IDAI Minta 30 Kali Tracing Tiap Satu Anak Positif Covid-19

IDAI mengingatkan banyak anak positif Covid-19 yang tak tertolong.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Tes Covid-19 pada anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia mengingatkan pentingnya tes Covid-19 pada anak.
Rep: Febrianto Adi Saputro Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Bhakti Pulungan menyerukan agar tes Covid-19 pada anak diperbanyak. Ia mengaku miris melihat banyaknya anak yang terlambat tertangani karena pengujian Covid-19 pada anak jarang dilakukan.

Baca Juga

"Tolonglah beri Ikatan Dokter Anak Indonesia kesempatan untuk bisa menolong mereka. Dengan apa? Testing-nya diperbanyak. Satu kasus 30 kali tracing-nya," kata Aman dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, di Jakarta, Senin (5/7).

Selama 15 bulan terakhir sejak pandemi, menurut Aman, dokter anak tidak memiliki banyak kesempatan untuk merawat pasien cilik karena tidak meratanya testing pada anak. Alhasil, banyak anak positif Covid-19 yang tidak tertolong.

Aman menegaskan, ketika testing tidak merata, pandemi tidak akan bisa terselesaikan. Ia menyebut, dari dua juta kasus Covid-19, sebanyak 12,5 persennya adalah anak-anak atau sekitar 200 ribuan kasus.

"Kalau anak-anak telat terdeteksi Covid-19, kami tidak sempat menolong," ujar Aman.

Aman menyebut, berdasarkan data IDAI, dari seluruh anak yang meninggal akibat Covid-19, 50 persen di antaranya merupakan balita.

"Sebanyak 30 persen dari balita adalah bayi, sebagian lahir pada saat pandemi," kata Aman.

Selain terlambat dites, menurut Aman, risiko anak-anak untuk meninggal karena Covid-19 juga dipengaruhi oleh kondisi rumah sakit yang sudah melebihi kapasitas perawatan. Tempat tidur di rumah sakit pun tidak tersedia secara khusus untuk anak alias bercampur dengan dewasa.

Lebih lanjut, Aman menjelaskan, anak-anak yang meninggal umumnya memiliki komorbid, mulai dari malnutrisi, kanker, tuberkulosis, kelainan genetik, hingga penyakit jantung bawaan. Selama ini, anak-anak tersebut bisa saja selamat dari Covid-19 andaikan kasusnya terkonfirmasi lebih cepat.

Di samping itu, cakupan layanan kesehatan yang belum merata juga turut andil dalam tingginya angka kematian anak positif Covid-19 di Indonesia. Lantas, jika melihat statistik, tingkat keparahan Covid-19 pada anak sekitar lima persen, sementara ketersediaan ruang unit perawatan intensif (ICU) anak tidak sampai 100.

"Anak mau dibawa ke mana? Anak mau kita rawat ke mana kalau ada yang sakit sekarang?" tuturnya.

Aman juga menyoroti transparansi data kasus Covid-19 pada anak. Dari seluruh provinsi, hanya delapan yang menyajikan data secara daring.

Di samping itu, Aman juga mengingatkan risiko long Covid pada anak. Gejala Covid-19 yang persisten masih perlu dipelajari dan perlu dipertimbangkan.

"Kalau testing pada anak kurang, kita akan dapati kasus long Covid nantinya. Nanti rambutnya rontok, tidak bisa konsentrasi, badannya ngilu, terus sesak. Apa kita mau anak Indonesia seperti ini?" kata Aman.

 
Berita Terpopuler