Impian Calon Haji yang Tertunda

Sejumlah calon haji mencemaskan pembatasan akan menghalangi mereka berangkat.

AP/Amr Nabil
Jamaah haji mengelilingi Ka
Rep: Fuji Eka Permana Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  KAIRO -- Samia Ahmed menabung selama 16 tahun untuk melaksanakan ibadah haji. Tetapi seperti banyak Muslim lainnya yang lebih tua, dia khawatir pembatasan yang diperbarui akan mencegahnya melaksanakan ibadah haji.

Baca Juga

Arab Saudi di tahun kedua pandemi Covid-19 berturut-turut membatasi jumlah jamaah haji tahunan untuk sejumlah penduduk, tidak termasuk jutaan orang asing yang biasanya berduyun-duyun ke Makah untuk ritual yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim yang berbadan sehat, setidaknya sekali seumur hidup.

Dengan bertambahnya usia dan kesehatan yang menurun, Ahmed, seorang Mesir berusia 68 tahun, menangis selama berhari-hari ketika pembatasan diumumkan tahun lalu, beberapa bulan setelah pandemi virus corona melanda.

"Saya sudah membayar biro perjalanan dan sudah benar-benar mulai mempersiapkan segalanya," kata pensiunan pegawai negeri ini, dilansir dari laman France 24, Rabu (21/7)

"Saya sangat ingin menunaikan haji sebelum saya meninggal. Saya tidak tahu apakah saya masih hidup tahun depan," isaknya, sambil memegang tasbih Muslim berwarna biru.

 

 

 

Pada tahun sebelumnya, jumlah jamaah haji mencapai 2,5 juta orang. Memasuki masa pandemi, Saudi membatasi jumlah jamaah haji menjadi 60 ribu orang. Mereka yang berhaji hanya dari kalangan warga Saudi dan pekerja asing yang menetap di Saudi.

 

“Peluang saya sekarang tipis, karena mereka akan memilih jamaah yang lebih muda dan lebih sehat di masa depan,” kata nenek yang menderita diabetes dan tekanan darah tinggi.

Amina Gaafar, seorang pensiunan pekerja sosial Mesir berusia 58 tahun, telah menabung selama 30 tahun untuk pergi haji. Tetapi dengan operasi penggantian lutut yang membayangi, hari-hari perjalanannya mungkin akan berakhir.

 "Saya akhirnya siap secara finansial, dan sekarang virus corona yang menghentikan saya," katanya.

Dia juga khawatir dana yang diperoleh dengan susah payah akan dihamburkan untuk pengeluaran sehari-hari.

"Saya khawatir suatu hari nanti saya tidak bisa menunaikan haji sama sekali, karena kesehatan saya yang buruk," katanya sambil menangis, terbungkus gaun abaya panjang, dengan tongkat penyangga disandarkan ke dinding.

 

 

Pemilik biro perjalanan Kairo, Mohammed Essam mengatakan bahwa dua pertiga dari mereka yang daftar untuk pergi haji berusia di atas 60 tahun. Tahun ini banyak yang mengungkapkan kesedihan, frustrasi dan kemarahan.

“Secara umum, sebagian besar jamaah haji dari seluruh dunia adalah orang tua. Orang-orang mulai berpikir tentang haji ketika mereka memiliki uang yang ditabung,” katanya kepada AFP di kantornya.

Jamaah dari negara-negara Asia berpenduduk padat seperti Indonesia, Malaysia dan Pakistan merupakan sebagian besar peserta haji. Banyak yang menunggu bertahun-tahun untuk sampai ke barisan depan untuk mendapatkan kesempatan melakukan perjalanan haji.

Putus asa untuk melakukan perjalanan ke Makah, Muhammad Saleem Butt dari kota Rawalpindi Pakistan menunda pengobatan untuk penyakit hatinya, karena pandemi membatalkan rencananya. "Dulu dalam hidup saya, saya tidak punya uang," kata penjaga toko berusia 73 tahun itu.

 "Tetapi selama beberapa tahun terakhir, saya memiliki sumber daya dan anak-anak saya sudah menikah. Sekarang kesehatan saya semakin menurun, dokter menyarankan untuk dioperasi,” katanya sambil tetap berharap tahun depan bisa jalan.

Jumina, seorang wanita Indonesia berusia 65 tahun, telah menabung untuk haji selama satu dekade dengan menjalankan sebuah toko kecil di rumahnya, dan keluarganya bersiap untuk merayakan kepergiannya.

"Saya sangat kecewa karena saya telah mempersiapkan segalanya untuk perjalanan itu," katanya kepada AFP, termasuk mengambil dua dosis vaksin. 

 

"Jika saya masih cukup sehat untuk pergi lain kali, saya akan pergi (berhaji). Kami mengandalkan Tuhan," ujarnya.

 
Berita Terpopuler