Studi: Covid-19 Punya Efek Jangka Panjang pada Detak Jantung

Detak jantung penyintas Covid-19 terpantau belum pulih hingga empat bulan.

AP/Slamet Riyadi
Pasien Covid-19 berada di dalam ambulans di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito di Yogyakarta, Rabu (7/7). Penyintas Covid-19 masih ada yang mengalami gejala sisa, salah satunya ialah detak jantung tidak teratur.
Rep: Haura Hafizhah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi mengungkapkan sekitar satu dari enam orang penyintas Covid-19 mengalami detak jantung tidak teratur selama lebih dari empat bulan setelah mengembangkan gejala awal Covid-19. Namun, hal ini masih diteliti lebih lanjut.

Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh JAMA Network Open menemukan bahwa komplikasi ini lebih umum di antara mereka yang menderita batuk, nyeri tubuh, dan sesak napas sebagai gejala awal virus. Data menunjukkan bahwa mendiagnosis kondisi tersebut dapat membantu mengidentifikasi orang dengan peradangan yang sedang berlangsung atau masalah sistem kekebalan.

"Melacak perubahan fisiologis secara berkelanjutan, seperti detak jantung saat istirahat, dengan menggunakan pelacak kebugaran, dapat membantu kami mengidentifikasi individu yang mengalami peradangan berkelanjutan atau disfungsi kekebalan otonom sebagai akibat dari infeksi Covid-19," kata penulis studi Jennifer Radin, dilansir laman United Press International pada Kamis (8/7).

Radin menyebut, tingkat energi bagi banyak orang, yang diukur dengan jumlah langkah harian, tidak kembali normal hingga kira-kira 30 hari setelah timbulnya gejala Covid-19. Orang dengan penyakit ini juga membutuhkan waktu lebih lama untuk kembali ke tingkat tidur dan energi yang normal dibandingkan mereka yang memiliki gejala serupa yang tidak terinfeksi virus.

"Data sensor membantu mengukur secara objektif dampak fisiologis Covid-19," kata dia.

Baca Juga

Temuan ini didasarkan pada analisis data kesehatan yang dikumpulkan dari 875 orang dewasa yang melaporkan gejala penyakit pernapasan di Amerika Serikat menggunakan perangkat pelacak kebugaran yang dapat dipakai atau aplikasi seluler. Dari peserta penelitian, 234 dinyatakan positif Covid-19.

Peserta dengan Covid-19 membutuhkan waktu lebih lama untuk kembali ke detak jantung, tidur, dan aktivitas istirahat normal dibandingkan dengan mereka yang memiliki gejala pernapasan yang dites negatif untuk virus. Berdasarkan data, peserta penelitian dengan Covid-19 rata-rata membutuhkan 79 hari setelah timbulnya gejala untuk kembali ke detak jantung istirahat normal dan 32 hari untuk mencapai jumlah langkah sebelum infeksi infeksi.

Peserta penelitian dengan Covid-19 tidak kembali ke pola tidur normal sampai rata-rata 24 hari setelah timbulnya gejala. Temuan ini menyoroti efek virus pada jantung dan banyak dari mereka yang terinfeksi mengalami gejala yang bertahan lama atau long Covid.

"Covid-19 dapat menyebabkan detak jantung istirahat seseorang tetap meningkat rata-rata selama dua hingga tiga bulan. Sensor memungkinkan kami untuk mengarakterisasi garis dasar sehat setiap individu sehingga kami dapat melacak perubahan yang terkait dengan penyakit virus seperti Covid-19 dan pemulihan," kata dia.

 
Berita Terpopuler