Antibodi Balik Lawan Sistem Imun, Pasien Covid-19 Jadi Parah

Studi internasional mengungkap penyebab keparahan kondisi pasien Covid-19.

AP/Jorge Saenz
Seorang pasien Covid-19 terbaring di ICU Rumah Sakit Nasional di Itaugua, Paraguay, Rabu, 28 April 2021. Keparahan Covid-19 disinyalir terjadi karena keberadaan autoantibodi yang menyerang sistem imunitas.
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi internasional menyebutkan antibodi yang berbalik melawan sistem kekebalan tubuh sendiri adalah alasan keparahan penyakit parah dan kematian di antara seperlima pasien Covid-19. Antibodi jahat ini dikenal sebagai "autoantibodi" yang juga terdapat pada sebagian kecil individu yang sehat dan tak terinfeksi SARS-CoV-2.

Baca Juga

"Prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia, ini dapat membantu menjelaskan mengapa orang lanjut usia berisiko lebih tinggi mengalami Covid-19 yang parah," demikian publikasi di laman Nature.

Autoantibodi ini juga yang menyebabkan autoimun. Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Science Immunology itu menunjukkan bahwa sekitar 10 persen orang dengan Covid-19 parah memiliki autoantibodi yang menyerang dan memblokir jenis interferon alias molekul protein dalam darah yang memiliki peran penting dalam melawan infeksi virus.

Tim di Rockefeller University di New York City, Amerika Serikat yang pertama kali mempelajari 3.595 pasien dari 38 negara dengan Covid-19 kritis. Artinya, individu tersebut cukup sakit untuk dirawat di unit perawatan intensif.

Secara keseluruhan, sebanyak 13,6 persen pasien ini memiliki autoantibodi. Sekitar 9,6 persen dari mereka yang berusia di bawah 40 tahun dan 21 persen berusia di atas 80 tahun. Autoantibodi juga ditemukan pada 18 persen orang yang telah meninggal dunia. Para peneliti menduga antibodi jahat ini adalah penyebab, bukan konsekuensi Covid-19 yang kritis.

Tim juga menemukan individu dengan mutasi genetik yang mengganggu aktivitas interferon tipe 1 berisiko lebih tinggi terkena penyakit yang mengancam jiwa. Selanjutnya, para peneliti memperluas penyelidikan autoantibodi dalam sampel darah yang diambil dari hampir 35 ribu orang sehat sebelum pandemi.

Mereka menemukan bahwa 0,18 persen dari mereka berusia antara 18 hingga 69 memiliki autoantibodi yang ada terhadap interferon tipe 1 dan proporsi ini meningkat seiring bertambahnya usia. Auto antibodi ditemukan sekitar 1,1 persen dari usia 70 hingga 79 tahun dan 3,4 persen mereka yang berusia diatas 80 tahun.

"Ada peningkatan besar dalam prevalensi (autoantibodi). Sebagian besar menjelaskan risiko tinggi Covid-19 parah dalam populasi lanjut usia," kata ahli imunologi Rockefeller University, Jean-Laurent Casanova, dikutip dari laman Times Now News, Sabtu (4/9).

 
Berita Terpopuler