selatan dari 2017 hingga 2019. Tahun lalu, China turun ke posisi ketiga di belakang Amerika Serikat.

Data tersebut juga menunjukkan bahwa ekspor album Korea Selatan senilai 123 juta dolar AS (sekitar Rp1,7 triliun) dari Januari hingga November 2020. dengan China menyumbang 16 juta dolar AS (sekitar Rp 228 miliar).

"Penjualan album K-pop telah meningkat tajam di Amerika Serikat dan Eropa akhir-akhir ini, menandai pergeseran dari Asia dalam hal proporsi penjualan," kata analis senior di pelacak musik lokal Gaon, Kim Jin-woo.

Penggemar China diketahui melakukan pembelian grup album K-pop, sebuah praktik yang dapat dibatasi oleh larangan pengeluaran irasional. Selain itu, platform musik terbesar di China, QQ Music, baru-baru ini melarang pembelian berulang untuk album atau single digital yang sama.

Pembelian individu masih diperbolehkan. Demikian juga dengan konsumsi musik di area selain penjualan album, seperti konser atau penampilan di TV dan iklan China.

"Dalam jangka pendek, (peraturan China) dapat mengurangi ekspor album K-pop sebesar satu sampai dua juta unit, tetapi efeknya akan terbatas karena penjualan album fisik diperkirakan akan mencapai 50 juta unit secara global tahun ini," ujar Kim.

 
Berita Terpopuler