Utusan AS: Solusi Militer tak Bisa Akhiri Perang Afghanistan

AS menilai solusi politik adalah satu-satunya jalan untuk perdamaian Afghanistan

Al Jazeera
Anggota Pasukan Khusus Afghanistan berkumpul kembali setelah bentrokan hebat dengan Taliban selama misi penyelamatan seorang polisi yang dikepung di sebuah pos pemeriksaan, di provinsi Kandahar, Afghanistan pada 13 Juli 2021
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Perwakilan Khusus AS untuk Rekonsiliasi Afghanistan Zalmay Khalilzad, mengatakan perang di Afghanistan tidak memiliki legitimasi. Menurutnya, solusi politik adalah satu-satunya jalan ke depan untuk menciptakan perdamaian di Afghanistan.

Baca Juga

Berbicara di Forum Keamanan Aspen pada Selasa (3/8), Khalilzad mengatakan, Washington mengharapkan Taliban dan pemerintah Afghanistan fokus pada penyelesaian politik di tengah kekerasan sangat memprihatinkan. Dia meyakini bahwa tidak ada solusi militer untuk mengakhiri perang di Afghanistan.

“Kami percaya bahwa tidak ada solusi militer. Pada akhirnya agar Afghanistan memiliki perdamaian dan stabilitas, perlu ada penyelesaian politik yang dinegosiasikan serta memiliki dukungan luas di Afghanistan dan dukungan luas di kawasan dan sekitarnya," ujar Khalilzad, dilansir Aljazirah, Rabu (4/8).

Taliban telah melakukan peningkatan serangan menjelang tahap akhir penarikan AS dan pasukan internasional. Pasukan asing sepenuhnya ditarik dari Afghanistan pada akhir Agustus. Sejak saat itu, Taliban telah menguasai daerah pedesaan dan penyeberangan perbatasan utama, serta menekan ibu kota provinsi.

Khalilzad mengatakan anggota Taliban telah berada dalam kerangka berpikir maksimal. Sementara pemerintah Afghanistan berusaha mengembangkan strategi militer baru. Namun dia menegaskan kembali bahwa, skenario kasus terbaik adalah kesepakatan yang dinegosiasikan untuk mengakhiri kekerasan.

"Itulah yang diinginkan rakyat Afghanistan, itulah yang diinginkan Amerika Serikat. Perang ini tidak memiliki legitimasi lagi. Ini hanya perjuangan untuk keseimbangan kekuatan," kata Khalilzad. 

Pembicaraan dua hari antara pemerintah Afghanistan dan delegasi Taliban awal bulan ini di ibukota Qatar, Doha, berakhir tanpa kesepakatan. Kedua belah pihak mengatakan, mereka tetap berkomitmen untuk melanjutkan negosiasi tingkat tinggi sampai penyelesaian tercapai 

 

Pekan lalu, AS berjanji untuk terus memberikan dukungan udara bagi pasukan Afghanistan saat mereka berusaha mengusir para militan Taliban. Namun, Jenderal Marinir AS Kenneth McKenzie menolak mengatakan apakah pasukan AS akan melanjutkan serangan udara setelah misi mereka berakhir pada 31 Agustus.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pada Selasa. Departemen Luar Negeri AS mengatakan, kedua pemimpin mengutuk gelombang serangan Taliban yang sedang berlangsung, dan telah menyebabkan hilangnya nyawa orang Afghanistan yang tidak bersalah.

Kedua pemimpin itu menekankan perlunya mempercepat negosiasi perdamaian dan mencapai penyelesaian politik yang inklusif, serta menghormati hak-hak semua warga Afghanistan, termasuk perempuan dan minoritas. Mereka juga menekankan agar rakyat Afghanistan memiliki suara untuk memilih pemimpin mereka, dan mencegah tanah Afghanistan menjadi milik Taliban.  

Mantan duta besar Afghanistan untuk AS, Roya Rahmani, mengatakan, masyarakat internasional umumnya setuju bahwa tidak ada solusi militer untuk mengakhiri konflik di Afghanistan. Taliban menginginkan kemenangan di medan perang.

“Sayangnya warga sipil menanggung beban ini karena mereka ingin memiliki pernyataan kemenangan itu,” kata Rahmani selama Forum Keamanan Aspen. 

 
Berita Terpopuler