Dewan Keamanan Israel Selidiki Perangkat Mata-Mata Pegasus

Tinjauan ekspor terhadap Pegasus disebut tidak mungkin dilakukan Israel

Antara
Bendera Israel (ilustrasi)
Rep: Lintar Satria Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Seorang sumber mengatakan Israel membentuk tim internal untuk 'selidiki' tuduhan penyalahgunaan spyware yang dijual perusahaan siber Israel dalam skala global. Sumber itu menambahkan tinjauan ekspor tidak mungkin dilakukan.

Baca Juga

Tim itu dipimpin oleh Dewan Keamanan Nasional yang memberikan laporan langsung ke Perdana Menteri Naftali Bennett. Sumber mengatakan dewan keamanan memiliki keahlian yang lebih luas dari Kementerian Pertahanan yang mengawasi ekspor perangkat lunak NSO Group, yakni Pegasus.

"Peristiwa ini berada di luar lingkup Kementerian Pertahanan," kata sumber tersebut, Rabu (21/7).

Sumber menyinggung potensi serangan balik diplomatik setelah pekan ini media-media internasional melaporkan dugaan penyalahgunaan Pegasus di Prancis, Meksiko, India, Maroko, dan Irak.

Perdana Menteri Prancis Jean Castex mengatakan Presiden Emmanuel Macron sudah memerintahkan serangkaian penyelidikan terhadap kasus-kasus spyware Pegasus. Surat kabar Prancis, Le Monde melaporkan telepon Macron masuk daftar yang mungkin menjadi target Pegasus.

Sumber yang mengetahui tentang tim Israel meminta namanya tidak disebutkan karena sensitifnya kasus ini. Ia 'ragu' akan ada larangan baru dalam ekspor Pegasus. Ia mengatakan tugas resmi tim tersebut hanya untuk menyelidiki.

"Tujuan utamanya adalah mencari tahu apa yang terjadi, menyelidiki masalah ini dan mengambil pelajaran darinya," kata sumber tersebut.

NSO tidak menanggapi permintaan komentar. Kantor PM Israel Bennet juga menolak memberikan pernyataan. Dalam pidato di konferensi siber, perdana menteri Israel tidak menyinggung isu NSO.

 

Pada Selasa (20/7) kemarin, laporan terbaru menyebutkan pihak berwenang Arab Saudi menyadap orang-orang terdekat jurnalis Jamal Khashoggi baik sebelum maupun sebelum pembunuhannya. Penyelidikan menemukan data dari sekitar 50 ribu nomor telepon dibocorkan menggunakan spyware buatan perusaah Israel, NSO Group.

Middle East Monitor melaporkan rincian peretasan terhadap lingkar dalam Khashoggi ini terungkap dalam investigasi Pegasus Project, sebuah kolaborasi 80 jurnalis dari 17 media di sepuluh negara.

Kelompok tersebut dikoordinir Forbidden Stories, sebuah organisasi media non-profit yang bermarkas di Paris dan Amnesty International. Temuan terbaru Pegasus Project berdasarkan kebocoran data 50 ribu nomor telepon.

Peretasan dilakukan rezim-rezim paling otoriter di dunia seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Orang-orang dari media internasional seperti Financial Times, Wall Street Journal, CNN, New York Times, Aljazira, France 24, Radio Free Europe, Mediapart, El País, Associated Press, Le Monde, Bloomberg, Agence France-Presse, Economist, Reuters dan Voice of America turut menjadi korban.

Kelompok investigasi melakukan analisis forensik terhadap telepon-telepon yang diretas. Mereka menemukan peretasan dilakukan menggunakan spyware milik NSO Group. Teknologi itu digunakan untuk mengawasi orang-orang dekat Khashoggi baik sebelum maupun setelah kematian. Satu orang mengatakan teleponnya diretas empat hari setelah Khashoggi dibunuh. 

 
Berita Terpopuler