Pakar: Jangan Sampai Kalsel Remuk Seperti Jakarta

Varian Delta dikhawatirkan dapat memicu gelombang ketiga pandemi di Kalsel.

ANTARA FOTO
Suasana vaksinasi Covid-19 di GOR Hasanuddin HM, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (26/6/2021). Pakar menyebut, situasi pandemi di Kalsel saat ini mengkhawatirkan, menyusul terjadinya tren peningkatan kasus sejak pertengahan Juni hingga akhir bulan.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19 Hidayatullah Muttaqin SE MSI PhD mengingatkan pemerintah daerah dan masyarakat untuk mewaspadai keberadaan varian Delta. Ia menyebut, varian SARS-CoV-2 tersebut dapat memicu gelombang ketiga pandemi di Kalimantan Selatan (Kalsel).

"Jangan sampai kita mengalami situasi seperti Jakarta yang remuk dihantam varian Delta. Pengalaman Jakarta hanya perlu waktu dua pekan kasus positif meledak hingga lima kali lipat dibandingkan kondisi di awal Juni," ujar Hidayatullah, di Banjarmasin, Senin.

Hidayatullah mengungkapkan, situasi pandemi di Kalsel saat ini mengkhawatirkan, menyusul terjadinya tren peningkatan kasus sejak pertengahan Juni hingga akhir bulan. Jumlah penduduk yang dikonfirmasi positif meningkat 35 persen dibanding paruh pertama Juni 2021.

Sementara itu, jumlah kasus positif baru pada 5 hari pertama Juli sudah mencapai 45 persen banyaknya dibanding kasus yang terjadi sepanjang Juni. Pertumbuhan kasus baru yang lebih tinggi ini mendorong meningkatnya kasus aktif di Kalsel dari 592 pada 15 Juni menjadi 1.075 orang pada 5 Juli.

Peningkatan tersebut juga menunjukkan tingkat penularan Covid-19 sedang berkembang.  Hal ini ditunjukkan oleh naiknya angka positivitas per minggu dari 13 persen pada 15 Juni menjadi 21 persen pada 4 Juli.

Dampak dari semakin banyaknya penduduk yang tertular adalah naiknya penggunaan tempat tidur khusus rumah sakit rujukan Covid-19.  Pada 15 Juni angka tingkat hunian tempat tidur hanya 23 persen, kemudian naik menjadi 34 persen pada 4 Juli.

"Langkah mitigasi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya gelombang ketiga yang dampaknya dapat lebih parah dari gelombang kedua yang telah dialami Kalsel," katanya. 

Hidayatullah mengungkapkan, Kalsel telah melalui lonjakan kasus pada gelombang pertama setelah liburan panjang Lebaran tahun 2020, dengan puncaknya terjadi di bulan Juli 2020. Sementara itu, gelombang dua terjadi saat liburan panjang akhir tahun 2020 dan bencana banjir, dengan kasus tertinggi pada bulan Maret 2021.

Baca Juga

Untuk melandaikan gelombang ketiga, menurut Hidayatullah, langkah utama yang harus ditempuh ialah menurunkan tingkat mobilitas masyarakat, baik lokal maupun antarkabupaten dan kota serta memperketat pemeriksaan penduduk keluar masuk Kalsel dengan persyaratan hasil tes PCR. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro juga harus semakin diketatkan, baik dalam pengertian implementasinya maupun dari sisi peraturannya.

"Langkah mitigasi sangat penting untuk menjaga rumah sakit tidak kolaps dan korban kematian yang lebih besar dapat dihindarkan," tutur Hidayatullah.

 
Berita Terpopuler