Peringatan Agar Kita Tetap Waspada: Dari IDI Hingga Jokowi

Pandemi belum berakhir meski kurva penularan Covid-19 di Indonesia sedang menurun.

ANTARA/Andreas Fitri Atmoko/rwa.
Wisatawan memadati kawasan Malioboro, Yogyakarta, Ahad (5/9/2021). Saat akhir pekan, kawasan Malioboro sudah ramai dikunjungi wisatawan sejak Yogyakarta masih menjalankan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Dessy Suciati Saputri

Kurva penularan Covid-19 di Indonesia saat ini tengah berada pada tren melandai seusai gelombang kedua infeksi yang puncaknya terjadi pada Juni-Juli lalu. Meski demikian, Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta masyarakat untuk senantiasa tetap waspada dan menerapkan protokol kesehatan.

"Kasus sepertinya sudah melandai, namun kita harus senantiasa tetap waspada, dan menerapkan protokol kesehatan," ujar Ketua Tim Mitigasi Dokter PB IDI, Adib Khumaidi dalam webinar bertema "Penatalaksanaan COVID-19 dan Sosialisasi Standar Perlindungan Dokter" dipantau via daring di Jakarta, Kamis (9/9).

Di samping itu, ia juga meminta para tenaga medis untuk terus melaksanakan tugas sesuai dengan prosedur karena Indonesia masih dihadapkan potensi penyebaran virus seiring munculnya varian-varian baru virus Corona. Pihaknya juga akan terus melakukan upaya perbaikan-perbaikan terhadap sistem protokol kesehatan nasional.

"Di antaranya dengan memperbaiki sistem pelayanan kesehatan, jejaring rujukan, memperkuat fasilitas kesehatan primer dengan revitalisasi program puskesmas dengan dukungan dari klinik praktik mandiri dan dokter praktik mandiri," katanya.

Selain itu, pihaknya juga memperbaiki sistem pembiayaan dengan mengikutsertakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) Kesehatan di dalam upaya penanganan pandemi Covid-19.

In Picture: Uji Coba Pembukaan Kembali Obyek Wisata di Yogyakarta

Objek wisata edukasi Taman Pintar masih ditutup, Yogyakarta, Kamis (9/9). Turunnya Yogyakarta menjadi PPKM Level 3 menjadi angin segar dunia pariwisata. Ada tiga tempat wisata yang menjadi rekomendasi untuk bisa di uji coba menggunakan aplikasi peduli lindungi, yakni Candi Ratu Boko, Taman Pintar, dan Watu Lumbung. - (Wihdan Hidayat / Republika)

 

Dalam kesempatan sama, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, saat ini kasus konfirmasi mulai menurun setelah melewati lonjakan gelombang kedua infeksi (second wave) beberapa waktu lalu.

"Second wave lalu merupakan salah satu masa transisi yang penting. Pandemi dan second wave mengajarkan kepada kita berbagai macam respon yang harus kita hadapi dan penyesuaian protokol pengobatan yang harus kita lakukan sehingga kasus ini bisa kita hadapi bila ada gelombang berikutnya," ujarnya.

Menurut Dante, belum ada yang mengetahui kapan pandemi berakhir. Akan tetapi, respons IDI dan organisasi profesi untuk mengadaptasi situasi yang terjadi merupakan hal penting.

"Meski kasus di Indonesia turun, namun kasus konfirmasi harian saat ini masih terjadi di beberapa tempat," katanya.

Ia menyampaikan, saat ini Indonesia masih mencatatkan sekitar 7.000-8.000 orang yang terkonfirmasi sebagai kasus baru setiap harinya, setelah Indonesia melewati lonjakan gelombang kedua hingga sampai 50 ribu kasus.

"Ini menunjukkan bahwa pandemi belum selesai di regional wilayah kita dan harus tetap kita antisipasi untuk tidak terjadi di masa mendatang," katanya.

 

Terkait angka-angka penularan Covid-19 di Indonesia, Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut, positivity rate di Indonesia saat ini terus mengalami perbaikan. Dengan positivity rate sebesar 6,97 persen, itu artinya Indonesia hampir mencapai maksimal standar WHO yaitu 5 persen.

Baca Juga

“Saat ini positivity rate di Indonesia sebesar 6,97 persen yang mana sedikit lagi mencapai maksimal standar WHO yaitu 5 persen,” ujar Wiku saat konferensi pers.

Jika dilihat pada tingkat provinsi, seluruh provinsi terpantau mengalami penurunan angka positivity rate selama dua minggu berturut-turut, kecuali Sulawesi Barat yang sempat mengalami kenaikan. Penurunan paling drastis terjadi di Lampung yang turun sebesar 40,14 persen, Jambi turun 36,74 persen, dan Aceh turun 31,26 persen.

Satgas juga mencatat, per 5 September terdapat 14 provinsi yang memiliki positivity rate di bawah standar WHO. Yakni Maluku, DKI Jakarta, Maluku Utara, Kepulauan Riau, Bengkulu, Banten, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, Papua, Jawa Timur, Papua Barat, Gorontalo, Jawa Barat, dan NTB.

“Sebagai catatan, selama 3 minggu terakhir jumlah orang yang diperiksa mingguan kita terus mengalami peningkatan dari 600 ribu menjadi 800 ribu orang per minggu,” kata dia.

Wiku meminta masyarakat agar menyikapi tren penurunan kasus positif dengan bijaksana. Meskipun saat ini kasus positif menunjukkan penurunan signifikan, Wiku mengingatkan potensi kenaikan masih bisa terjadi jika masyarakat tak bijaksana dalam melakukan kegiatannya.

“Pemerintah meminta kepada masyarakat agar tetap bijaksana dalam menyikapi perkembangan pandemi Covid-19 yang cukup positif ini. Penting untuk diingat, masih ada potensi kenaikan kasus apabila kita tidak bijaksana menyikapi masa-masa ini,” ujar Wiku saat konferensi pers.

Wiku mengatakan, Covid-19 tak akan hilang dalam waktu dekat ini. Karena itu, masyarakat harus tetap menjaga kewaspadaannya sehingga terhindar dari paparan Covid-19.

 

 

Sebagai antisipasi ke depannya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta jajarannya, khususnya Menteri Perhubungan, agar mewaspadai munculnya varian baru Covid-19 yakni varian Mu. Hal ini disampaikannya saat memimpin rapat terbatas evaluasi PPKM di Istana Presiden, Jakarta, yang digelar secara tertutup, Selasa (7/9).

"Saya juga ingin perhatian kita semuanya yang berkaitan dengan perhubungan, mungkin pak Menhub, yang berkaitan dengan varian baru varian Mu ini betul-betul agar kita lebih waspada dan detail jangan sampai ini merusak capaian yang sudah kita lakukan," ujar Jokowi dikutip dari kanal Youtube Sekretariat Presiden.

Meski mengalami tren penurunan yang cukup signifikan, Jokowi tak ingin masyarakat menjadi lengah dan melakukan berbagai kegiatan normal seperti sebelum pandemi. Kegiatan masyarakat yang tanpa pengawasan inipun dinilainya berbahaya karena dapat berpotensi meningkatkan jumlah kasus.

"Berita-berita ini dulu-dulu penting, tapi sekarang jangan sampai informasi seperti ini disalahmengertikan bahwa sudah boleh ini, sudah boleh ini, sudah boleh ini, ini yang berbahaya," ucap Jokowi.

Jokowi juga meminta masyarakat agar tak melakukan euforia berlebihan seiring dengan penurunan kasus Covid-19 di Tanah Air. Ia mengingatkan masyarakat bahwa Covid-19 tak akan bisa hilang sepenuhnya sehingga kenaikan kasus dapat kembali terjadi jika masyarakat lengah.

 

Penurunan kasus Covid-19 - (Republika)

 
Berita Terpopuler