Serangan Islamofobia Jadi Makanan Muslim di Skotlandia

Serangan islamofobia paling banyak dialami oleh Muslimah.

Youtube
Serangan Islamofobia Jadi Makanan Muslim di Skotlandia. Masjid di Skotlandia
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, EDINBURGH -- Kelompok Lintas Partai (CPG) Parlemen Skotlandia melakukan penyelidikan publik pertama terhadap islamofobia di Skotlandia dan mengumpulkan 447 tanggapan. Laporan menyebutkan empat dari lima Muslim di Skotlandia secara langsung mengalami serangan islamofobia.

Baca Juga

Sebanyak 83 persen responden Muslim mengatakan mereka mengalami Islamofobia secara langsung dan paling banyak dialami oleh Muslimah. Penyelidikan juga menemukan islamofobia menjadi masalah sehari-hari di masyarakat Skotlandia dengan 78 persen percaya itu semakin buruk.

Orang-orang memperingatkan serangan verbal dan fisik meningkat, terutama di transportasi umum. Insiden tersebut banyak juga terjadi di ruang publik seperti toko atau restoran dan angkutan umum, lalu di tempat kerja dan tempat pendidikan.

Hanya di bawah sepertiga (31 persen) mengatakan mereka pernah mengalami islamofobia di tempat kerja, 18 persen di sekolah, dan 13 persen di perguruan tinggi atau universitas. Laporan tersebut telah membuat serangkaian rekomendasi, termasuk Pemerintah Skotlandia harus bekerja mengadopsi definisi formal islamofobia untuk mempromosikan pemahaman. Hal ini untuk mendorong pelaporan dan untuk menunjukkan komitmen mengatasinya.

Laporan juga menyerukan untuk secara proaktif mengadopsi pendekatan untuk merekrut lebih banyak petugas polisi dari komunitas Skotlandia yang beragam, mengintegrasikan pemahaman tentang islamofobia ke dalam komponen wajib kurikulum pendidikan Skotlandia, dan pendidikan pelatihan guru. Selain itu, mendanai dan mendukung inisiatif yang mendidik orang Skotlandia tentang kerusakan yang dilakukan islamofobia terhadap masyarakat.

 

 

Ketua CPG dan pemimpin Buruh Skotlandia Anas Sarwar mengatakan bangga menjadi negara yang disambut dan toleran, tetapi jelas berapa banyak lagi pekerjaan yang harus dilakukan. "Ada orang-orang di Skotlandia yang merasa takut untuk meninggalkan rumah mereka karena takut akan serangan fisik secara verbal, menarik diri dari layanan publik dengan konsekuensi yang menghancurkan pada kesehatan dan pendidikan mereka dan merasa mereka adalah orang luar di negara mereka sendiri," kata Sarwar.

"Ini seharusnya membuat kita semua malu. Jelas bagi saya kita harus melipatgandakan upaya untuk menantang dan mengatasi kebencian dan prasangka. Ini membutuhkan politisi untuk bersatu dalam basis lintas partai, karena perang melawan kebencian adalah perjuangan kita semua," katanya.

Laporan tersebut ditulis oleh Profesor Peter Hopkins dari Universitas Newcastle, yang telah meneliti isu-isu rasialisme dan islamofobia di Skotlandia selama 20 tahun. Menurutnya, bukti yang diajukan untuk penyelidikan ini memperjelas bahwa Skotlandia memiliki serangkaian masalah yang sangat serius untuk ditangani sehubungan dengan islamofobia dan rasialisme sehari-hari.

“Islamofobia menembus semua domain masyarakat Skotlandia, tidak hanya terbatas pada satu konteks. Ini mengancam pendidikan, membatasi prospek pekerjaan, dan berdampak pada masalah sehari-hari termasuk kesehatan, kesejahteraan, dan perumahan. Sudah waktunya mengatasi masalah islamofobia Skotlandia daripada menyangkal keberadaannya," ujarnya.

Akhir tahun ini, ia akan melaporkan kemajuan Rencana Aksi Mengatasi Prasangka dan Membangun Komunitas Terhubung, yang diterbitkan pada 2017 dan termasuk tindakan untuk meningkatkan kesadaran akan kejahatan rasial dan mendorong pelaporan. "Kami akan mengembangkan strategi kejahatan rasial baru akhir tahun ini dengan berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan. Sebagai bagian dari ini, kami akan mempertimbangkan perlunya mendefinisikan Islamofobia, termasuk pertimbangan definisi Kelompok Parlemen Seluruh Partai Inggris," ujarnya.

 
Berita Terpopuler