Haji Syudja', Pelaksana Teologi Al Maun (II)

Perkembangan amal usaha Persyarikatan Muhammadiyah bermula dari rintisan Haji Syudja

wikipedia
Muhammadiyah
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  Pada 17 Juni 1920, Rapat Anggota Muhammadiyah Istimewa diselenggarakan. Forum itu dipimpin langsung KH Ahmad Dahlan. Agendanya antara lain mengukuhkan empat bagian baru dalam Kepengurusan (Hoofdbestuur) Muhammadiyah.

Baca Juga

Pada waktu itu, Bagian Sekolahan diketuai HM Hisyam. Adapun Bagian Tabligh dan Taman Pustaka masing-masing dinakhodai oleh HM Fakhrudin dan HM Mokhtar. Dalam kesempatan tersebut, Haji Muhammad Syudja'dilantik menjadi ketua Bagian Penolong Kesengsaraan Umum (PKU).

Saat pelantikan itu, ia menyampaikan berbagai rencana. Di antaranya adalah, membangun rumah sakit, rumah miskin, dan panti yatim. Mendengar pemaparan itu, sebagian hadirin menganggapnya aneh. Bahkan, beberapa dari mereka menertawakannya.

Kiai Dahlan sebagai pimpinan rapat lantas meminta hadirin untuk tenang. Ia pun dengan bijaksana merespons positif gagasan besar H Syudja' tersebut. Kiai berjulukan sang pencerah itu tidak ikut tertawa.

Setelah itu, Kiai Dahlan mengucapkan terima kasih kepada H Syudja'. Usai membaca alhamdulillah, ia mendoakan nakhoda baru Badan PKU itu agar diberikan bimbingan serta taufik dan hidayat dari Allah SWT. Harapannya, Allah Ta'ala meridhai dan memberikan kelancaran untuknya dalam mewujudkan rencana-rencana tersebut.

 

 

Saat diberi kesempatan bicara, H Syudja' sempat menghaturkan kekecewaannya terhadap paserta yang telah menertawakan mimpi-mimpinya itu. Sebab, menurut dia, gelak tawa itu seolah-olah melemahkan semangat para kader Muhammadiyah yang penuh keyakinan, dan berdasarkan pengetahuan ajaran agama Islam, untuk terus memperbaiki keadaan Muslimin.

Haji Syudja' lantas mengutip surah al-Ma'un. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama! Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi orang miskin. Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya, yang berbuat riya', dan enggan (memberikan) bantuan (QS al-Maun:1-7).

Setelah itu, ia menuturkan, begitu banyak orang-orang di luar Islam yang sudah menyelenggarakan rumah-rumah panti asuhan. Mereka merawat fakir miskin dan anak-anak yatim piatu yang terlantar dengan cara sebaik-baiknya. Aksi nyata mereka hanya karena terdorong rasa kemanusiaan, bukan rasa tanggung jawab sebagai orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir.

Haji Syudja' meneruskan, kalau mereka saja dapat bertindak berdasarkan panggilan kemanusiaan, maka sungguh mengherankan jika umat Islam tidak dapat berbuat apa-apa. Padahal, Islam adalah agama untuk sekalian manusia.

 

 

Apakah kita bukan manusia? Kalau mereka bisa, mengapa kita tidak dapat berbuat? Hum rijalu wa nahnu rijal (mereka manusia kitapun manusia), kata Haji Syudja' kepada hadirin.

Haji Syudja' mengatakan, Perserikan Muhammadiyah didirikan untuk mentaati perintah-perintah Islam yang bersumber kitab Alqur'an. Karena itu, menurut dia, taatilah dengan sungguh-sungguh menurut petunjuk dan sunnah Rasullullah, serta dengan penuh keyakinan dan semangat yang tinggi. Ia juga mengutip surah Muhammad ayat tujuh. Artinya, Hai orangorang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.

Begitu pula dengan surah al-Ankabut ayat 69. Allah berfirman, Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Allah, benar-benar akan Allah tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

Faktanya, itulah yang terjadi. Satu per satu, amal usaha Muhammadiyah berdiri. Sebagai contoh, Rumah sakit PKU Muhammadiyah dibuka di Jalan Notoprajan, sebelum berpindah lokasi ke Jalan Ngabean. Belasan rumah miskin dan panti asuhan kemudian ikut menyusul.

 

 

 

Sebagai seorang aktivis, Haji Syudja' memang visioner. Kini, Muhammadiyah memiliki tak kurang dari 146 rumah sakit di seluruh Indonesia. Adapun panti asuhan yang dikelola persyarikatan ini mencapai 318 unit, dan sekitar 100 unit di antaranya bahkan telah terakreditasi. Hal ini membuktikan, upaya yang dirintis sang implementator teologi al-Ma'un berjalan sukses dan terus berkembang.

Di struktur organisasi, H Syudja' memang belum pernah menjabat sebagai ketua Muhammadiyah. Jabatan tertingginya hanya sampai pada wakil ketua. Barangkali, hal itulah yang menyebabkan namanya kurang dikenal publik awam. 

 

 

 
Berita Terpopuler