Kampong Ayer, Pemukiman di Atas Air Terbesar di Dunia

Sejarah Kampong Ayer dimulai sejak berabad-abad silam.

Wikipedia
Kampong Ayer, Brunei Darussalam
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  Sejarah Kampong Ayer dimulai sejak berabad-abad silam, salah satu catatan tertulis tentang Kampong Ayer tercatat pada abad ke-15. Kala itu penjelajah Antonio Pigafetta yang sedang dalam ekspedisi bersama Ferdinand Magellane singgah sebentar di Kampong Ayer.

Baca Juga

Dalam singgahnya Pigafetta menjelajahi sudut-sudut Kampong Ayer, hingga Pigafetta teringat bahwa struktur Kampong Ayer mirip dengan Venezia dan menjulukinya dengan Venezia dari Timur.

Suasana Kampong Ayer, Brunei Darussalam - (Wikipedia)

Kampong Ayer memang bermula dari air, nenek moyang orang Brunei Darussalam kala itu tidak mau repot-repot membuka hutan karena medan yang sulit dan berbukit-bukit. Akhirnya mereka memutuskan mendirikan rumah-rumah di atas air dengan tonggak-tonggak kayu sebagai pondasi dan penopang rumah.

Dalam sejarahnya Kampong Ayer tidak hanya menjadi sebuah kampung, dalam perkembangannya orang-orang makin banyak yang tinggal di Kampong Ayer dan membentuknya seolah kota kecil. Sekarang tercatat ada 36 ribu jiwa yang tinggal di sini dan menjadikan Kampong Ayer sebagai area pemukiman di atas air terbesar di dunia.

 

 

Penduduk Kampong Ayer memang mengandalkan perahu motor. Sebagian besar penduduk bekerja di Bandar Seri Begawan, mereka akan menggunakan perahu motor untuk menyeberang dari rumahnya di Kampong Ayer ke sisi daratan Bandar Seri Begawan untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan angkutan umum atau dengan mobilnya masing-masing yang diparkir di daratan. 

Menjelajahi Kampong Ayer tidak seperti menjelajahi sebuah kampung, lebih seperti menjelajahi sebuah blok di kota besar. Total bangunan yang ada di sini mencapai 4.200 bangunan, mulai dari rumah, masjid, sekolah, balai pengobatan, fasilitas umum sampai dengan pemadam kebakaran. Struktur yang dibangun selama ratusan tahun membuat kampung ini tumbuh menjadi sebuah kawasan hunian yang lengkap dengan segala fasilitasnya.

 

Perahu milik warga Kampong Ayer - (Wikipedia)

Jika dilihat dari peta, Kampong Ayer bahkan mirip sebuah pulau karena begitu besarnya kawasan ini. Cara untuk menikmati kampung ini adalah dengan berjalan menyusuri jalan kayu yang terbentang dan menghubungkan rumah demi rumah dan bagian demi bagian di Kampong Ayer.

Struktur Kampong Ayer dibangun dengan tonggak-tonggak kayu belian, kayu yang juga dikenal dengan nama kayu ulin. Kayu ini pertama kali ditancapkan ke dasar sungai, setelah itu akan dibuat pondasi untuk rumah. Struktur jembatan penghubung di Kampong Ayer pun dibuat dengan kayu belian, kayu ini dipilih sebagai bahan bangunan utama di Kampong Ayer karena kekuatannya. 

 

Rumah-rumah di Kampong Ayer masih tetap mempertahankan gaya Melayu, dengan cungkup atap yang sedikit melengkung, ruang tamu dan kamar-kamar yang besar. Yang membedakan dengan rumah Melayu di daerah lainnya adalah rumah-rumah di Kampong Ayer tidak memiliki halaman.

Rumah Uncle misalnya dihuni oleh beberapa keluarga, di ruang tamunya terdapat foto besar Sultan Hassanal Bolkiah dan ratu, ruang tamu juga berfungsi sebagai ruang keluarga, setelah itu di bagian belakang barulah ada kamar-kamar, dapur ,dan kamar mandi.

Terdapat masjid besar yang berada di tepian Kampong Ayer. Masjid inilah yang menjadi pusat kegiatan keagamaan di sini. Menurut Uncle Sultan Bolkiah sering mendadak berkunjung ke masjid ini dan menyapa para penduduk Kampong Ayer.

Kampong Ayer, Brunei Darussalam - (Wikipedia)

 

Di bagian tengah Kampong Ayer terdapat bangunan memanjang yang berukuran besar, bangunan paling besar yang ada di sini. Saya kira awalnya adalah balai pertemuan atau aula untuk kegiatan. Namun Uncle menjelaskan, "Inilah madrasah, paling besar di Kampong Ayer." 

Penduduk Kampong Ayer dulunya mayoritas berprofesi sebagai nelayan, kini sisa-sisa tradisi sebagai nelayan masih ada. Di sepanjang jembatan ada saja penduduk yang memancing ikan dengan joran panjang dan ember kecil berisi umpan. Beberapa penduduk Kampong Ayer lainnya menggunakan perahu motor untuk mencari ikan jauh dari Kampong Ayer. Jika tangkapannya sudah dianggap cukup, mereka akan merapat ke daratan Bandar Seri Begawan dan menjualnya di pasar. 

 

 

Malay Technology Museum

Jejak sejarah Kampong Ayer didokumentasikan dengan baik oleh Kesultanan Brunei Darussalam. Melintasi perbukitan di daerah Bukit Subok di pinggiran Sungai Brunei saya menuju Kampung Kota Batu untuk menyambangi Malay Technology Museum sekaligus mempelajari sejarah Kampong Ayer pada masa lalu.

Museum ini dibagi menjadi tiga bagian yang tiap bagiannya menjelaskan pembabakan perkembangan kehidupan orang Melayu di Brunei Darussalam. Sejarah tentang perkembangan Kampong Ayer sendiri mengambil dua dari tiga bagian museum ini.

Bagian pertama yang adalah bagian Rumah Tradisional Kampong Ayer. Di museum ini dipajang rumah Tradisional Kampong Ayer di masa lalu dengan skala 1:1, sama persis ukurannya dengan ukuran rumah tradisionalnya yang pernah ada. Ternyata rumah tradisional pada masa lalu berbeda dengan sekarang, ukurannya lebih kecil walaupun bahannya sama dari kayu belian, sementara atapnya masih menggunakan atap rumput atau alang-alang.

Pada bagian selanjutnya dipajang juga hasil kerajinan Kampong Ayer. Di museum ini dijelaskan bahwa di masa lalu Kampong Ayer, dikenal sebagai pusat pandai besi dan kerajinan emas. Selain itu terdapat diorama yang menggambarkan bagaimana masyarakat tradisional di Kampong Ayer berburu ikan dengan kapal kecil, pancing dan jala. 

Menurut petugas museum, kehidupan masyarakat Kampong Ayer ini masih bertahan sampai 1950-1960- an, atau era di mana Brunei Darussalam belum mengalami booming minyak dan gas pada 1980-an. Setelah minyak dan gas kemudian dijadikan sebagai ujung tombak kemakmuran Brunei Darussalam, lambat laun Kampong Ayer pun mengalami modernisasi, namun jejak sejarah dan tradisionalnya masih abadi dan tersimpan rapi di museum ini.

 

Wajah Modern Kampong Ayer

Era modern Kampong Ayer datang setelah Sultan Hassanal Bolkiah menggunakan minyak dan gas untuk memakmurkan Brunei Darussalam. Lambat laun Sultan Hassanal Bolkiah mengubah wajah Kampong Ayer. 

Sultan Hassanal Bolkiah tentu ingin mempertahankan Kampong Ayer karena mau tidak mau kampung ini adalah tempat penting bagi Brunei Darussalam. Secara bertahap pemerintah Brunei Darussalam memperbaharui Kampong Ayer dengan mengganti tonggak-tonggak kayu dan pondasi dari kayu belian dengan beton tahan karat.

Penggantian ini rupanya membuat bangunan-bangunan di Kampong Ayer pun berubah bentuk dari yang awalnya dibangun dari material dasar kayu sekarang banyak yang sudah merupakan bangunan permanen. Pemerintah juga membangun sistem sanitasi yang layak, pipa air bersih dan pipa air kotor dibangun dan diatur sehingga masyarakat Kampong Ayer mampu memanfaatkan air bersih dan mengelola limbahnya.

Jaringan listrik juga diperbaharui atas perintah Sultan Hassanal Bolkiah, tiang-tiang listrik membentang di atas Sungai Brunei dari daratan menuju Kampong Ayer. Selain itu pemerintah sedang merancang untuk membangun jaringan internet yang bisa dinikmati seluruh penduduk Kampong Ayer. 

 

Sebagian penduduk Kampong Ayer memang sudah pindah ke darat, terutama bagi mereka yang bekerja di Bandar Seri Begawan. Banyak juga bangunan yang ditinggalkan atau sebagian diratakan untuk mereklamasi lahan bakau. Namun bagi yang tinggal di Kampong Ayer, lambat laun mereka membangun kampung menjadi modern dan melestarikan kehidupan Kampong Ayer .

 
Berita Terpopuler