Unicef: Sepertiga Anak Lebanon Kelaparan

Lebih dari 30 persen anak-anak tidur dalam kondisi lapar.

AP/Hassan Ammar
Unicef: Sepertiga Anak Lebanon Kelaparan. Anak-anak mencari barang berharga di tempat sampah di samping pasar di Beirut, Lebanon, Senin, 12 April 2021.
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

IHRAM.CO.ID, BEIRUT -- Unicef melaporkan sepertiga anak-anak Lebanon mengalami kelaparan. Krisis ekonomi Lebanon memberikan dampak yang sangat buruk bagi kesejahteraan anak-anak.

Baca Juga

Laporan itu mengatakan lebih dari 30 persen anak-anak tidur dalam kondisi lapar dan melewatkan jam makan mereka. Sementara, 77 persen rumah tangga kekurangan sumber daya untuk mengamankan kebutuhan makanan sehari-hari mereka. 

"Angka terakhir naik menjadi 99 persen dalam kasus pengungsi Suriah. Tanpa perbaikan yang terlihat, lebih banyak anak daripada sebelumnya yang tidur dalam keadaan lapar di Lebanon. Kesehatan anak-anak, pendidikan dan masa depan mereka sangat terpengaruh karena harga melonjak dan pengangguran terus meningkat," kata perwakilan Unicef ​​di Lebanon Yukie Mokuo, dilansir dari The National News, Jumat (2/7).

 

Mokuo mengatakan krisis memaksa lebih banyak keluarga menggunakan langkah-langkah penanggulangan negatif. Langkah-langkah tersebut di antaranya mengirim anak-anak mereka untuk bekerja dalam kondisi yang berbahaya.

"Banyak yang menikahkan anak perempuan mereka yang masih kecil atau menjual barang-barang mereka," kata Mokuo.

 

Masih menurut laporan tersebut, satu dari 10 anak dikirim untuk bekerja. Sedangkan 15 persen keluarga menghentikan pendidikan anak-anak mereka akibat krisis. Laporan tersebut merupakan hasil survei kepada 1.244 rumah tangga melalui telepon pada April lalu.

Kemerosotan ekonomi yang memburuk, yang oleh Bank Dunia peringkat di antara yang terburuk di dunia sejak pertengahan abad ke-19, telah mengikis daya beli penerima lokal dengan mata uang nasional kehilangan lebih dari 90 persen dari nilai pasarnya sejak akhir 2019. Harga pangan sejak itu meningkat tajam dan tagihan medis cenderung naik karena bank sentral terus menjatah subsidi impor makanan, bahan bakar dan obat-obatan karena cadangan mata uang asing berkurang.

Akibatnya, anak-anak semakin ditolak aksesnya ke perawatan kesehatan primer. Hampir sepertiga anak-anak Lebanon tidak menerima perawatan kesehatan utama yang mereka butuhkan. Sebanyak 76 persen rumah tangga mengatakan mereka terpengaruh kenaikan besar harga obat-obatan.

“Bank Dunia telah menggambarkan apa yang terjadi di Lebanon sebagai salah satu dari tiga keruntuhan ekonomi teratas yang terlihat sejak pertengahan abad ke-19. Apa yang ditunjukkan oleh survei Unicef ​​adalah anak-anak menanggung beban terbesar dari bencana yang meningkat ini,” kata Mokuo.

Kelompok tersebut meminta pihak berwenang setempat meningkatkan upaya memastikan dan meningkatkan akses anak-anak ke pendidikan dan perawatan kesehatan primer. Dalam upaya untuk dampak krisis pada keluarga yang paling rentan, parlemen Lebanon pada Rabu menyetujui lebih dari setengah miliar dolar bantuan tunai.

 

Uang tersebut untuk membantu lebih dari 500 ribu keluarga memenuhi kebutuhan mereka. Tetapi masih belum jelas dari mana dana untuk program itu akan berasal, dengan pemerintah menjajaki beberapa opsi termasuk meminta dana dari IMF.

IMF memberi tahu pemerintah Lebanon minggu ini mereka sedang mempertimbangkan mengalokasikan 900 juta dolar AS ke Lebanon pada Agustus. Paket baru ini ditujukan untuk melengkapi program jaring pengaman sosial senilai 246 juta dolar AS yang belum dicairkan oleh Bank Dunia sambil menunggu negosiasi dengan pemerintah.

"Tindakan bersama yang teguh sangat penting untuk mengurangi penderitaan, terutama di antara mereka yang paling rentan, yang terjebak dalam spiral kemiskinan," ujar Mokuo.

Ledakan besar di pelabuhan Beirut Agustus lalu telah menyebabkan Lebanon berada dalam keterpurukan. Di tambah dengan pandemi Covid-19 membuat negara itu jatuh dalam kemiskinan.

Ledakan itu menewaskan lebih dari 200 orang dan menghancurkan ribuan properti di seluruh ibu kota, meninggalkan Lebanon tanpa kabinet yang berfungsi penuh. Unicef ​​mengatakan sedang memperluas programnya dengan dukungan komunitas donor untuk membantu lebih banyak anak dan keluarga.

"Kesejahteraan dan perlindungan anak harus menjadi prioritas utama untuk memastikan hak-hak mereka terpenuhi dalam keadaan apa pun. Lebanon tidak mampu memberi anak-anak yang kekurangan gizi, putus sekolah, kesehatan yang buruk dan berisiko mengalami pelecehan, kekerasan dan eksploitasi. Anak-anak adalah investasi, investasi utama, di masa depan bangsa,” kata Mokuo.

https://www.thenationalnews.com/mena/2021/07/01/unicef-says-a-third-of-lebanons-children-are-skipping-meals/

 
Berita Terpopuler