Keistimewaan Masjid An-Nillin Sudan

Desainnya yang tergolong unik menjadi salah satu keistimewaan Masjid Raya An-Nillin.

Wikipedia
Masjid An-Nillin, Sudan.
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Desainnya yang tergolong unik menjadi salah satu keistimewaan Masjid Raya An-Nillin, Sudan. Selain itu, posisinya yang berada dekat pertemuan dua cabang utama Sungai Nil, yakni Sungai Nil Putih dan Sungai Nil Biru merupakan keistimewan lain dari masjid yang dibangun pada periode 1970-an. Dari posisinya inilah, nama masjid an-Nillin diberikan. An-Nillin memiliki arti "dua sungai Nil".

Baca Juga

Tidak seperti masjid-masjid biasa, an-Nilin didominasi kubah raksasa yang berbentuk setengah lingkaran. Dengan begitu, bangunan utama Masjid Raya an-Nilin merupakan lingkaran sempurna bila dilihat dari ketinggian. Kubah tersebut terbuat dari bahan dasar aluminium. Permukaan kubah raksasa ini menonjolkan pola-pola berbentuk seperti permata.

Atap Masjid an-Nillin - (mospedia.org)

 

Sementara itu, bagian tembok yang menyangga kubah itu juga mengikuti pola yang cenderung sama. Namun, permukaannya memberi ruang pada birai-birai jendela yang berbentuk segi tiga sama kaki. Warna kubah Masjid Raya an-Nilin adalah cokelat muda, sedangkan dinding temboknya krem cerah. Di pucuk kubah ini terdapat bentuk bulan sabit yang terbuat dari besi ringan.

Bagian interior Masjid Raya an-Nilin sungguh menawan. Cakupan kubah raksasa membuat seisi masjid tersebut terasa lapang. Permukaan bagian dalam kubah tersebut memuat motif-motif geografis segi delapan, bintang segi lima, dan bintang bersudut 12 yang tampak teranyam satu sama lain. Dominasi warna cokelat masih tampak, tetapi itu dengan selang-seling hijau, biru, dan merah.

Besarnya kubah tidak membuat bagian dalam Masjid Raya an-Nilin gelap. Alih-alih begitu, sinar matahari dapat dengan mudah masuk dan menerangi seisi ruangan. Sinarnya menembus kaca jendela yang terletak pada dinding sekeliling masjid ini. Adapun pada malam hari, sumber cahaya ruangan ini adalah lampu-lampu putih yang menempel di antara setiap birai jendela.

Dinding interior Masjid Raya an-Nilin di lapisi plasteran yang bercorak floris, tetapi warnanya mengikuti dominasi cokelat pada kubah. Di bagian depan dan menempel pada dinding, pihak pengelola menaruh sejumlah pendingin ruangan untuk menyejukkan para jamaah. Lantai ruangan shalat merupakan sajadah berwarna hijau yang terhampar merata.

Bagian mihrab menjorok ke arah dalam. Agak berbeda dengan warna keseluruhan interior masjid ini, mihrab itu didominasi putih. Di atasnya terdapat tempat untuk khatib atau imam menyampaikan ceramah kepada khalayak.

Bagian dalam Masjid An-Nillin - (mospedia.org)

Satu lagi yang cukup istimewa dari Masjid Raya an-Nilin, yaitu menara. Letaknya agak berjauhan dari bangunan utama masjid ini. Bentuknya silindris di bagian paling bawah, tetapi begitu mendekati pucuknya permukaannya berjarang-jarang. Sama seperti kubah raksasa tersebut, menara ini berujung pada bentuk bulan sabit yang kilap.

Masjdi Raya an-Nilin bukan sekadar tempat shalat berjamaah. Ia juga dilengkapi fasilitas publik yang mumpuni.

Terpisah dari bangunan utama dan menara masjid, pemerintah setempat menambahkan bangunan-bangunan yang tidak terlalu besar yang memuat kelas- kelas madrasah, perpustakaan, dan balai pertemuan. Tentunya, desain bangunan- bangunan tersebut tampak selaras dengan masjid berkubah unik-raksasa itu.

Kompleks Masjid Raya an-Nilin juga dimaksudkan sebagai sebuah destinasi wisata Sudan. Le barnya sungai Nil menimbulkan kesan yang luas. Para pelancong kerap mengambil gambar di tepi sungai itu agar sudut foto masjid ini menghadirkan kesan pantulan yang presisi.

Apalagi, bila pengambilan gambar berlangsung pada sore di kala matahari terbenam. Suasana tersebut juga diperindah dengan kebun-kebun bunga dan pohon palem yang berada di kanan dan kiri bangunan utama masjid tersebut. 

Masjid Raya an-Nilin dibangun pada periode 1970-an atau ketika Gaafar Nimeiry menjadi presiden Sudan. Dia sendiri mengepalai negara tersebut dari tahun 1969 hingga 1985. Sejak awal perencanaan, Nimeiry bervisi menjadikan an-Nilin masjid kebanggaan nasional Sudan. Untuk itu, pembangun an mas jid itu menggunakan tenaga- tenaga ahli dari da lam negeri.

Pada 1983, masjid ini secara resmi di buka untuk umum. Situs Aga Khan menyebutkan, desain Masjid Raya an-Nilin merupakan karya seorang mahasiswa departemen arsitektur Universitas Khartoum. Mahasiswa ini sebelumnya memenangkan sayembara desain yang digelar presiden Sudan saat itu untuk menjaring ide-ide terbaik buatan anak negeri.

 

 
Berita Terpopuler