Mengintip Sekolah Menunggang Kuda Muslim di Gloucester

Seko,ah berkuda didasari menghubungkan kembali Muslim dengan warisan budaya mereka.

The National/Mark Chilvers
Mengintip Sekolah Menunggang Kuda Muslim di Gloucester. Pendiri sekolah berkuda Muslim di Gloucester, Inggris Imran Atcha (kanan) dan murid-muridnya. 
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, GLOUCESTER -- Sebuah sekolah berkuda kecil yang dikelola komunitas Muslim berdiri di jalan belakang salah satu daerah Gloucester yang paling miskin dan beragam secara etnis. Kota ini memiliki populasi 130 ribu orang, berlokasi di barat Inggris.

Baca Juga

Untuk menemukan tempat ini, Anda harus awas dan tidak berkedip. Lokasinya terjepit di antara deretan rumah bertingkat dan sebuah gereja besar.

Dalam radius satu mil, 50 bahasa digunakan. Tetapi, ada satu kata yang dipahami semua orang secara lokal, yaitu 'harapan'. Perasaan harapan itu diberikan dalam banyak hal oleh seorang pria yang luar biasa dan inspiratif, seorang Muslim yang taat, bernama Imran Atcha.

Sepuluh tahun yang lalu, pria berusia 50 tahun ini mendirikan Sekolah Peternakan dan Berkuda Kota St James. Ia berupaya melawan segala rintangan dan pandemi dan berhasil membuktikannya.

Upaya-upaya ini ia lakukan dengan dorongan iman dan keyakinannya. Kuda dan pertemuan dengan hewan dan alam dapat membantu menyembuhkan banyak penyakit di masyarakat.

Dilansir di The National News, Ahad (5/9), ia selalu menyukai kuda dan apa yang mereka perjuangkan. Sebagai anak laki-laki, dia sering bermimpi tentang kuda. Tetapi karena berasal dari keluarga miskin, dia tidak pernah memiliki kesempatan menunggang kuda.

 

Setelah dewasa, dia mengumpulkan 500 poundsterling atau setara Rp 10 juta untuk membeli seekor kuda dan belajar sendiri. Usahanya ini lantas mengubahnya menjadi pribadi yang lain dan memberinya tujuan.

Misinya sekarang adalah memberikan kesempatan kepada anak-anak berusia empat hingga 12 tahun dari komunitas mayoritas Muslim yang tidak memiliki kesempatan untuk belajar berkuda. Ia mendasari keinginannya untuk mendidik dan menghubungkan kembali Muslim dengan warisan kuda atau budaya mereka. 

"Saya berjuang sendiri selama bertahun-tahun untuk masuk ke dunia yang berhubungan dengan kuda. Sekarang saya memiliki tujuan untuk membuatnya semudah mungkin bagi anak-anak dari pusat kota untuk belajar tentang kuda,” kata Atcha.

Ia menyebut dirinya sebagai seorang Muslim dan sebagian besar dari daerahnya adalah anak-anak imigran Muslim generasi ketiga, yang dirasa telah kehilangan akarnya. Anak-anak saat ini menghabiskan berjam-jam sehari untuk hiburan berbasis layar dan ada pemutusan hubungan dengan alam.

"Secara religius, ketika Anda terhubung dengan alam dan hewan, Anda terhubung dengan Tuhan. Ketika anak-anak berhubungan dengan kuda, mereka benar-benar berubah. Anda melihat perkembangan itu dan para guru serta orang tua tidak dapat mempercayainya," kata Atcha.

Dia juga tertarik mengajar anak-anak tentang warisan Arab. Ia menyebut banyak yang datang dari komunitas pedesaan menuju kota dan kehilangan koneksi itu. Menunggang kuda adalah bagian besar dari warisan Muslim sejak awal.

 

Jika anak-anak ini mengetahui sejarah mereka yang begitu kaya akan penunggangan kuda dari perspektif budaya dan agama, ia merasa mereka akan sangat bangga dan tertarik akan hal itu. "Ada banyak risalah agama dalam Alquran tentang manfaat menunggang kuda, banyak nasihat dari hadits Nabi SAW tentang kebaikan berada di atas kuda. Waktu yang dihabiskan dengan kuda tidak dianggap sia-sia," lanjutnya.

Banyak Muslim di Inggris cenderung mengasosiasikan kuda dan balap dengan perjudian dan alkohol. Hal ini tentu saja dilarang dalam Alquran.

Ada manfaat yang tak terhitung berkaitan dengan kuda dan bakat yang belum dimanfaatkan. Proyek amal kecil ini adalah salah satu bagian dari menghidupkan kembali warisan yang hilang, mengembangkan generasi muda dan menyatukan komunitas dari semua latar belakang pada saat yang sama.

Perlahan tapi pasti, dia memenangkan hati dan pikiran masyarakat sekitar. Beberapa anak yang belajar berkuda di sekolahnya disebut telah mengikuti lomba balap kuda poni di seluruh negeri.

Dia hanya mengenakan biaya 2,50 Poundsterling atau Rp 50 ribu untuk pelajaran awal dan 5 poundsterling atau Rp 100 ribu setelahnya. Jika keluarga tidak mampu membayar, dia akan menemukan cara untuk mendukung mereka.

Dia memberikan pelajaran untuk 40 anak seminggu. Dia memiliki lebih dari 100 anak dalam daftar tunggu, tetapi hanya memiliki lima kuda poni.

Penggalangan dana adalah perjuangan yang terus-menerus dilakukan. ia disebut kerap mendapatkan sumbangan pribadi dan dukungan dari organisasi lain, tetapi hal itu masih belum cukup.

"Jika kami memiliki uang, kami bermimpi dapat mengembangkan kandang kedua di pedesaan, di mana kami dapat mengajari lebih banyak anak tidak hanya tentang berkuda, tetapi juga peternakan, perawatan, serta perawatan hewan," ujar dia. 

https://www.thenationalnews.com/sport/horse-racing/2021/09/04/inside-gloucesters-muslim-horse-riding-school/

 
Berita Terpopuler