Ilmuwan Temukan Komet Terbesar, Lebarnya 200 Kilometer

Komet akan melakukan pendekatan terdekatnya dengan matahari pada tahun 2031.

NASA/Komet C/2007 Q3
Komet (ilustrasi)
Rep: Haura Hafizhah Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para astronom telah menemukan komet terbesar yang diketahui. Besarnya sekitar seribu kali lebih besar daripada yang lain.

Baca Juga

Komet tersebut bernama Bernardinelli-Bernstein. Komet yang tidak biasa ini akan melakukan pendekatan terdekatnya dengan matahari pada tahun 2031.

Dilansir dari CNN, Selasa (27/7), komet tersebut dinamakan Bernardinelli-Bernstein. Nama itu diamil dari sang penemu, mahasiswa pascasarjana jurusan fisika dan astronomi Universitas Pennsylvania Pedro Bernardinelli dan Profesor Gary Bernstein. Komet tersebut memiliki lebar antara 62 hingga 124 mil (100 hingga 200 kilometer).  Mereka menemukan komet tersebut pada bulan Juni.

"Komet yang tidak biasa ini akan melakukan pendekatan terdekatnya dengan matahari kami pada tahun 2031 tetapi Anda mungkin memerlukan teleskop amatir yang besar untuk melihatnya," kata Astronomi Universitas Pennsylvania Pedro Bernardinelli.

Ia menjelaskan komet raksasa, juga dikenal sebagai C/2014 UN271, berasal dari pinggiran tata surya dan telah menuju matahari selama jutaan tahun. Komet ini juga merupakan komet paling jauh dalam perjalanannya. 

Komet Bernardinelli-Bernstein ditemukan dalam enam tahun data yang dikumpulkan oleh Dark Energy Camera, yang terletak di Teleskop 4 meter Víctor M. Blanco di Cerro Tololo Inter-American Observatory di Chili. Data yang dikumpulkan oleh kamera ini dimasukkan ke dalam The Dark Energy Survey, sebuah kolaborasi lebih dari 400 ilmuwan di tujuh negara dan 25 institusi.

"Kami memiliki hak istimewa untuk menemukan mungkin komet terbesar yang pernah dilihat atau setidaknya lebih besar dari yang dipelajari dengan baik dan menangkapnya cukup awal bagi orang-orang untuk melihatnya berevolusi saat mendekat dan memanas," kata dia.

 

 

Bernardinelli dan Bernstein menggunakan algoritma di National Center for Supercomputing Applications di University of Illinois di Urbana-Champaign untuk mengidentifikasi objek trans-Neptunus.  Selama pekerjaan mereka, para astronom melacak 32 deteksi ke satu objek.

Komet adalah peninggalan es yang dikeluarkan dari tata surya ketika planet-planet raksasa terbentuk dan bermigrasi ke konfigurasi mereka saat ini.  Saat komet mendekati matahari selama orbitnya, esnya menguap, menciptakan pemandangan yang menarik.

Gambar objek yang diambil antara 2014 dan 2018 tidak menunjukkan ekor komet.  Namun dalam tiga tahun terakhir, objek tersebut menumbuhkan ekor, yang secara resmi menjadikannya Komet Bernardinelli-Bernstein. Pengamatan yang dilakukan menggunakan jaringan teleskop Las Cumbres Observatory di seluruh dunia membantu mengkonfirmasi status komet aktif.

Perjalanan komet dimulai lebih dari 3,7 triliun mil (6 triliun kilometer) dari matahari atau 40.000 unit astronomi. Jarak antara bumi dan matahari adalah satu satuan astronomi.  Sebagai referensi, Pluto berjarak 39 unit astronomi dari matahari.

Komet itu berasal dari objek Awan Oort, sekelompok objek es yang terisolasi yang lebih jauh dari apa pun di tata surya kita.  Para ilmuwan percaya dari sinilah komet berasal, tetapi ilmuwan tidak pernah benar-benar mengamati objek di dalam Awan Oort.

Awan Oort terletak antara 2.000 dan 100.000 unit astronomi dari matahari. Pesawat ruang angkasa NASA seperti Voyager 1 dan 2, serta New Horizons akan mencapai Awan Oort. Tetapi pada saat mereka melakukannya, sumber daya mereka akan mati.

Komet Bernardinelli-Bernstein saat ini berjarak sekitar 1,8 miliar mil (3 miliar kilometer) kira-kira jarak Uranus dari matahari dan pada titik terdekatnya pada tahun 2031, jaraknya hanya sedikit lebih jauh dari jarak Saturnus ke matahari.

 

Kesempatan yang tidak biasa untuk mempelajari komet ini akan memberikan kesempatan kepada para astronom untuk lebih memahami asal usul dan komposisi komet.  Ini mungkin hanya salah satu dari banyak komet raksasa yang berasal dari Awan Oort.

 
Berita Terpopuler