Mahasiswa UMM Buat Aplikasi Pendeteksi Penyakit Padi

Aplikasi E-Rice Detector dilengkapi dengan Kecerdasan Buatan.

Antara/Jojon
Petani menjaga tanaman padinya dari serangan hama burung pipit . ilustrasi
Rep: Wilda Fizriyani Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Penyakit pada padi selalu menjadi momok tersendiri bagi petani. Faktor ini yang sering membuat gagalnya panen dan berdampak nyata pada kerugian.

Baca Juga

Melihat permasalahan tersebut, tim mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berinisiatif memberikan solusi. Salah satunya melalui aplikasi pemindai penyakit pada padi yang dinamakan E-Rice Detector.
 
Ketua Tim Ulfah Nur Oktavianaa mengatakan, aplikasi ini dapat mendeteksi dan mengklasifikasi penyakit pada padi. Didukung dengan Deep Learning sistem berbasis Artificial Intelegence (AI), aplikasi ini akan memudahkan petani dalam mendeteksi penyakit yang menjangkiti padi. E-Rice Detector dilengkapi dengan Sistem AI dengan metode Deep Learning sehingga petani bisa mendeteksi penyakit.
 
"Ini akan membantu mencegah terjadinya gagal panen,” kata Ulfah.
 
Menurut Ulfah, E-Rice Detector memiliki empat fitur unggulan. Pertama, fitur pindai penyakit padi di mana pengguna hanya perlu mengambil gambar daun padi dan memilih tombol centang. Kemudian akan muncul hasil, klasifikasi, serta deteksi penyakitnya. Adapun pemindaian ini memilik akurasi mencapai 97 persen.
 
Fitur berikutnya yakni pesan otomatis, semacam Chat Bot yang memberikan informasi terkait penyakit padi. Kemudian juga berisi informasi penjual pupuk dan harga padi per kecamatan. 
 
Selanjutnya ada fitur daftar penyakit yang menyediakan daftar dan informasi penyakit padi yang ada di setiap kecamatan. Selain itu terdapat pula fitur berita yang menyajikan berita dan informasi terkini dari para pakar pertanian. Dari sini, Ulfah menegaskan a, E-rice ini tidak hanya digunakan sebagai deteksi penyakit tapi juga akan menyediakan bantuan informasi dan berita mengenai pertanian.
 
Mahasiswa Informatika UMM ini mengatakan dalam upaya mematangkan E-Rice Detector, timnya telah melakukan User Acceptance Test (UAT), yakni tahap uji coba aplikasi. Adapun aplikasi E-Rice Detector telah diuji coba di empat Kabupaten. "Mulai dari Gresik,Tulungagung, Lamongan, hingga Nganjuk," ungkapnya dalam pesan resmi yang diterima Republika.co.id, Senin (30/8).
 
 
 

 
Menurut Ulfah, masyarakat sangat senang dan merasa terbantu dengan adanya E-Rice Detector. Tim juga telah melakukan uji coba blackbox untuk memastikan seluruh fitur bekerja sesuai dengan yang diinginkan.
 
Selain Ulfah, E-Rice juga diciptakan oleh mahasiswa Tiara Intana Sari, Naufaldi Izad Firmana, dan Ricky Hendrawan dari jurusan Informatika. Adapula mahasiswa Alfian Dwi Khoirul Annas dari jurusan Agroteknologi UMM. 
 
Saat ini proyek E-Rice Detector telah diajukan melalui Program Kreatifitas Mahasiswa-Karsa Cipta (PKM-KC) dan berhasil mendapatkan pendanaan. Proses perancangannnya memakan waktu tiga bulan dan kini sudah siap didaftarkan di Play Store pekan depan. Keberhasilan tim menciptakan aplikasi sendiri tidak lepas dari bimbingan dosen Galih Wasis Wicaksono.
 

 

Terakhir, Ulfah dan kawan-kawan berharap aplikasi ini mampu menyelesaikan masalah kerugian pertanian akibat penyakit. Selain itu, dapat menjadi langkah baru revolusi industri di dunia pertanian. "Karena perkembangan teknologi seharusnya bisa digunakan untuk membantu pertanian dan mempermudah informasi dari pemerintah kepada petani," ucapnya.

 
Berita Terpopuler