Umar, Mualaf yang Ditangkap Karena Islamkan Ribuan Orang

Umar memeluk Islam pada 1980-an.

Onislam.net
Mualaf (ilustrasi)
Rep: Rossi Handayani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  NEW DELHI -- Selama sekitar satu pekan, saluran berita Televisi telah menayangkan acara terkait polisi Uttar Pradesh (UP) yang menangkap orang dengan dugaan "conversion racket" di New Delhi. Disebutkan jaringan ini tersebar di seluruh India.

Baca Juga

Polisi telah menangkap empat orang karena dugaan ini.  Sementara media arus utama mengklaim bahwa lebih dari 1.000 orang telah menjadi korbannya, sejauh ini tidak lebih dari dua keluarga yang menuduh anak mereka pindah agama secara paksa, keduanya siswa sekolah tunarungu di Noida.

Dilansir dari laman Newslaundry, tim redaksi pergi ke lapangan untuk mencari informasi lebih lanjut terkait hal ini. Di lantai empat sebuah bangunan di Rumah Batla Delhi, sebuah papan nama mengidentifikasi penghuninya, "Mohd Umar Gautam, Ketua, IDC (Islamic Da’wah Centre)".

BACA JUGA: Curhat Jokowi, Disebut Plonga-plongo Sampai Bapak Bipang

Seorang wanita menjawab bel pintu. "Kami tidak ingin berbicara dengan media. Kamu tidak menunjukkan kebenaran," kata dia.

Menurut Regu Anti Teroris polisi UP yang menangkapnya pada 20 Juni, Umar merupakan pemimpin "conversion racket". Dia ditangkap bersama dengan Mufti Kazi Jahangir Kasmi, seorang karyawan IDC.

 

Wanita itu merupakan istri Umar, Razia (51 tahun). Membutuhkan beberapa bujukan agar dia setuju untuk menceritakan kisah itu dari pihak keluarga. Razia telah menikah dengan Umar selama lebih dari 30 tahun. Mereka berdua berasal dari keluarga Rajput di distrik Fatehpur, UP.

"Suami saya adalah murid Lord Hanuman dan akan mengunjungi kuil setiap Selasa dan Sabtu," kenang Razia, menceritakan kisah perpindahan pasangan dari Hindu ke Islam pada 1980-an.   

"Kami sangat religius sehingga orang sering memanggil saya Poojita, yang berarti orang yang memuja. Seperti kebiasaan untuk keluarga Hindu di Uttar Pradesh, kami juga akan memilih 'Maghi Snan'. Pernikahan kami diatur ketika kami masih remaja," lanjut dia.

BACA JUGAPria Hindu Ini Tulis Kaligrafi Alquran di 200 Masjid India

Adapun Maghni Snan merupakan ritual tahunan 30 hari, dan melibatkan umat yang berenang di sungai Gangga.

Saat itu 1984. Umar sebelumnya bernama Shyam Pratap Singh Gautam dan belajar untuk gelar BSc di Universitas Govind Ballabh Pant, sekarang di Uttarakhand. Salah satu teman sekamarnya di universitas adalah seorang Muslim bernama Nasir Khan.

 "Nasir akan membawa suami saya bersepeda ke kuil setiap minggu. Suatu hari, Shyam bertanya mengapa dia begitu rajin menemaninya ke kuil.  Dia menjawab, 'Untuk menyenangkan Tuhanku. Agama saya mengajarkan saya untuk menjaga orang-orang yang haqooq saya'.  Kejadian inilah yang mengubah jalan hidup Shyam," ucap  Razia.

 

 

Dijelaskan, haqooq yang dimaksud yakni, orang-orang di lingkungan sosialnya yang diwajibkan oleh agamanya.

Shyam menghabiskan satu bulan membaca Alkitab, Gita dan Alquran, dan kemudian masuk Islam. Ia mengambil nama baru, Mohd Umar Gautam.

Sekitar tahun 90-an, Umar dan Razia pindah ke Delhi.  Selama lebih dari satu dekade, antara 1995 dan 2007, Umar bekerja di Ajmal & Sons. Menurut Razia, suaminya mengawasi sekolah yang dikelola Ajmal & Sons.

BACA JUGAIstri dan Anak Ali bin Abi Thalib dari Selain Fatimah RA

Pada 2008, Umar mendirikan lembaga amal Islamic Dakwah Center. "Beberapa inisiatif yang dilakukan IDC secara rutin antara lain membagikan selimut kepada yang membutuhkan dan memberikan sembako kepada masyarakat selama masa lockdown," kata Razia.

Perihal keterkaitan IDC dengan "conversion racket" yang dituduhkan polisi UP, dia menjawab, "Jika ada yang mendekati suami saya untuk menyatakan keinginan untuk masuk Islam, perannya adalah sebagai fasilitator yang akan membantu dengan dokumen," jelas Razia.

 

Dia melanjutkan, bahwa tidak ada yang ilegal tentang hal itu. Untuk meresmikan konversi agama, orang tersebut diminta untuk mengajukan pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh hakim sub-divisi.  Setelah ini selesai, IDC akan mengeluarkan sertifikat konversi yang ditandatangani Jahangir Kasmi kepada orang tersebut.

Sementara, dalam menolak tuduhan pendanaan ISI, Razia mengatakan IDC mendapat kontribusi dari teman, kerabat, dan simpatisan mereka, termasuk di luar negeri seperti Amerika Serikat dan Inggris.  Selain itu, IDC menerima sebagian Zakat.

BACA JUGAKetika Yahudi Memperkenalkan Riba pada Bangsa Arab

"Suami saya adalah seorang pria terkenal dan seorang ulama yang dihormati. Gara-gara kejadian ini seluruh keluarga saya jadi resah," kata Razia sambil mengusap air mata dengan jilbabnya.

"Anda dapat bertanya-tanya apakah kami telah mengubah seseorang dengan paksa. Ada pembantu rumah tangga kami dari Nepal, tanyakan padanya apakah kami pernah mencoba mempengaruhinya untuk mengubah agamanya," lanjutnya. 

Adapun Umar dan Razia memiliki dua putra dan seorang putri. Anak yang lebih tua merupaka  seorang insinyur di sebuah perusahaan IT dan yang lebih muda sedang mempersiapkan diri untuk MBA. Putri mereka, Fatima, adalah asisten profesor di sebuah universitas di Delhi.  

 

"Saya ingat dia pergi hari itu. Kami pikir karena semuanya transparan di pihak kami, itu akan baik-baik saja. Kalau tidak, kami akan memberi tahu pengacara dan pemimpin lokal," kata Fatima.

Fatima mengatakan, mereka memiliki catatan tentang semua konversi yang IDC bantu formalkan. "Kami dapat memproduksi klip video Muslim murtad yang memeluk Islam sendiri," katanya.

 BACA JUGACovid-19: Azab atau Musibah?

Dia mengatakan, keluarganya berencana meluncurkan kampanye online untuk menggalang dukungan bagi Umar.

 
Berita Terpopuler