Sosok KH Ridwan Abdullah: Sang Perancang Logo NU (II-Habis)

Nama KH Ridwan Abdullah tak absen dalam sejarah perjuangan kemerdekaan.

Nahdlatul Ulama
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Nama KH Ridwan Abdullah tak absen dalam sejarah perjuangan kemerdekaan. Kiai Ridwan pernah bergabung dalam barisan Laskar Sabilillah. Pengorbanannya selama zaman pergerakan dinilai cukup besar.

Baca Juga

Bahkan, salah seorang putranya yang menjadi anggota Pembela Tanah Air (PETA) gugur di medan perang saat melawan penjajah.

Pada 1948, Kiai Ridwan pun ikut memanggul senjata untuk menghalau musuh yang mengancam kedaulatan Republik Indonesia. Sempat ia dan pasukan Sabilillah terpukul mundur hingga ke Jombang.

Sesudah RI memperoleh pengakuan kedaulatan, kiprahnya kembali ke dunia pendidikan. Bagaimanapun, saran dan nasihatnya tetap ditujukan bagi kepentingan nasional. Sebagai contoh, ia terma suk yang mengusulkan agar para syuhada dalam Peristiwa 10 November 1945 dimakamkan di kompleks tersendiri-yang kelak dinamakan sebagai Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa.

Dalam berbagai literatur, Kiai Ridwan kerap dikategorikan sebagai seorang kiai yang intelektual. Pergaulannya memang tidak sebatas hanya dengan para ulama, tetapi juga tokoh-tokoh nasionalis pada zaman pergerakan. Sebut saja, Sukarno, dr Sutomo (pendiri Budi Utomo), dan HOS Tjokroaminoto (pemimpin Sarekat Islam). Ia bersahabat erat dengan para figur tersebut, utamanya dalam konteks perjuangan kemerdekaan Indonesia.

 

Ihwal kehidupan rumah tangganya, Kiai Ridwan menikah dengan Makiyah pada 1910. Keluarga itu dikaruniai tiga orang anak. Akan tetapi, sang istri kemudian meninggal dunia. Selanjutnya, Kiai Ridwan menikah lagi dengan Siti Aisyah. 

Secara nasab, perempuan tersebut masih berhubungan karib dengan sang pendiri NU, KH Abdul Wahab Hasbullah.

Kiai Ridwan Abdullah dikenal sebagai ulama yang dermawan. Ia bahkan selalu membiayai anak-anak yang datang kepa danya untuk menempuh pendidikan di pondok-pondok pesantren. Ia juga kerap menasihati mereka yang hendak menuntut ilmu agar tidak melalaikan masa muda 

Di kalangan ulama, Kiai Ridwan dikenal memiliki ilmu pengetahuan agama yang tinggi. Pergaulannya sangat luas dan tidak terbatas pada lingkungan santri saja. Dengan begitu, jangkauan wawasan dan pengalaman yang dimilikinya pun kian luas.

Pada 1962, KH Ridwan Abdullah berpulang ke rahmatullah. Saat itu, usianya mencapai 78 tahun. Jasadnya dikebumikan di kompleks permakaman Tembok, Surabaya, Jawa Timur. Bakat dan keahliannya dalam melukis diwarisi salah seorang putranya, KH Mujib Ridwan.

 

 

KH Ridwan Abdullah memang tidak memiliki suatu pondok pesantren sendiri. Bagaimanapun, namanya dikenal luas sebagai seorang ulama yang gigih berdakwah tanpa kenal lelah. Ia menyampaikan ilmu-ilmu agama dari satu tempat ke tempat lainnya. Oleh karena itu, orang-orang kerap menggelarinya sebagai kiai keliling. 

Kiai Ridwan biasanya berdakwah pada malam hari dan berpindah-pindah dari satu surau ke surau lain. Beberapa kawasan Surabaya yang secara rutin menjadi tempat dakwahnya ialah Kampung Kawatan, Tembok, dan Sawahan. Kiai Ridwan juga setia mengiringi perjuangan KH Abdul Wahab Hasbullah (wafat 1971), seorang ulama asal Jombang, Jawa Timur.

Mengutip pendapat sejarawan Ahmad Mansur Suryanegara, dalam bukunya Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, Kiai A Wahab Hasbullah membentuk ajang temu diskusi para tokoh ulama. Forum itu dinamakan Taswirul Afkar. Menurut Ahmad Mansur, inilah embrio awal pembentukan NU.

Anggota Taswirul Afkar didominasi kaum muda, baik dari kalangan modernis maupun tradisionalis. Tema diskusi di Taswirul Afkar lebih seputar kesadaran berbangsa. Maka dari itu, Ahmad menjelaskan, forum tersebut dipengaruhi berdirinya Sarekat Islam (SI) pada 1905, khususnya dalam konteks ketokohan HOS Tjokroaminoto di Surabaya.

Pada 1916, Taswirul Afkar berubah namanya menjadi Nahdlatul Wathan (NW), yang berarti 'Kebangkitan Tanah Air.' Di NW, Kiai Ridwan aktif mengajar di salah satu madrasah yang berkhidmat pada organisasi tersebut.

Sesudah NU terbentuk pada 16 Rajab 1344 atau 31 Januari 1926, Kiai Ridwan masuk dalam susunan pengurus besar jam'iyahtersebut. Lebih tepatnya, ia duduk sebagai anggota A'wan Syuriyah. Ia juga tercatat dalam kepengurusan NU Ca bang Surabaya sebagai pengurus syuriyah.

 

 

Kisah unik

Keahlian KH Ridwan Abdullah dalam seni lukis tidak didapatkan dari bangku sekolah formal. Bakatnya muncul secara alami dari suatu peristiwa saat dirinya masih berkelana dari satu pesantren ke pesantren lain.

Cucu Kiai Ridwan, Gus Saiful Halim, menuturkan suatu kisah yang menarik.Setelah mondok di pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan, Ridwan kemudian bekerja di rumah seorang Belanda yang kebetulan berprofesi sebagai pelukis.

Suatu ketika, Ridwan menumpahkan tinta di kanvas lukisan orang Belanda tersebut tanpa disengaja. Ia pun sempat gugup dan panik. Akan tetapi, ia lantas memberanikan diri untuk mengakui kelalaiannya itu serta berjanji untuk memperbaiki lukisan tersebut sebisa mungkin.

Orang Belanda tersebut sempat kesal begitu mengetahui kejadian tersebut. Namun, setelah melihat hasil pekerjaan Ridwan, raut wajahnya tidak jadi marah.

Sebab, hasil tumpahan tinta itu justru menjadikan lukisan tersebut tampak lebih bagus. Sejak saat itulah, kata Gus Saiful, bakat seni lukis Kiai Ridwan mulai terlihat. Pada akhirnya, sejarah mencatatnya sebagai perancang logo organisasi Muslim terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). 

Keahliannya dalam melukis patut diteladani oleh generasi muda umat Islam. Di samping itu, ulama NU ini juga patut dijadikan contoh dalam dakwah, terutama semangat juangnya dalam mempertahankan nilai-nilai ahlus sunnah wal jamaah(Aswaja).

Kiai Ridwan dikenal sebagai kiai yang rendah hati, baik dalam bermasyarakat maupun dalam berorganisasi. Pembawaannya bersahaja dan selalu berpenampilan dengan sederhana. Meskipun di rumah mertuanya tersedia beberapa kuda dan juga sepeda motor, Kiai Ridwan memilih berjalan kaki dengan membawa kitab untuk sampai ke tempatnya menyampaikan ilmu kepada masyarakat. Bahkan, suatu kali ia sampai-sampai menjual beberapa tokonya demi keberlangsungan organisasi NU.

 
Berita Terpopuler