China dan Rusia Diperkirakan Akui Pemerintahan Taliban

China dan Rusia tidak berencana meninggalkan Afghanistan dan Kedubes tetap buka

Antara
Ribuan warga Afghanistan bergegas meninggalkan kota Kabul.
Rep: Lintar Satria Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China dan Rusia diperkirakan akan mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan. Sebab, dua negara itu masih mempertahankan kedutaan besarnya di Kabul sementara Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat mengevakuasi staf kedutaan dari Afghanistan.

Baca Juga

South China Morning Post, melaporkan China dan Rusia tidak berencana meninggalkan Afghanistan karena kedutaan mereka tetap buka. Pada Selasa (17/8), Middle East Monitor melaporkan juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying mengatakan Beijing menghormati keinginan dan pilihan rakyat Afghanistan.

Ia menambahkan China berharap Taliban akan mengelola pemerintahan dengan terbuka dan inklusif. Sementara itu, perwakilan khusus Rusia untuk Afghanistan mengatakan negara itu sudah menghubungi pihak berwenang Taliban.

"Mereka sedang berbicara di Kabul, saat ini semua kontak dilakukan di sana, kedutaan sedang menanganinya," kata diplomat Rusia, Zamir Kabulov.

Dalam pernyataannya, Taliban mengatakan mereka menjamin keamanan semua kedutaan besar, pusat diplomasi, institusi, tempat, dan warga asing. Rusia dan China menjaga hubungan diplomatik dengan Taliban selama beberapa tahun. Dengan menggunakan sistem komando dan kendali gabungan mereka juga melakukan latihan militer yang berlangsung selama satu pekan.

Baca juga : Taliban Serukan Perempuan Afghanistan Gabung Pemerintahan

Enam puluh lima negara mengeluarkan pernyataan gabungan meminta Taliban menjamin keamanan warga asing dan Afghanistan yang ingin meninggalkan negara itu. Pasukan AS sudah melaporkan korban jiwa dalam proses evakuasi yang kacau di bandara Kabul. Setelah gagal mencapai kesepakatan dengan perundingan damai dengan Taliban, Presiden Ashraf Ghani lari ke Tajikistan. 

 
Berita Terpopuler