Terobosan Syekh Thaib Umar dalam Pendidikan Islam (II-Habis)

Pada 1909 Thaib Umar juga membuat terobosan surau menjadi lembaga pendidikan madrasah

Youtube.com
Madrasah Islam tempo dulu (ilustrasi).
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Selain berdakwah lewat pendidikan formal, Syekh Thaib Umar aktif dalam berdakwah untuk masyarakat umum. Bahkan, dia berdakwah lewat tulisan di majalah Al- Munir pada 1914. Majalah tersebut dipimpin oleh H Abdullah Ahmad.

Baca Juga

Lewat majalah pertama di Minangkabau tersebut, Thaib Umar sering menyampaikan pandangan-pandangannya yang lebih modern. Dengan optimistis, dia kerap mengajak generasi muda Muslim untuk mempelajari ilmu pengetahuan umum tanpa mengesampingkan ilmu agama. Ilmu pengetahuan umum itu dirasa penting untuk kebutuhan hidup di dunia.

Karena itu, dia tidak menyukai kebiasaan generasi Muslim Indonesia yang hanya mementingkan pelajar ilmu fikih. Visi Al-Munir sesuai dengan tujuan dakwah Thaib Umar selama hidupnya.

Majalan tersebut juga bertujuan menyiarkan agama Islam yang sejati dan menegakkan syariat Nabi Muhammad SAW. Apalagi, majalah tersebut juga berani dalam mengkritik pemerintah kolonial Belanda saat itu.

 

 

Syekh Thayyib Umar pernah menulis syair sindiran terhadap para santri dalam majalah Al-Munir yang terbit 1912. Berikut syairnya:

Jangan diikut masa yang lata

Menuntut ilmu suatu mata

Sekadar fiqih hanya dicinta

Sehabis umur sendi anggota Habislah masa fiqih tak terang Rupa yang sungguh berupa karang

Awaklah faqih disangka orang Ilmu yang tahqiq dapatnya jarang

Adapun masa dahulu hari Ilmu dituntut pemagar diri

Sekadar bergelar faqih dan kari

Untuk pelepas rodi negeri Lebih-lebih di Minangkabau

Guru masyaikh pandai mengimbau

Ditipunya awam seperti kerbau Ke dalam khalwat banyak terambau

 

 

Pembaharuan khutbah

Selain melakukan pembaharuan dalam pendidikan Islam, Thaib Umar juga melakukan pembaharuan lainnya di Masjid Lantai Batu Batusangkar pada 1918. Di masjid itu, dia menjadi pelopor penggunaan bahasa Indonesia saat menyampaikan khutbah Jumat dan khutbah hari raya Idul Fitri maupu Idul Adha.

Terobosan Thaib Umar tersebut tentu merupakan suatu kemajuan. Karena, sebelumnya, khutbah Jumat dan khutbah hari raya hanya menggunakan bahasa Arab yang tidak banyak masyarakat mengerti. 

Langkah Thaib Umar itu pun mendapat kecaman dari ulama-ulama tradisional. Kendati demikian, Thaib Umar tetap dengan pendiriannya. Dia tetap menyelipkan bahasa Indonesia dalam khutbahnya.

Dalam buku 50 Pendakwah Pengubah Sejarah, Thaib Umar bahkan disebutkan sebagai ulama pertama yang menulis buku khutbah Jumat dan khutbah hari raya dalam bahasa Indonesia. Pada 1918 buku khutbah dalam bahasa Indonesia itu dicetak dan disebarkan ke seluruh Minangkabau.

 

Setelah melakukan sejumlah pembaharuan, Syekh Thaib Umar dipanggil oleh Allah pada 22 Juli 1920. Dia wafat di kampung halamannya di Batusangkar.

Pemikiran Thaib Umar yang berkemajuan patut diteladani oleh seluruh masyarakat Muslim Indonesia, sehingga tidak tertinggal lebih jauh dari peradaban Barat. 

Syekh Thaib Umar merupakan ulama besar tanah Minang yang melahirkan banyak tokoh. Dia merupakan ulama yang memegang teguh ajaran Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja). Di antara muridnya adalah Prof Mahmud Yunus, seorang tokoh pendidikan Islam Indonesia. 

 

Selama hidupnya, Syekh Thaib Umar juga pernah menulis kitab risalah yang berjudul Aqa'id al-Iman. Kitab terebut menjabarkan akidah lima puluh yang sesuai dengan ajaran Aswaja. 

(Baca Juga: Terobosan Syekh Thaib Umar dalam Pendidikan Islam (I)

 
Berita Terpopuler