Bulgaria Berlakukan Pembatasan Anti-Covid Baru

Bulgaria sedang memerangi lonjakan infeksi yang cepat karena varian delta.

Pixabay
Ilustrasi virus corona.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, SOFIA -- Bulgaria telah memberlakukan pembatasan anti-Covid baru. Negara itu kini sedang memerangi lonjakan infeksi yang cepat karena varian delta.

Baca Juga

Negara Balkan timur ini memiliki salah satu tingkat kematian virus corona tertinggi di Uni Eropa sejak awal pandemi. Meskipun demikian, warga Bulgaria adalah yang paling ragu-ragu di blok tersebut untuk mendapatkan vaksinasi terhadap Covid-19.
 
Dilansir di Euronews, Rabu (8/9), hanya 20 persen orang dewasa di Bulgaria, yang berpenduduk 7 juta, sejauh ini telah divaksinasi lengkap. Angka itu menempatkannya terakhir di UE, yang memiliki rata-rata 69 persen orang dewasa yang divaksinasi penuh.
 
Bulgaria memiliki akses ke keempat vaksin yang disetujui oleh UE, yang dikembangkan oleh Pfizer/BioNTech, Moderna, AstraZeneca, dan Johnson & Johnson.
 
Sejak awal pandemi, lebih dari 19 ribu orang di Bulgaria telah meninggal karena Covid-19, tingkat kematian tertinggi ketiga di UE, di bawah Republik Ceko dan Hongaria.
 
Dalam sepekan terakhir, rata-rata 41 orang meninggal setiap hari. Kampanye inokulasi Bulgaria yang sebagian besar gagal sekarang berisiko menempatkan sistem perawatan kesehatan negara itu di bawah tekanan serius.
 
Sebagai tanggapan, pemerintah memberlakukan pembatasan yang lebih ketat pada hari Selasa. Restoran dan kafe harus tutup pada pukul 23:00 dan meja mereka terbatas untuk enam orang.
 
Klub malam juga telah ditutup. Bioskop serta teater sekarang dibatasi hingga setengah kapasitas. Arena olahraga luar ruangan dibatasi hingga 30 persen kapasitas.

 
 
Mariya Sharkova, seorang spesialis hukum kesehatan masyarakat, percaya bahwa serapan vaksin Bulgaria yang sangat rendah adalah hasil dari rendahnya kepercayaan penduduk terhadap lembaga resmi. Di sisi lain, banyak informasi yang salah tentang vaksinasi, ketidakstabilan politik, dan kampanye vaksinasi nasional yang lemah.
 
"Di Bulgaria, kami tidak memiliki literasi kesehatan yang baik. Banyak orang memilih untuk percaya teori konspirasi dan berita palsu," kata Sharkova.
 
Hanya vaksin yang wajib di Bulgaria, seperti campak, gondok, dan rubella, yang memiliki serapan tinggi. Sharkova mengatakan beberapa kesalahan terletak pada program vaksinasi pemerintah. Pemerintah dinilai tidak membangun strategi apa pun tentang cara melawan keraguan terhadap vaksin.
 
"Kami tidak memiliki kampanye informasi nyata untuk vaksin. Kementerian kesehatan bergantung terutama pada pengumuman di situs web kementerian, dan saya tidak berpikir ada orang yang benar-benar melanjutkan dan membacanya," kata dia.
 
Saluran televisi nasional Bulgaria juga telah dikritik karena mengizinkan dokter yang skeptis terhadap vaksin untuk diwawancarai secara langsung.
 
"Kebijakan terbaik untuk negara dan populasi yang ragu-ragu seperti kita adalah vaksin wajib," kata Sharkova. 

 

 

 
Berita Terpopuler