Kenapa Orang Masih Merasa Kesepian Usai Bermain Medsos?

Sebagian orang masih merasa kesepian meskipun telah berinteraksi lewat medsos.

EPA-EFE/IAN LANGSDON
Logo aplikasi perpesanan. Berinteraksi dengan media sosial tak serta-merta membuat orang terlepas dari rasa kesepian.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masih merasa kesepian setelah bermain di media sosial? Psikolog klinis dewasa dari Universitas Indonesia, Inez Kristanti, menganggap hal itu wajar.

"Tidak apa-apa kalau main media sosial tetapi tetap merasa kesepian, saya rasa itu hal yang bisa dipahami," ujar psikolog yang berpraktik di klinik Angsamerah itu dalam sebuah diskusi media secara virtual.

Menurut Inez, ini terkait kualitas interaksi yang hasilnya tak bisa setara saat Anda berkomunikasi dengan orang lain secara tatap muka. Dia mengatakan, berinteraksi melalui teknologi seperti media sosial bahkan bisa menjauhkan yang dekat dan malah mendekatkan teman yang jauh.

"Di media sosial, walau kita berinteraksi dengan orang kualitasnya tidak bisa disetarakan dengan hubungan personal," kata dia.

Walau begitu, memang tak ada salahnya memanfaatkan teknologi untuk sekedar menyapa atau menanyakan kabar orang-orang tersayang Anda, di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Pastikan setiap harinya selain menggunakan media sosial, Anda juga memiliki waktu untuk berinteraksi dengan orang lain.

"Tidak harus face to face karena di masa pandemi bisa melakukan panggilan Zoom dengan grup teman-teman atau menanyakan kabar keluarga," ujar dia.

Lebih lanjut, terlepas dari manfaat yang dihadirkan media sosial, seperti terhubung dengan orang lain dan memiliki akses mudah ke informasi, sebenarnya ada sejumlah kerugian darinya, seperti diungkap dari Psychology Today. Sebuah studi tentang interaksi media menunjukkan berkomunikasi melalui Facebook mungkin memiliki implikasi negatif untuk kesejahteraan sehingga merusak keadaan afektif pengguna dan meningkatkan kecemburuan.

Agar ini tak terjadi, cobalah menggunakan media sosial secara bijak. Salah satunya membatasi jumlah waktu yang kita habiskan untuk bermedia sosial menjadi setengah dari biasanya, menurut David Braucher dari Faculty of the William Alanson White Institute's Division dan anggota Psychoanalytic Program and Intensive Psychoanalytic Psychotherapy Program.

Sementara itu, untuk anak-anak dan remaja solusinya bukan mencegah mereka menggunakan media sosial, menurut psikolog dari Florida Atlantic University, Yamila Lezcano. Menurut dia, orang tua dan pendidik perlu ikut serta mengajari anak-anak dan remaja tentang perilaku yang pantas selama bermedia sosial sembari menjelaskan potensi efek positif dan negatifnya.

 
Berita Terpopuler