Studi: Efektivitas Pfizer Turun Lebih Cepat dari AstraZeneca

Efektivitas vaksin Pfizer dan AstraZeneca turun tiga bulan setelah dosis kedua.

AP/Vincent Thian
Vaksin Covid-19 Pfizer. Meski unggul dalam perlindungan awal, studi terbaru mengungkap bahwa efektivitas vaksin Pfizer-BioNTech terhadap varian delta yang kini mendominasi merosot seiring waktu. Terlepas dari itu, efektivitasnya masih di atas yang disyaratkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Rep: Santi Sopia, Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua pekan setelah pemberian dosis kedua, vaksin Pfizer-BioNTech diketahui memiliki efektivitas 93 persen terhadap Covid-19. Sementara itu, angkanya pada vaksin Oxford-AstraZeneca 71 persen.

Meski unggul dalam perlindungan awal, studi terbaru mengungkap bahwa efektivitas vaksin Pfizer-BioNTech terhadap varian delta yang kini mendominasi merosot seiring waktu, sementara daya proteksi vaksin Oxford-AstraZeneca secara umum tidak terlalu banyak berubah. Efektivitas Pfizer tampak menurun dalam tingkat yang lebih cepat dibandingkan AstraZeneca.

Tim peneliti dari University of Oxford menemukan ada sedikit perubahan dalam efektivitas vaksin AstraZeneca tiga bulan setelah pemberian dosis kedua. Penurunan perlindungan yang diberikan oleh vaksin Pfizer juga tampak jelas selama jangka waktu yang sama.

Baca Juga

Menurut peneliti, hasil studi yang belum ditinjau sejawat ini menunjukkan bahwa setelah lima bulan, kemanjuran kedua vaksin ini kurang-lebih akan serupa. Terlepas dari itu, keefektifannya tetap masih berada di atas syarat 50 persen yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Penting untuk dicatat bahwa efektivitas vaksin secara keseluruhan masih sangat tinggi," kata Dr Koen Pouwels, peneliti senior di Departemen Kesehatan Masyarakat Nuffield University of Oxford, dilansir Independent, Kamis (19/8).

Baca juga : Terbukti Efektif, Relaksasi PPnBM Otomotif Agar Diperpanjang

Studi yang dilakukan dalam kemitraan dengan Kantor Statistik Nasional (ONS) dan Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial (DHSC) itu melihat data antara Desember 2020 hingga Agustus 2021 dari Survei Infeksi Covid-19. Mereka menganalisis hasil tes swab dari lebih dari 700 ribu peserta sebelum dan setelah 17 Mei 2021, ketika varian delta menjadi varian utama di Inggris.

Analisis mengungkapkan bahwa untuk infeksi dengan viral load tinggi, perlindungan sebulan setelah dosis kedua vaksin Pfizer adalah 90 persen lebih besar daripada individu yang tidak divaksinasi. Namun, kemanjurannya berkurang menjadi 85 persen setelah dua bulan dan 78 persen setelah tiga bulan.

Untuk AstraZeneca, angka perlindungannya adalah 67, 65, dan 61 persen untuk jangka waktu yang sama. Dr Pouwels mengatakan, tim peneliti meyakini bahwa angka tersebut "benar-benar menunjukkan penurunan" untuk vaksin Pfizer.

Sementara itu, untuk AstraZeneca, perbedaannya sesuai dengan peluang, yaitu tidak mungkin tak ada perubahan sama sekali dalam perlindungan dari vaksin. Sarah Walker, seorang profesor statistik medis di Oxford dan kepala penyelidik studi mengatakan, ada fakta bahwa orang dapat terkena virus dengan tingkat tinggi kendati sudah divaksin.

Hanya saja, orang yang belum divaksinasi tentunya lebih tidak terlindungi. Gejala pada orang yang telah divaksin dapat lebih ringan atau bahkan tidak ada sama sekali.

"Ini berarti penting bagi sebanyak mungkin orang untuk mendapatkan vaksinasi, baik di Inggris maupun di seluruh dunia," ujar Walker.

Kedua ilmuwan menekankan bahwa hasil penelitian tidak menawarkan indikasi tingkat perlindungan vaksin terhadap penyakit parah dan rawat inap. Namun, itu menunjukkan bahwa waktu antara dosis tidak memengaruhi efektivitas dalam mencegah infeksi baru.

Selain itu, orang yang lebih muda (berusia 18-34 tahun) memiliki lebih banyak perlindungan dari vaksinasi daripada kelompok usia yang lebih tua (35 hingga 64 tahun). Penelitian juga menemukan bahwa dosis tunggal vaksin Moderna memiliki efektivitas yang sama atau lebih besar terhadap varian delta sebagai dosis tunggal dari vaksin lain, tetapi para ilmuwan belum memiliki data tentang dosis kedua dari vaksin buatan AS tersebut.

Vaksin Covid-19 AstraZeneca (Republika/Abdan Syakura)


Dr Alexander Edwards, profesor di bidang Teknologi Biomedis di University of Reading, mengatakan bahwa secara keseluruhan penelitian sangat baik karena menunjukkan bahwa vaksin masih bekerja dengan sangat baik.

"Ada sedikit perbedaan antara jenis vaksin yang berbeda, dan beberapa perubahan dari waktu ke waktu, tetapi semuanya bekerja dengan sangat baik," kata Prof Edwards yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

 
Berita Terpopuler