Kekebalan dari Vaksin Moderna-Pfizer Bertahan Seumur Hidup

Studi mengungkap dosis penguat tidak dibutuhkan bagi penerima vaksin Pfizer-Moderna.

AP/Marijan Murat/DPA
Vaksin Covid-19 Moderna. Studi yang diterbitkan di jurnal Nature tersebut menyatakan, perlindungan terhadap virus yang dipicu oleh vaksin Moderna dan Pfizer bisa bertahan seumur hidup pada orang yang pernah positif Covid-19.
Rep: Haura Hafizhah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin yang dikembangkan Pfizer dan Moderna diyakini dapat meningkatkan respons kekebalan selama bertahun-tahun terhadap virus penyebab Covid-19. Ini artinya, dosis penguat (booster) untuk kedua vaksin berbasis mRNA itu tidak diperlukan dalam waktu dekat.

Dilansir US News pada Selasa (29/6), studi yang diterbitkan di jurnal Nature tersebut menyatakan, perlindungan terhadap virus yang dipicu oleh vaksin bisa bertahan lama. Hanya saja, studi ini tidak mencermati vaksin produksi perusahaan farmasi lain, misalnya AstraZeneca atau Johnson & Johnson.

Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian University of Oxford. Peneliti di Inggris menyimpulkan dua dosis vaksin Pfizer dan Moderna cukup efektif untuk membangun kekebalan.

"Ini pertanda baik untuk seberapa lama kekebalan yang dipicu vaksin bisa bertahan," kata Ali Ellebedy, ahli imunologi di Washington University di St Louis, Amerika Serikat, dikutip dari The Sun, Selasa (29/6).

Ellebedy menemukan bahwa penyintas Covid-19 memiliki sel kekebalan yang mengenali virus yang bersemayam pada sumsum tulang hingga delapan bulan setelah infeksi. Sementara itu, penelitian lebih lanjut juga menunjukkan bahwa sel memori B mampu menguat setahun setelah infeksi.

Berdasarkan temuan ini, para peneliti menyimpulkan bahwa kekebalan dapat bertahan seumur hidup pada orang yang tertular virus SARS-CoV-2 lalu kemudian menerima vaksin Pfizer atau Moderna. Di lain sisi, belum jelas apakah orang yang divaksinasi dan sebelumnya tidak pernah positif Covid-19 akan memiliki proteksi yang sama.

Baca Juga

Ellebedy menjelaskan, pusat germinal di kelenjar getah bening peserta penelitian sangat aktif hampir empat bulan setelah dosis pertama vaksin. Biasanya, pusat germinal mencapai puncak satu sampai dua pekan pascavaksinasi lalu berkurang.

Hal tersebut, menurut Ellebedy, menunjukkan kalau orang yang divaksinasi lengkap dapat memiliki perlindungan jangka panjang. Pusat germinal adalah kunci untuk respons imun yang gigih dan protektif.

Vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer. - (AP/Vincent Thian)


Ellebedy juga menemukan vaksinasi memicu tingkat antibodi penetralisir yang tinggi yang efektif melawan tiga varian virus, termasuk varian Beta dari Afrika Selatan yang telah menunjukkan beberapa resistensi terhadap vaksin. Sementara, vaksin tampaknya bekerja melawan varian yang beredar, ada kemungkinan kalau mutasi lebih lanjut pada masa depan dapat mengurangi kemanjuran vaksin.

Kekebalan yang disebabkan oleh suntikan mRNA secara hipotetis dapat bertahan seumur hidup tanpa adanya varian yang resistan terhadap vaksin. Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengatakan tidak ada data yang saat ini mendukung rekomendasi untuk suntikan dosis penguat vaksin Covid-19.  

Rekomendasi untuk suntikan booster kemungkinan hanya dibutuhkan setelah ada bukti menurunnya perlindungan terhadap Covid-19. Misalnya, ada penurunan efektivitas vaksin atau terdeteksinya "varian yang memunculkan kekhawatiran" yang secara substansial dapat berdampak pada perlindungan vaksin.

 
Berita Terpopuler