Melihat Ribuan Koleksi Layang-Layang di Museum Turki

Museum Layang-Layang Turki memiliki ribuan koleksi dari berbagai negara.

Antara/Maulana Surya
layang-layang (ilustrasi)
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  Mendapat kesempatan mengunjungi Istabul, tak salah menyempatkan waktu mengunjungi Museum Layang-layang di Istabul. Museum ini menawarkan koleksi layang-layang dan perlengkapannya dalam beberapa dekade. Tak heran, banyak pengunjung dari kalangan muda dan tua datang.

Baca Juga

Pendiri Museum Layang-Layang Istanbul, Mehmet Naci mengungkap, mendirikan museum ini karena sejak kecil dirinya gemar bermain layang-layang.

"Saya lahir di Toygar Tepe, Uskudar. Di sana saya menemukan banyak mainan, kelerang, dan gasing pada usia enam atau tujuh tahun. Perkenalan saya dengan layang-layang ini membuat saya kembali ke masa kecil,"kata Azos, bercerita soal Museumnya seperti dilansir TRT, Rabu (30/6).

Sejak tahun 1980, Akoz sangat akrab dengan layang-layang. Ia membuat layang-layang dan menjualnya. Akoz juga pernah mengikuti festival layang-layang pada tahun 1983. Namun, ada satu hal yang membuat Akoz termotivasi soal layang-layang ini. Kemampuannya membuat layang-layang diragukan. 

"Semua bermula dari situ," kata dia.

 

 

Akoz mulai membuat kompetisi layang-layang pada 22 April 1984. Kompetisi tersebut merupakan yang pertama di Turki. Dua tahun kemudian, ia memdirikan Komunitas Layang-Layang pada 1986,

"Saya ingin mendirikan asosiasi namun terbentur prosedur","katanya.

Akoz kemudian berkomunikasi dengan asosiasi layang-layang internasional agar membantunya mendirikan asosiasi ini di Turki. Permintaan Akoz mendapatkan respons.

"10 tahun kemudian, saya mendirikan Asosiasi Penerbang Layang-Layang (Eyup Kardes Ucurtmacilar Dernegi) pada tahun 1996. Kami merupakan lembaga non pemerintah. DUa tahu kemudian, saya mendirikan Relawan Klub Layang-Layang karena saya pernah ke sekolah memberikan materi soal layang-layang,"kenang Akoz.

Pada 1998, Akoz mengajukan petisi untuk Menteri Pendidikan Turki agar memasukan layang-layang dalam kurikulum pendidikan di sekolah. "Saya memberikan materi di sekolah pilot selama tujuh tahun, lalu menjelaskan bagaimana layang-layang dibuat, dan bagaimana sejarah pembuatan layang-layang,"kata Akoz.

 

 

Setelah Klub Relawan Layang-Layang didirikan, langkah Akoz selanjutnya adalah membangun Museum Layang-Layang di Istanbul pada 2005. Ïde ini muncul setelah tujuh tahun klub relawan layang-layang didirikan," kata dia. 

Akoz terinspirasi museum layang-layang di Jepang. Menurutnya, museum tersebut memiliki daya tarik yang luar biasa. "Kok bisa ada museum layang-layang,"kenang Akoz.

Mulailah Akoz merintis mendirikan museu tersebut dengan mengawali koleksi buatan sendiri. Koleksi bertambah dengan kedatangan koleksi dari 39 negara dengan 500 layang-layang. "Sekarang koleksinya mencapai 3.000-an,"kata dia.

Kini, museum yang didirikan Akoz menjadi salah satu dari 18 museum layang-layang di Dunia. Sebelum pandemi, lebih dari 200 pelajar mengunjungi museum. Kini jumlahnya menjadi 60 pelajar per hari.  Selama berada di museum, para pengujung akan melihat adanya sekolah pembuatan museum dan koleksi layang-layang dari berbagai negara. 

“Kami membahas asal usul layang-layang di Cina 500 tahun SM, bagaimana mereka menyebar di Timur Jauh, bagaimana mereka digunakan dalam perang, bagaimana mereka digunakan dalam urusan agama, bagaimana mereka mempengaruhi masyarakat. Pada abad ke-13 layang-layang tiba di Barat. Mereka adalah subjek eksplorasi ilmiah. Layang-layang adalah nenek moyang pesawat, drone. Muatan listrik sekitar petir ditemukan melalui layang-layang oleh Benjamin Franklin,” kata Akoz.

 

Akoz  pun memiliki saluran YouTube. Di channelnya, Akoz menerangkan bagaimana membuat layang-layang. 

 
Berita Terpopuler