Pernah Ragukan Vaksin, Pasien Covid-19 Kini Inggris Menyesal

Kena Covid-19, dia merasa saat itu kematian sudah berada di depan matanya.

Tangkapan layar
Matthew Keenan, warga Inggris yang berprofesi pelatih sepakbola, menyesal tidak divaksinasi. Pria berusia 34 tahun itu kini berjuang melawan Covid-19 di rumah sakit.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Matthew Keenan sempat meragukan dan menolak vaksin Covid-19. Akan tetapi, pandangan warga Inggris itu terhadap vaksin berubah setelah dia harus berjuang keras menyelamatkan hidupnya akibat terpapar Covid-19.

"Dia menyetujui saya untuk membagikan ceritanya," ujar dokter konsultan pernapasan Leanne Cheyne dari Bradford Royal Infirmary yang menangani Keenan, seperti dilansir The Sun.

Melalui akun Twitter pribadinya, Cheyne mengunggah foto Keenan yang sedang menjalani perawatan Covid-19 di rumah sakit. Dalam foto tersebut, Keenan yang tengah duduk di kasurnya tampak terhubung dengan alat bantu pernapasan.

Baca Juga



Cheyne mengatakan, Keenan merupakan seorang ayah dan pelatih sepak bola yang masih berusia 34 tahun. Dia mengaku sempat meragukan vaksin Covid-19 sampai akhirnya dia sendiri terpapar oleh penyakit tersebut.

"Bila dia mampu mengulang waktu, dia akan melakukannya (untuk mendapatkan vaksin Covid-19)," ungkap Cheyne.

Saat ini, Keenan masih berjuang untuk bisa sembuh dari Covid-19. Cheyne juga mengatakan, pasien-pasien Covid-19 dengan kondisi terburuk yang dirawat di rumah sakitnya merupakan individu-individu yang belum divaksinasi.

"Selamatkan hidup Anda, lakukan vaksinasi, dapatkan vaksin," jelas Cheyne.

Unggahan Cheyne mendapatkan respons dari banyak pengguna Twitter. Beberapa teman Keenan yang melihat unggahan tersebut membalasnya dengan berbagai doa dan harapan agar Keenan lekas sembuh.

Tak sedikit pula yang memuji Keenan karena telah mengizinkan Cheyne membagikan ceritanya. Menurut warganet, cerita seperti ini dapat menjadi pengingat bagi banyak orang mengenai pentingnya melakukan vaksinasi Covid-19 di tengah pandemi.

"Semoga orang-orang akan belajar dari pengalamannya dan sadar (akan pentingnya vaksinasi)," kicau salah satu warganet.

Kisah serupa juga dialami oleh seorang guru bernama

Abderrahmane Fadil, guru di Inggris, yang berjuang melawan Covid-19 setelah melewatkan kesempatan untuk divaksinasi pada Februari lalu. - (Dok Bradford Teaching Hospitals NHS Foundatio)

. Dahulu, Fadil menolak divaksinasi meski sudah mendapatkan undangan untuk vaksinasi.



"Undangan vaksinasi datang dan saya sedikit ragu karena saya merasa sangat sehat saat itu," kata Fadil.

Fadil yang tinggal bersama istri dan dua anaknya merasa dia tak akan terkena Covid-19. Bila terkena sekali pun, Fadil meyakini penyakit tersebut tak akan membuatnya terlalu sakit karena kondisinya yang bugar.

Fadil baru menyadari anggapan tersebut keliru setelah dia terpapar Covid-19. Saat mengalami Covid-19, Fadil harus dilarikan ke rumah sakit karena sangat kesulitan untuk bernapas. Dia merasa saat itu kematian sudah berada di depan matanya.

Fadil kini secara aktif mengajak orang-orang untuk mendapatkan vaksin. Dengan begitu, orang-orang dapat terhindar dari pengalaman mengerikan yang pernah ia lalui saat terpapar Covid-19.

Vaksin Covid-19 diketahui efektif dalam mencegah terjadinya Covid-19 bergejala berat. Vaksin Covid-19 juga dapat membantu menurunkan risiko perawatan di rumah sakit dan kematian akibat Covid-19.


Tiga hoaks terbaru soal vaksinasi Covid-19 - (Republika)

 


Vaksin Covid-19 Pfizer, misalnya, dapat menurunkan risiko Covid-19 bergejala akibat varian Delta hingga 36 persen setelah pemberian dosis pertama. Setelah dosis kedua, vaksin Covid-19 Pfizer dapat mencegah perawatan di rumah sakit akibat Covid-19 hingga 96 persen.

Vaksin Covid-19 Oxford/AstraZeneca juga dapat menurunkan risiko jatuh sakit akibat Covid-19 sekitar 30 persen setelah pemberian dosis pertama. Setelah dosis kedua, vaksin ini dapat memangkas risiko perawatan di rumah sakit akibat Covid-19 hingga 92 persen.

 
Berita Terpopuler