Guatemala Minta Rusia Kembalikan Uang Pembayaran Sputnik V

Rusia baru mengirimkan 150 ribu dari 8 juta dosis Sputnik V ke Guatemala.

EPA
Dosis vaksin Sputnik V yang dikembangkan Rusia. Guatemala memesan delapan juta dosis Sputnik V, namun baru 150 ribu dosis yang dikirimkan.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, GUATEMALA CITY -- Menteri Kesehatan Guatemala Amelia Flores mengatakan bahwa pemerintahannya telah meminta Rusia agar mengembalikan uang pembayaran vaksin Covid-19 Sputnik V. Keputusan itu diambil lantaran vaksin buatan Rusia itu tak kunjung datang.

Baca Juga

Pemerintah Presiden Alejandro Giammattei telah membayar sekitar 80 juta dolar AS (sekitar Rp 1,16 triliun) pada awal April untuk mendapatkan delapan juta dosis vaksin. Hingga kini, pihaknya baru menerima 150 ribu dosis, menurut pemerintah, dikutip dari Reuters pada Selasa (29/6).

Kondisi itu terjadi saat infeksi Covid-19 di negara Amerika Tengah tersebut mencapai puncaknya. Flores mengatakan, Guatemala memberi Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), penanggung jawab pemasaran vaksin di luar negeri, 20 hari untuk mengirim dosis yang dijanjikan.

Juru bicara RDIF menyebutkan, pasokan vaksin tambahan akan segera tiba di Guatemala.

"Pesawat lain pengangkut vaksin Sputnik V direncanakan tiba di Guatemala pekan ini, dengan pesawat berikutnya tiba awal pekan depan untuk tetap memenuhi kewajiban dalam kontrak," kata direktur proyek khusus RDIF, Gleb Bryanski, melalui pernyataan.

Presiden Rusia Vladimir Putin membanggakan vaksin Sputnik V-nya. Pada Maret, Putin mengatakan bahwa negara itu telah menandatangani kontrak produksi ratusan juta dosis vaksin untuk luar negeri.

Akan tetapi, Rusia baru memproduksi sebagian kecilnya. Hasil produksi mereka jauh lebih rendah dibanding dengan yang diproduksi Pfizer dan AstraZeneca setiap bulannya.

 
Berita Terpopuler