Sana'a Salah Satu Kota Tertua di Dunia

Dari legenda terkenal setempat, Sana'a didirikan oleh Shem, anak Nabi Nuh AS.

Wikipedia
Kota Tua Sanaa
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Sana'a adalah salah satu kota tertua di dunia. Dari legenda terkenal setempat, Sana'a didirikan oleh Shem, anak Nabi Nuh AS. Di  masa kuno, Sana'a dikenal dengan nama Azal yang  merujuk ada Uzal, cicit Shem. Azal sendiri merupakan turunan dari kata Bahasa Arab Selatan yang artinya dibentengi dengan baik. Arti nama itu kemudian menggema  hingga ke Ethiopia dan di sana kota ini dikenal dengan Auzalities yang muncul pada abad keenam Masehi.

Baca Juga

Sejarawan Arab, al-Hamdani menulis, karena posisinya strategis, Sana'a jadi pusat urban bagi suku- suku sekitar dan jadi inti aktivitas perdagangan di selatan  Jazirah Arab. Sana'a juga merupakan persimpangan dua jalur perdagangan kuno yang menghubungkan Maghribi di timur dengan Laut Merah di barat. Saat penguasa terakhir Kerajaan Himyarite, Raja Yousef Athar (atau Dzu Nuwas) berkuasa, Sana'a juga merupakan bagian ibu kota Ethiopia.

Peta Sanaa - (wikipedia)

 

Diketahui salinan Alquran tertua ditemukan di Sana'a pada 1972 M. Sejak kehadiran Islam hingga berdirinya subnegara mandiri di bawah Khalifah Islam Yaman, Sana'a tetap bertahan sebagai pusat pemerintahan.

Imam Syafi'i yang pada abad kedelapan membangun mazhab Syafi'i, sempat beberapa kali berkunjung ke Sana'a. Imam Syafi'i memuji Sana'a dan membuat tulisan berjudul La Budda Min Sana'a (Sana'a, Kota yang Harus Dilihat).

Pada abad kesembilan dan sepuluh, ahli geografi Yaman, al-Hamdani juga membuat catatan tentang Sana'a. ''Rumah paling sederhana di Sana'a memiliki satu dua sumur, sebuah taman, penampungan sampah terpisah, septic tank, tak ada bau tercium. Sebuah tempat yang nyaman untuk berjalan-jalan,'' tulis al-Hamadi.

 

Pada abad 10, ahli geografi Persia Ibnu Rustah juga menulis tentang Sana'a. Ia memuji Sana'a dan menyebutnya tak ada kota sebesar sesejahtera dengan makanan yang serba enak seperti Sana'a.

Pada 1062 M, Sana'a diambil alih oleh Dinasti Sulayhid yang dipimpin al-Sulayhid dan istrinya, Ratu Asma. Ia menjadikan Sana'a sebagai ibu kota bagi kerajaannya yang relatif kecil yang juga mencakup pegunungan Haraz. Kerajaan Sulayhid memilih berafiliasi dengan Kekhalifahan Fatimiyah di Mesir ketimbang dengan Kekhalifahan Abbasiyah.

Al-Sulayhid memimpin selama sekitar 20 tahun. Kepemimpinannya berakhir setelah ia dibunuh pesaingnya dari kelompok Najahid.

Setelah kematian Al-Sulayhid, kepemimpinan Dinasti Sulayhid diteruskan oleh putri Al-Sulayhid, Arwa al-Sulayhid. Ia memindahkan ibu kota dari Sana'a ke Jibla dan memimpin Yaman dari 1067-1138 M. Selanjutnya, Dinasti Hamanid mengambil alih Sana'a.

Pada 1173 M, Sultan Ayyubiyah dari Mesir mengutus saudara lelakinya, Turan-Shah, dalam sebuah ekspedisi penaklukan Yaman. Dinasti Ayyubiyah berhasil mengambil alih Sana'a pada 1175 M dan berhasil mempersatukan berbagai suku di Yaman, kecuali suku di pegunungan utara.

Dinasti Ayyubiyah mengganti agama resmi di Yaman menjadi Islam Sunni. Selama rezim Emir Tughtekin Ibnu Ayyub, Sana'a mengalami berbagai perbaikan termasuk di dalamnya adalah integrasi lahan di tepi barat Sa'ilah (Bustan al-Sultan) di mana Dinasti Ayyubiyah mendirikan sebuah istana di sana. Karena lokasi Sana'a yang strategis, Dinasti Ayyubiyah memilih Ta'izz sebagai ibu kota negara dan Aden sebagai pusat bisnis.

Ketika Dinasti Rasuliyah memimpin Yaman yang kemudian dilanjutkan Tahiriyah, Sana'a tetap menjadi pusat orbit politik hingga akhirnya Mamluk tiba di Yaman pada 1517 M.

 

 

Era Turki Utsmani

Dinasti Turki Utsmani memasuki Yaman pada 1538 M saat Sulaiman al-Qanuni menjadi sultan. Di bawah pasukan militer yang dipimpin Özdemir Pasha, Kekhalifahan Turki Utsmani berhasil menaklukkan Sana'a pada 1547 M. Dengan persetujuan Dinasti Turki Utsmani, para petinggi bangsa Eropa di kota pelabuhan Yaman, yakni Aden dan Mocha secara berkala mendapat keleluasaan berdagang di Yaman.

Pada 1602 M, para imam Zaidiyah setempat di bawah pimpinan Imam al-Mu'ayyad berhasil memukul mundur tentara Turki Utsmani. Pasukan Turki Utsmani pun menjauh dari Yaman selama era Dinasti Mu'ayyad dan bangsa Eropa kehilangan keleluasaan mereka.

Museum Nasional Sanaa - (Wikipedia)

Para imam Zaidiyah memimpin Yaman termasuk Sana'a hingga pertengahan abad 19 ketika Turki Utsmani kembali melancarkan usaha menguasai negeri itu. Pada 1835 M, pasukan Turki Utsmani tiba di pesisir Yaman di bawah kepemimpinan Muhammad Ali. Namun, mereka belum mengambil alih Sana'a hingga 1972 sampai akhirnya pasukan Turki Utsmani di bawah pimpinan Ahmed Muhtar Pasha berhasil memasuki Sana'a.

Di bawah Turki Utsmani, Sana'a ditata dan dibangun kembali. Jalan-jalan baru dibangun, sekolah dan rumah sakit berdiri. Reformasi masif dilakukan oleh Dinasti Turki Utsmani guna mengokohkan kendali mereka atas Sana'a. Hal itu juga untuk mengimbangi perkembangan Mesir, pengaruh Inggris di Aden, serta pengaruh Italia dan Prancis di sepanjang pantai Somalia terutama Djibouti dan Berbera. n ed: wachidah handasah

 

 

Bersatunya Utara dan Selatan

Pada 1904, seiring surutnya pengaruh Turki Utsmani di Yaman, kelompok imam Zaidiyah di bawah pimpinan Imam Yahya mengambil alih Sana'a. Untuk mengamankan kemerdekaan Yaman Utara, Yahya memberlakukan kebijakan isolasi, menghindari politik internasional dan Arab, mematikan embrio gerakan liberal, tidak mengembangkan infrastruktur Sana'a, serta menutup sekolah anak perempuan yang dibangun Turki Utsmani. Akibatnya, secara berangsur-angsur Sana'a menjadi pusat antipemerintah dan pusat pemberontakan secara intelektual. 

Pada 1930-an, beberapa organisasi proreformasi dari kelompok imam Zaidiyah bermunculan di Sana'a. Yang terkenal adalah kelompok Fulayhi Madrasa Sana'a dan Hait al-Nidal. Pada 1936, para pemimpin gerakan ini ditahan. Pada 1941, kelompok lainnya, Shabab al-Amr bil Maruf wal-Nahian al-Munkar juga menyerukan kebangkitan baru di Yaman dan menginginkan pembentukan parlemen Yaman. Yahya kemudian berhasil mengendalikan Shabab dan sebagian pemimpinnya kemudian dieksekusi.

Kepemimpinan Yahya diteruskan anaknya, Imam Ahmad pada 1948. Posisi Sana'a sebagai ibu kota kemudian digantikan Ta'izz karena Ahmad memilih bermukim di Ta'izz. Sebagian besar fungsi pemerintahan juga pindah ke sana. Beberapa tahun kemudian, sebagian komunitas Yahudi di Yaman pindah ke Israel.

Ahmad memulai pemerintahannya dengan liberalisasi ekonomi dan politik secara perlahan. Namun, pada 1961 M, Sana'a jadi saksi demonstrasi besar dan huru-hara rakyat yang meminta reformasi dipercepat. Kelompok prorepublik yang didukung pimpinan militer Yaman Utara yang juga simpatisan pemimpin Mesir Gamal Abdel Nasser merencanakan kudeta pemerintahan imamah pada September 1962, sepekan setelah kematian Ahmad.

Peran Sana'a sebagai ibu kota kembali lagi pascagelombang besar perubahan itu. Kondisi stabil di kota ini baru tercipta menjelang akhir 1970-an. 

Republik Yaman secara resmi berdiri pada 22 Mei 1990 setelah Republik Arab Yaman (Utara) dan Republik Demokrasi Rakyat Yaman (Selatan) menandatangani perjanjian persatuan (unifikasi) negara, setelah 300 tahun berpisah. Kesepakatan tersebut ditandatangani Salem al-Baedh (Yaman Selatan) dan Kolonel Ali Abdullah Saleh (Yaman Utara). Kedua pihak juga sepakat menjadikan Sana'a sebagai pusat pemerintahan.

 

Kota Tua 

Secara umum, Sana'a dibagi menjadi dua bagian, yakni Distrik Kota Tua (al-Qadeemah) dan Kota Baru (al-Jadid). Kota Tua terbilang lebih kecil dan masih mempertahankan warisan tradisi kultur para saudagar. Sementara, Kota Baru tak beda jauh dengan kota urban lainnya. Sebagian besar Kota Baru dibangun pada 1960-an saat Sana'a ditunjuk sebagai ibu kota negara.

UNESCO menetapkan Sana'a sebagai Situs Warisan Dunia pada 1986. Karena itu, dilakukan usaha untuk menjaga bangunan-bangunan tua di Sana'a, seperti Samsarh dan Masjid Agung.

Dikelilingi dinding tanah liat setinggi sembilan hingga 14 meter, Kota Tua Sana'a memiliki lebih dari 100 masjid, 12 pemandian, dan 6.500 rumah. Beberapa rumah lama yang memiliki beberapa lantai tetap bertahan. Pada umumnya, rumah-rumah itu dihiasi beberapa ornamen dan jendela kaca.

 

Kota Tua Sanaa - (Wikipedia)

Di area Kota Tua ini, arsitektur bangunannya memiliki perbedaan karakter visual dibandingkan bagian kota Sana'a lainnya. Kebanyakan bangunan di  sini merupakan bangunan bertingkat dengan dekorasi geometris.

Salah satu atraksi yang terkenal di Sana'a adalah Suq al-Milh (Pasar Garam). Di sini,  garam bisa dibeli dengan roti, rempah, kismis, kapas, tembaga, gerabah, barang-barang perak, dan barang antik. Masjid Agung di kota tua merupakan salah satu masjid tertua di dunia. Gerbang Yaman (Bab al-Yemen) yang berumur lebih dari 1.000 tahun merupakan ikon pintu masuk Kota Tua.

Area komersial di Kota Tua yang terkenal, Al Madina, berkembang demikian cepat. Selain terdapat tiga hotel besar, di sana juga terdapat banyak toko, restoran, taman-taman, serta istana kepresidenan.

 

 

Dapat dikatakan, keseluruhan bagian Kota Tua adalah karya seni dan cara terbaik menikmatinya adalah menyusuri distrik ini tanpa terburu-buru. Area ini terpelihara dengan baik sehingga menyenangkan untuk menjelajahi tiap gangnya.

 
Berita Terpopuler