Sumbangsih Dokter Hewan Tangani Pandemi Covid-19

Dokter hewan turut berkontribusi dalam penanganan pandemi di Indonesia.

Dokter hewan/ilustrasi
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 memang pertama kali terdeteksi di Wuhan, China pada akhir 2019. Namun, asal-usul virus tersebut, hingga saat ini masih penuh misteri dan menjadi perdebatan.

Baca Juga

Dalam laporan Reuters, 8 Desember 2020, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, kala itu, menyatakan bahwa pihaknya berusaha secepat mungkin untuk pergi ke China dan menginvestigasi awal mula wabah coronayang kemudian menjadi pandemi."Kami ingin tahu asal usulnya dan kami akan melakukan segalanya untuk mengetahui asal-usulnya," katanya.

Selama beberapa bulan terakhir, ilmuwan telah mencapai konsensus bahwa virus menyebar sebagai akibat dari zoonotic spillover atau virus yang melompat dari hewan yang terinfeksi ke manusia, sebelum menjadi sangat menular dari manusia ke manusia. Namun, teori lain yakin bahwa virus tersebut mungkin lolos dari fasilitas riset biologi utama, yang terletak relatif dekat dengan pasar, yakni Institut Virologi Wuhan (WIV).

Di tempat itu, para ilmuwan sudah mempelajari virus corona pada kelelawar selama lebih dari satu dekade. Kini, perdebatan itu juga tak kunjung usai, di mana China sebagai tertuduh dan AS, Eropa, serta negara lain di sisi lain menuduh biang virus itu berasal dari Tiongkok.

Ikhwal adanya unsur zoonosis, yakni jenis penyakit yang dapat ditularkan hewan ke manusia, adalah satu faktor yang tidak lepas dari problematika COVID-19. Dalam konteks inilah maka peran dokter hewan menjadi strategis dan signifikan dalam membantu penanganan COVID-19.

 

Ketua Tim FAO ECTAD COVID-19 Farida Camallia Zenal menyatakan banyak dokter hewan yang memainkan peran penting di masa pandemi COVID-19. Ada yang bekerja untuk percepatan pengujian sampel COVID-19 di laboratorium kesehatan hewan.

Ada yang terlibat dalam pengembangan vaksin nasional. Ada juga yang menjadi bagian Satuan Tugas COVID-19, serta menjaga ketahanan pangan dan stabilitas produk pangan asal hewan.

"Dari persoalan seperti keamanan dan ketahanan pangan hingga penyakit yang dapat ditularkan antara manusia dan hewan, dokter hewan memiliki pengetahuan dan pengalaman unik yang dapat dimanfaatkan selama pandemi global ini," katanya.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (PKH Kementan) Nasrullah mengatakan bersama FAO-ECTAD, dan didanai oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), pihaknya telah bekerja bersama dokter hewan dalam penanggulangan COVID-19 di 10 provinsi di Indonesia. Dalam kerja sama itu, keterlibatannya termasuk keamanan pangan dan mata pencaharian pekerja pangan, serta diagnosis laboratorium COVID-19.

Selain itu, memberi nasihat tentang langkah-langkah untuk meminimalisasikan risiko penularan COVID-19 dari manusia ke hewan dan konsekuensinya.Dengan pengalaman sebelumnya dalam pengendalian wabah flu burung, para dokter hewan di empat Laboratorium Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, yaitu BBVet Maros di Sulawesi Selatan, BBVet Wates di DI Yogyakarta, BVet Bukittinggi di Sumatera Barat, dan BVet Subang di Jawa Barat mampu melaksanakan uji Polymerase Chain Reaction (PCR) virus COVID-19 di wilayah kerja masing-masing.

"Sudah ada 75.595 sampel yang diuji hingga awal April 2021," kata dia.

 

Patut diapresiasi

Peranan dokter hewan dalam kesehatan hewan dan masyarakat di saat pandemi COVID-19, menurut Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Dr drh M Munawaroh, M.M., patut mendapatkan apresiasi tinggi. "Mereka adalah pemain kunci dalam mentransformasikan teori 'One Health' menjadi aksi kolaboratif yang berfokus pada ketahanan pangan, navigasi pandemi COVID-19, dan mencegah pandemi di masa depan," katanya.

Ia memberi contoh dokter hewan yang turut memberi kontribusi nyata dalam penanganan COVID-19 adalah Prof Dr Fedik A. Rantam dan drh Sudirman. Fedik A sebagai peneliti ahli virus dan drh Sudirman sebagai CEO PTBiotis Pharmaceutical yang memiliki fasilitas pembuatan vaksin, yang telah bekerja sama dalam mewujudkan vaksin nasional.

Atas posisi penting dokter hewan, terlebih dalam kaitan pandemi itu, Direktur Kantor Kesehatan USAID Indonesia Pamela Foster mengatakan Pemerintah Amerika Serikat, melalui USAID, telah memberikan komitmen senilai lebih dari 14,5 juta dolar AS untuk mendukung respons COVID-19 di Indonesia.

Kerja sama ini menggambarkan kekuatan pendekatan "One Health" untuk mencegah, mendeteksi, dan merespons penyakit. Dengan peran urgen seperti saat terjadi penularan penyakit yang menjadi pandemikali ini dan juga sebelumnya, seperti flu burung, maka kiprah dokter hewan dalam kesehatan hewan dan masyarakat di saat pandemi COVID-19 menemukan momentumnya.

 
Berita Terpopuler