Pemerintah Ungkap Tiga Kandidat Vaksin Anak Selain Sinovac

Selain Sinovac, vaksin Pfizer paling mungkin digunakan untuk vaksinasi anak.

Republika/Putra M. Akbar
Pemerintah sudah mencanangkan kebijakan vaksinasi bagi anak usia 12 tahun ke atas. Rencananya vaksinasi anak, salah satunya, akan menggunakan vaksin Sinovac.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Rr Laeny Sulistyawati, Fauziah Mursid, Mabruroh

Rencana pemerintah memvaksinasi Covid-19 ke anak-anak usia 12 tahun ke atas sudah digulirkan. Vaksinasi anak akan dilakukan dengan menggunakan jenis vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh PT Bio Farma dari bulk vaksin buatan Sinovac.

Pemerintah namun mempertimbangkan penggunaan merek vaksin selain Sinovac bagi anak. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, selain Sinovac, terdapat tiga jenis kandidat vaksin Covid-19 lainnya yang dapat digunakan untuk anak-anak. Yakni vaksin dari Pfizer, Johnson and Johnson, serta Sputnik.

“Pfizer, Johnson and Johnson, dan Sputnik. Ini potensi, tapi kan Pfizer yang mungkin bisa kita gunakan. Ini Bio Farma belum ajukan karena kan belum ada,” jelas dia.

BPOM telah menerbitkan izin penggunaan darurat atau EUA untuk melakukan vaksinasi kepada anak-anak usia 12-17 tahun menggunakan vaksin Sinovac. Sedangkan untuk vaksin Pfizer asal perusahaan farmasi Amerika Serikat, pemerintah telah memiliki komitmen untuk mendatangkan total 50 juta dosis secara bertahap mulai Agustus 2021 nanti.

Vaksin ini didatangkan untuk mempercepat pelaksanaan program vaksinasi nasional. Dalam pelaksanaan program vaksinasi nasional, pemerintah menggunakan empat jenis merk vaksin yang ditetapkan yakni vaksin Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, dan juga Novavax.

Saat ini upaya vaksinasi untuk anak masih dalam tahap pematangan kebijakan. “Masih dimatangkan teknis pelaksanaannya. Segera mungkin (dimulai),” kata Nadia.

Wakil Ketua KPAI, Rita Pranawati, menjelaskan, vaksinasi Covud-19 merupakan upaya untuk menurunkan infeksi dan mengakhiri pandemi melalui vaksin yaitu melalui anak umur 12-17 tahun. Ia mengakui adanya izin BPOM tentu ini jadi bagian yang penting sebagai upaya melindungi anak Indonesia.

"Karena yang terinfeksi Covid-19 sampai usia 18 tahun kan lumayan. Saya kira semua pihak harus menyukseskan, baik tenaga kesehatan, orang tua, masyarakat harus mendukung untuk mengurangi pandemi," katanya saat dihubungi Republika, Selasa (29/6).

Ia menambahkan, kesehatan adalah hal yang luar biasa penting dan jadi hak semua anak. Jadi, ia meminta anak usia 12 hingga 18 tahun di Indonesia berada harus mendapatkan vaksin ini. Untuk mendukung kesuksesan program vaksinasi anak, Rita meminta pendataan anak dilakukan menyeluruh agar semua anak di kelompok usia tersebut bisa divaksin. Menurutnya, pendataan bisa berbasis tempat tinggal maupun berbasis sekolah.

"Ini jadi hal yang penting. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah anak usia 0 hingga 17 tahun sebanyak 84,75 juta jiwa," ujarnya.

Ia juga meminta pemerintah harus melakukan kampanye yang baik sehingga cakupan imunisasi Covid-19 tercapai.  Edukasi penting agar keluarga dan terutama nyaman saat divaksinasi, anak juga jadi tahu tujuan dia divaksin sehingga tidak ada penolakan.

Terakhir Rita meminta supaya vaksinasi anak dibedakan lokasinya dengan dewasa. Tujuannya agar anak lebih nyaman.






Baca Juga

Bukan hanya anak yang akan segera divaksinasi, ibu hamil juga telah dinyatakan akan masuk dalam program vaksinasi Covid-19. Wakil Presiden Ma'ruf Amin mendukung rekomendasi pemberian vaksinasi untuk ibu hamil. Pernyataan Wapdes itu dikeluarkan setelah adanya rekomendasi dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) untuk pemberian vaksin kepada ibu hamil, terutama ibu hamil beresiko tinggi.

"Saya menyambut baik dimulainya program vaksinasi bagi ibu hamil dan ibu menyusui," ungkap Wapres di acara Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) ke-28 Tahun 2021, serta peluncuran vaksinasi bagi ibu hamil, menyusui dan anak usia 12-18 tahun, Selasa (29/6).

Wapres menilai program vaksinasi kepada ibu hamil dan ibu menyusui penting karena masuk kategori kelompok sasaran lebih rentan terhadap pandemi Covid-19. Apalagi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) kata Ma'ruf, telah memberikan rekomendasi pemberian vaksin kepada ibu hamil. Terutama ibu hamil beresiko tinggi yaitu usia di atas 35 tahun, memiliki BMI di atas 40, dengan komorbid diabetes dan hipertensi, serta tenaga kesehatan yang sedang hamil.

"Walaupun untuk vaksinasi ibu hamil ini masih menunggu rekomendasi dari BPOM," kata Wapres.

Karenanya, Wapres mengatakan, untuk ibu hamil dengan resiko rendah, vaksinasi Covid-19 dapat dilakukan setelah berkonsutasi dengan dokter masing-masing dan bersedia atas pilihannya sendiri. Menteri Kesehatan kata Wapres, juga menegaskan, vaksinasi Covid-19 dapat diberikan kepada Ibu hamil dengan pengawalan oleh dokter baik sebelum maupun sesudah menerima vaksin.

"POGI juga menyampaikan, penundaan kehamilan tidak disarankan pada ibu yang telah mendapatkan vaksinasi Covid-19 secara lengkap, vaksinasi tidak berpengaruh pada infertilitas," kata Wapres.

Wapres mengatakan, upaya ini merupakan bagian untuk menggenjot pelaksanaan vaksinasi agar sasaran sebesar 1-2 juta vaksinasi per hari dapat tercapai. Sehingga tercipta kekebalan komunitas bisa tercapai.

Wapres juga menilai tepat dimulainya program vaksinasi bagi anak usia 12-17 tahun sebagai kelompok sasaran yang lebih rentan terhadap pandemi Covid-19. Wapres mengatakan, ini karena angka rata-rata kematian masyarakat kategori usia tersebut cukup tinggi.

"Keputusan ini sangat tepat mengingat mortalitas penderita Covid-19 usia 10-18 cukup tinggi yaitu 30 persen," ujar Wapres.

Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, berharap vaksinasi anak bisa menekan bahkan menghentikan penyebaran Covid-19 di Indonesia. Senator asal Jawa Timur itu mengatakan, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut jika kasus Covid-19 di kalangan anak-anak cukup tinggi, mencapai 12,5 persen.

“Artinya 1 dari 8 kasus terkonfirmasi itu adalah anak. Bahkan dilaporkan juga, angka kematian Covid-19 pada anak mencapai 30 persen untuk usia 10-18 tahun. Untuk itu memang diperlukan upaya perlindungan lebih untuk anak-anak kita yang merupakan generasi  penerus bangsa,” tuturnya.

Meski begitu, LaNyalla meminta agar keamanan anak diperhatikan dalam pemberian vaksin ini. Apalagi, pemerintah belum menginformasikan bagaimana metode pemberian vaksin bagi anak.

“Saya berpesan agar distribusi vaksin betul-betul memperhatikan keamanan dan kenyamanan bagi anak. Walaupun vaksin ini baru bisa untuk remaja, kita berharap agar dalam waktu dekat sudah bisa ditemukan vaksin yang aman bagi bayi, balita hingga usia 5-11 tahun,” jelasnya.

Menurut mantan Ketua Umum PSSI tersebut, pemberian vaksin untuk anak bisa menunjang sekolah tatap muka yang rencananya dimulai Juli mendatang. Untuk itu, ia berharap agar pelaksanaan vaksin bagi anak bisa dipercepat.

“Karena kita tahu kurangnya penerapan protokol kesehatan menjadi salah satu penyebab utama anak-anak saat ini lebih mudah terpapar Covid-19. Maka pemberian vaksin bisa lebih menjamin saat sekolah tatap muka diberlakukan, meski saya berharap agar sekolah tatap muka ditunda dulu hingga lonjakan kasus corona mereda,” jelasnya.

Selain Sinovac, pemerintah rencananya akan menggunakan vaksin Pfizer sebagai vaksin untuk anak. Menanggapi hal ini, LaNyalla berpendapat, agar apapun jenis vaksinnya, harus dilakukan uji klinis terlebih dahulu agar bisa dipastikan keamanannya bagi anak-anak.

Infografis anak-anak segera bisa divaksin Covid-19 - (Republika)







 
Berita Terpopuler