Benarkah Bangsa Arab Berasal dari Keturunan Nabi Nuh?

Terdapat sejumlah riwayat tentang asal usul bangsa Arab

Pixabay
Terdapat sejumlah riwayat tentang asal usul bangsa Arab. Ilustrasi Padang Pasir
Rep: Hasanul Rizqa Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, Jazirah Arab memiliki luas sekira 3,1 juta km persegi. Semenanjung terluas di dunia ini berada di Asia bagian barat daya, yakni antara Afrika Timur Laut dan Anak Benua India. 

Baca Juga

Nyaris seluruhnya tertutupi padang pasir dan bukit-bukit batu. Gurun terluasnya adalah Rub' al- Khali, sedangkan puncak tertingginya berada di Jabal as-Sarat. Tidak ada satu pun sungai mengaliri lembah-lembah di jazirah ini. Sebagai sumber air, pen duduk lokal mengandalkan oasis atau turunnya hujan. 

Jan Resto dalam The Arabs in Antiquity (2002) menjelaskan, berdasarkan kajian arkeologis, penggunaan kata Arab yang paling awal terdokumentasi ialah pada artefak tablet tanah liat (cuneiform) dari abad kesembilan sebelum Masehi (SM). Cuneiform yang ditulis dalam bahasa Akkadia tersebut menceritakan penaklukan Asiria atas Aram, sebuah suku bangsa berbahasa Semit Kuno di Suriah. 

Dalam artefak yang sama, disebutkan bahwa salah satu sekutu Aram ialah Suku Badui yang menghuni Jazirah Arabia di bawah pemerintahan Raja Gindibu. Merekalah yang disebut sebagai orangorang ar-ba-a-a dalam dokumentasi ini. Raja Asiria, Shalmaneser III, diketahui mengambil seribu ekor unta dari masyarakat tersebut sebagai rampasan perang. 

KH Moenawar Chalil dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW (2001) mengatakan, sejarah orang-orang Arab dapat ditelusuri hingga zaman Nabi Nuh AS. Salah seorang rasul Ulul Azmi itu memiliki tiga putra, yaitu Sam, Yafits, dan Ham.

Masing-masing menurunkan bangsa-bangsa dengan warna kulit tersendiri. Bangsa Arab, lanjut Chalil, termasuk golongan bangsa Semit, yakni berasal dari keturunan Sam yang darinya diambil nama Semit. Kebanyakan ahli riwayat meyakini, tempat lahirnya keturunan Sam bin Nuh yang pertama kali ialah lembah Sungai Eufrat dan Tigris, Irak.

Dari sana, di antara mereka ada yang bermigrasi ke banyak daerah sekitar. Sebab, kawasan Irak tak lagi bisa menampung seluruhnya. Akhirnya, terlahirlah bangsa Asiria dan Babilon di Irak, Fenisia, dan Aram di Suriah, 'Ibri di Palestina, Habsyi di Etiopia, serta Arab di Jazirah Arab.

Orang-orang Arab mendapatkan tempat di daerah luas dengan kondisi tanah yang berbukit-bukit, beriklim gurun, serta jarang dialiri sumber air yang melimpah. Karena itu, karakteristiknya menjadi nomaden. Mereka suka berpindah-pindah tempat tinggal ke lokasi mana saja yang sesuai untuk keperluan hidup sehari-hari dan hewan ternaknya.

Menurut Chalil, itulah sebabnya orang-orang tersebut dinamakan Arab. Perkataan arab sama artinya dengan rahlah, yakni 'mengembara'. Bangsa Arab dinamakan demikian karena mereka termasuk bangsa pengembara.

Sam bin Nuh mempunyai putra bernama Iram. Darinya, lahirlah banyak keturunan yang bermuara pada sembilan bangsa. Mereka adalah Ad, Tsamud, Amim, Amil, Thasam, Jadis, Imliq, Jurhum Ula, dan Wabaar.

Dari semua itu, beberapa menjadi masyhur. Misalnya, kaum Ad dan Tsamud. Untuk yang pertama, Allah SWT mengutus Nabi Hud, sedangkan Nabi Shalih diutus kepada kaum Tsamud. Alquran surat Al Haqqah ayat 4-6 menuturkan nasib keduanya yang sama-sama dimusnahkan oleh Allah karena mereka mendustakan rasul-rasul yang sampai kepadanya. 

Chalil menerangkan, generasi Arab yang muncul...

Chalil menerangkan, generasi Arab yang muncul setelah era sembilan suku para anak Iram bin Sam ialah Arab al-Muta'aribah. Nasabnya diyakini sampai kepada Qahthan bin Nabi Hud, yang memiliki sejumlah putra.

Ya'rib bin Qahthan me nguasai Arab selatan atau Yaman. Jurhum bin Qahthan memegang kendali atas daerah Hijaz. Negeri Syihr dikuasai 'Aad bin Qahthan, sedangkan Arab tenggara kepada Oman bin Qahthan.

Ya'rib memiliki cicit bernama Abdu Syamsin. Gelarnya adalah Saba karena kemahirannya dalam memenangkan banyak pertempuran. Keturunannya kemudian mendirikan sebuah kerajaan besar di Yaman dengan mengambil namanya. Bahkan, Alquran mengabadikan nama negeri tersebut dalam surat ke-34.

Dari seluruh Jazirah Arab, bagian selatanlah yang paling subur. Ma'rib menjadi kota terbesar di Yaman. Kota itu terkenal akan bendungannya yang canggih pada masa itu. Kemakmuran Negeri Saba dijelaskan Allah dalam surat Saba ayat 15. 

Di sisi barat Bendungan Ma'rib, terdapat area yang luas tempat pepohonan menghasilkan berbagai ma cam buah-buahan. Adapun di sisi timurnya, terbentang kebun sayur-mayur aneka jenisnya. Daya tampung bendungan itu juga mengagumkan. Air yang ditampungnya dapat mencukupi kebutuhan masyarakat setempat selama beberapa musim kemarau panjang. 

Akan tetapi, penduduk Saba berubah haluan. Tidak seperti sebelumnya, mereka lama-kelamaan mulai meninggalkan agama tauhid. Allah SWT menjatuhkan azab-Nya kepada orang-orang kafir setempat. Bendungan Ma'rib jebol. Banjir besar seketika melanda nyaris seluruh kawasan Yaman, termasuk lahan-lahan pertanian yang selama ini dibanggakan warga Saba. Malapetaka ini oleh kalangan sejarawan disebut sebagai Banjir Arim.

Kejadian banjir tersebut menelan banyak nyawa dan harta. Sebagian penduduk Arab al-Muta'aribah yang selamat di Yaman lalu hijrah ke arah utara. Ada yang sampai ke Syam, Irak, serta negeri-negeri lain yang berdekatan. Dan, ada pula yang ikut merintis terbentuknya peradaban baru di Bakkah (Makkah), tempat Baitullah Ka'bah berada.

Dikatakan ikut, karena perintis sesungguhnya adalah Sang Khalilullah Nabi Ibrahim AS beserta istrinya, Siti Hajar, dan putranya, Nabi Ismail AS.  Banjir Arim menjadi tonggak berakhirnya fase generasi Arab al-Muta'aribah. Sesudahnya, menurut Chalil, lahirlah generasi Arab al-Musta'rabah atau Arab Ismailiyah.    

 
Berita Terpopuler