ILO: Jumlah Perempuan Bekerja Saat Pandemi Lebih Rendah

Pandemi Covid-19 memperburuk ketimpangan lapangan kerja perempuan dan laki-laki

BASRI MARZUKI/ANTARAFOTO
Pengunjung melintasi salah satu karya foto dalam Pameran Besolek di Galeri Ruang Dua Delapan (RDL),
Rep: Lintar Satria Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Pandemi Covid-19 memperburuk ketimpangan lapangan kerja antara perempuan dan laki-laki. Di tengah proses pemulihan ekonomi pasca-pandemi ketimpangan masih belum dapat diatasi.

Baca Juga

Dalam laporannya Organisasi Buruh Internasional (ILO) mengatakan jumlah perempuan yang bekerja pada 2021 lebih sedikit 13 juta orang dibandingkan 2019. Sementara jumlah laki-laki yang bekerja sudah kembali seperti sebelum pandemi.

"Walaupun proyeksi pertumbuhan lapangan kerja perempuan di atas laki-laki, tapi tidak cukup membawa kembali angka perempuan bekerja seperti sebelum pandemi," kata ILO dalam laporan mereka seperti dikutip Anadolu Agency Selasa (20/7).

Pada 2021, hanya 43,2 persen perempuan di usia produktif yang memiliki pekerjaan, jauh di bawah laki-laki yang berada di angka 68,6 persen.

Dalam laporan ‘Building Forward Fairer: Women’s rights to work and at work at the core of the COVID-19 recovery’ ILO memberikan proyeksi jangka pendek.

"Kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan berdasarkan gender dan pelecehan memburuk selama pandemi, menekan kemampuan perempuan untuk terlibat dalam pekerjaan yang dibayar," kata laporan tersebut.

ILO mengatakan hal itu menunjukkan dampak pandemi pada pekerjaan dan pendapatan perempuan lebih besar. Sebab keterwakilan berlebihan mereka di sektor-sektor yang paling terdampak seperti jasa makanan, akomodasi dan manufaktur.

 

Angka lapangan pekerjaan bagi perempuan pada 2019 dan 2020 menurun sebesar 4,2 persen atau 54 juta pekerjaan. Sementara, jumlah lapangan kerja untuk laki-laki turun 3 persen atau 60 juta pekerjaan.

Hal itu tidak terjadi di semua kawasan. Angka perempuan yang bekerja di Benua Amerika turun signifikan selama pandemi, sekitar 9,4 persen. Negara-negara Arab berada di urutan kedua, jumlah perempuan bekerja turun 4,1 persen sementara laki-laki hanya 1,8 persen.

Di Asia dan Pasifik selama pandemi jumlah pekerjaan bagi perempuan turun 3,8 persen sementara laki-laki hanya 2,9 persen. Di Eropa dan Asia Tengah lapangan bekerja perempuan turun 2,5 persen dan laki-laki 1,9 persen.

Afrika menjadi kawasan dengan angka penurunan lapangan kerja paling kecil. Dari tahun 2019 dan 2020 angka lapangan kerja untuk perempuan turun 1,9 persen dan 0,1 persen bagi laki-laki.

"Selama pandemi, nasib perempuan lebih baik di negara-negara yang mengambil kebijakan untuk mencegah mereka kehilangan pekerjaan dan mengizinkan mereka kembali lapangan kerja sesegera mungkin," kata ILO.

Contohnya seperti Cile dan Kolombia di mana pemerintah memberi subsidi bagi gaji pegawai baru. Subsidi untuk pegawai perempuan lebih tinggi. Sementara, Kolombia dan Senegal menjadi negara-negara yang menciptakan atau memperkuat dukungan bagi pengusaha perempuan. 

 
Berita Terpopuler