Kisah Corona Di Norwegia: Apa Kabar Indonesia?

DI Norwegia, Perdana Menteri langgar prokes dinyatakan bersalah dan membayar denda

Savitri Icha Kairunnisa
Suasana Norwegia di tengah pandemi
Red: Muhammad Subarkah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Savitri Icha Khairunnisa, Warga Indonesia Tinggal di Norwegia

Sudah seminggu saya dapat vaksinasi dosis pertama. Alhamdulillah sejauh ini baik-baik saja. Satu-satunya keluhan hanya rasa pegal dan sedikit nyeri ("kemeng" dalam bahasa Jawa) selama dua hari. Setelah itu ya biasa aja. Nggak ada demam, pusing, ngantuk, atau lapar. Kalau yang terakhir ini tanpa vaksin pun saya memang lapar aja bawaannya 😃.

Saya dapat vaksin apa? Untuk saat ini vaksin yang tersedia di Norwegia hanya vaksin Comirnaty dari Pfizer/BioNTech. 

Apakah kami lebih beruntung karena dapat vaksin yang lebih tinggi tingkat efikasinya?

Well, buat saya, beruntung itu adalah ketika kita ingin divaksin, vaksinnya ada saat ini, kita bisa divaksin, dan tentunya gratis.

Saya percaya semua vaksin yang beredar di seluruh dunia sudah terbukti efikasinya. Dengan perkecualian VakNus yang kontroversial itu. Soal tinggi atau rendah, toh vaksin apapun menawarkan dosis kedua untuk booster.

Proses vaksin di hari H berjalan efisien dan efektif. Kita harus mendaftar secara online terlebih dulu. Saat pendaftaran, kita harus melengkapi informasi seputar kesehatan diri sendiri, khususnya usia, alergi dan penyakit bawaan. Mereka yang punya penyakit bawaan akan masuk daftar prioritas. Ini seperti Pak Faisal yang punya asma dan sudah dapat dua dosis vaksin. Ketika vaksin tersedia, maka kita akan dapat panggilan via SMS.

Aturan vaksin Covid-19 di Norwegia, kita hanya boleh masuk gedung vaksin paling awal 5 menit sebelum jadwal. Kalau kita datang terlalu awal, maka dipersilakan menunggu di luar gedung / di mobil.

Karena alokasi waktu yang efisien itu, maka saya hanya sempat duduk 5 menit sebelum nomor antrean saya dipanggil. 

Vaksin dilaksanakan di ruang tertutup. Untung saya dapat juru vaksin perempuan. Jadi tak masalah ketika harus menyingsingkan lengan kiri.

Selesai vaksin yang cuma sak jrut, saya diminta duduk di ruang tunggu selama 20 menit. Bila tidak ada keluhan apa-apa, bisa langsung pulang tanpa pamit lagi.

Oya, program vaksinasi di Norwegia banyak menyertakan para sukarelawan dari Palang Merah Norwegia.

Sebagai orang yang meyakini bahwa Covid-19 ini nyata, saya dan suami sejak awal semangat untuk ikut vaksin ketika kami dapat giliran. 

Untuk saat ini, di tengah pandemi yang belum jelas kapan selesainya, korban yang semakin banyak berjatuhan, kondisi begitu banyak negara morat-marit, bahkan beberapa kepala negara besar / maju sampai harus berjiwa besar meminta maaf kepada rakyat atas kegagalan mereka dalam mengatasi pandemi, maka vaksin adalah secercah cahaya untuk keluar dari lorong gelap ini.

Vaksin adalah ikhtiar tiap individu dewasa di manapun, untuk melindungi dirinya sendiri, dan orang-orang di sekitarnya. 

Untuk negara sekecil Norwegia yang penduduknya hanya 5,4 juta jiwa, proses vaksinasi berjalan sangat lambat. Sejak awal diluncurkan akhir Desember 2020, orang dalam kelompok usia saya (39-44 thn dan tanpa komorbid) baru mendapat giliran pekan lalu.

Memang ada kesepakatan di antara negara-negara Uni Eropa dan EEC, bahwa vaksin yang (ketika itu) masih terbatas, harus dibagi secara proporsional sesuai jumlah penduduk dan kondisi pandemi di negara tersebut.

Norwegia yang berpenduduk sedikit dan kondisi pandeminya teratasi dengan cukup baik, ya dapat jatah yang sedikit juga. Sempat cukup banyak yang mengeluhkan hal ini, meski akhirnya bisa maklum semua. Orang Norwegia ini aslinya memang nerimoan. Lebih nerimo daripada orang Jawa.

Anyway, biar lambat asal selamat. Alhamdulillah akhirnya dapat jatah vaksin juga. Per hari ini, cakupan vaksin di Norwegia untuk dosis pertama sudah 74,2%. Sudah hampir mumpuni untuk mencapai herd immunity.

Demikian pula kondisi mayoritas negara-negara Eropa dan negara maju lainnya.

 

 

Kilas balik tentang penanganan pandemi di Norwegia

Kami merasakan dua kali lockdown; Maret 2020 dan Maret 2021. Alhamdulillah meski kebebasan kami dibatasi, tapi pemerintah bertanggung jawab sepenuhnya.

Banyak sekali orang yang kena PHK atau dirumahkan sementara akibat ketidakpastian ekonomi. Pemerintah tidak tinggal diam. Melalui departemen tenaga kerja dan sosial, orang-orang seperti ini dapat "gaji" 80% dari total gaji bulanannya, selama mereka di rumah.

Pemerintah yang bekerja keras menjamin kehidupan rakyat. Kami hanya harus diam di rumah, keluar hanya untuk belanja kebutuhan sehari-hari atau cari udara segar, itupun dibatasi hanya 5 orang dari rumah yang sama.

Satu-satunya perbedaan prokes di Norwegia adalah tidak adanya kewajiban bermasker sejak awal pandemi. Masker hanya berupa anjuran, bila tidak mungkin menjaga jarak minimal 1 meter (misal di kendaraan umum, khususnya di kota besar seperti Oslo).

Kewajiban bermasker hanya dikenakan sebulan (Maret  2021), ketika gelombang ketiga menyerang Norwegia. Selebihnya kami bisa menghirup udara segar tanpa penutup wajah.

Anak sekolah sekolah tatap muka penuh, hingga bulan Juni kemarin karena libur panjang musim panas.

Selebihnya kurang lebih sama dengan di tempat lain. Tidak boleh berkumpul dan berkerumun. Berani melanggar? Siap-siap saja masuk penjara atau kena denda. Ada yang kena?

Oh, ada. Ibu perdana menteri Norwegia harus bayar NOK 20.000,- karena dia mengadakan pesta ulang tahun yang "hanya" mengundang 15 orang. Pihak kepolisian menetapkan ibu PM bersalah, terlebih karena dialah yang membuat aturan selama pandemi. Denda dibayar, ibu PM minta maaf kepada seluruh rakyat.

Pemimpin negara Indonesia bagaimana ketika berkali-kali melanggar aturan kerumunan? Pernahkah didenda, atau setidaknya mengaku bersalah/khilaf, dan minta maaf? Pejabat negara lainnya bagaimana?

Hal-hal lain yang membantu Norwegia cepat keluar dari pandemi mungkin bisa dirangkum sebagai berikut:

1. Pemerintah mengambil tanggung jawab penuh atas keselamatan rakyat. Pemerintah sampai merombak APBN demi bisa menjamin kehidupan rakyat selama pandemi.

2. Informasi yang disampaikan kepada masyarakat hanya datang dari PM, FHI (Institut Kesehatan Masyarakat), dan Kementerian Pendidikan (untuk nasib anak sekolah).

Pemerintah rutin memberi public address secara live setiap Jumat jam 14.00 melalui TV dan radio. 

3. Informasi valid dan terkini mudah diakses melalui website resmi pemerintah. Tidak ada sumber informasi yang berbeda. Tidak pernah aparat pemerintah saling berlomba cari panggung di masa susah ini.

4. Testing, tracking, and treatment betul-betul dijalankan. Kalau ada 1 orang ketahuan positif, maka semua kontak eratnya akan dicari sampai dapat, dan diperintahkan untuk karantina jika positif juga.

Tes PCR di Norwegia gratis dan hasilnya keluar dalam 24 jam. Tes gratis ini hanya untuk penduduk yang berdiam di dalam negeri. Yang barusan datang dari luar negeri ya harus bayar, termasuk bayar hotel karantina yang mahal.

5. Semua perbatasan segera ditutup. Pergerakan manusia betul-betul dipantau, hanya untuk yang betul-betul penting. Orang asing dilarang masuk, apalagi bila datang dari negara bahaya.

6. Buzzer dan hoax tidak ada tempat di sini. Kalaupun ada sebagian masyarakat yang tidak percaya pandemi, mereka tetap patuh pada peraturan apapun yang ditetapkan pemerintah.

7. Pemerintah tidak pernah memberi angin surga sekadar memberi ketenangan palsu. Kalau kondisi buruk, ya dibilang buruk. Kami sempat diminta untuk bersiap ketika pemerintah mengetatkan aturan lockdown di gelombang kedua yang lalu. 

8. Kekompakan pemerintah dan rakyat Norwegia patut diacungi jempol empat. Pemerintah yang tegas, jujur, adil, dan tidak korup, serta masyarakat yang taat hukum, membuat penderitaan pandemi ini dirasakan bersama. Istilah Inggrisnya:

We're facing the same storm, and we're going to ride that storm in the same boat (Kita menghadapi badai yang sama, dan kita akan menghadapi badai itu dengan perahu yang sama.)

Jadi, Indonesia juga bisa. Meski sudah salah langkah di awal, keteteran di tengah, dan cukup babak belur hingga saat ini, rakyat Indonesia bisa bangkit dan melewati pagebluk ini dengan selamat. 

Kalaupun tidak bisa berharap pada pemerintah, kita masih punya Yang Mahakuasa. 

Tetap semangat, taati prokes, jaga kesehatan diri dan keluarga, saling bantu, serta jangan putus berdoa, Teman-teman!

 

 
Berita Terpopuler