Positif Covid-19 Setelah Divaksinasi? Ini Faktanya

Orang masih mungkin positif Covid-19 meski telah mendapatkan vaksin lengkap.

Antara/Galih Pradipta
Warga antre mengikuti vaksinasi Covid-19 massal di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (26/6/2021). Vaksin bisa menjadi alat untuk menurunkan risiko keterpaparan virus serta mengurangi tingkat keparahan gejala jika terpapar.
Rep: Puti Almas Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksinasi untuk mencegah Covid-19 telah dilakukan di banyak negara seluruh dunia. Ini merupakan langkah yang diyakini dapat mengurangi dampak pandemi yang terjadi selama hampir dua tahun terakhir.

Di Amerika Serikat (AS), vaksinasi Covid-19 secara lengkap telah diberikan kepada 151 juta orang atau 45,9 persen populasi di negara itu. Meski demikian, tak sedikit yang mungkin tetap terinfeksi virus setelah mendapatkan vaksin, karena sejak awal tidak ada vaksin yang memiliki efektivitas hingga 100 persen.

Yang jelas, vaksin bisa menjadi alat untuk menurunkan risiko keterpaparan virus serta mengurangi tingkat keparahan gejala jika terpapar. Vaksin juga bekerja secara berbeda-beda pada setiap orang.

Salah satu warga Amerika bernama Kevin mengatakan bahwa dirinya terinfeksi virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) setelah mendapatkan vaksinasi secara lengkap pada Maret. Namun, ia merasa bahwa gejala yang dialami cukup ringan.

"Pada akhirnya, vaksinasi tetap berhasil. Saya tidak sakit seperti orang yang terkena Covid-19 sebelum vaksinasi tersedia," ujar Kevin, dikutip dari Indian Express (28/6).

Para ahli mengatakan, risiko orang yang divaksinasi Covid-19 dan kemudian terinfeksi virus sebenarnya rendah. Namun, itu masih bisa terjadi dan ada beberapa hal yang perlu diketahui.

Baca Juga

Kasus-kasus yang jarang terjadi seperti yang dialami Kevin disebut sebagai infeksi terobosan. Pada 30 April, ada lebih dari 10 ribu kasus ini yang dilaporkan di 46 negara bagian Amerika.

Jika mengalami kondisi demikian, orang harus melakukan isolasi selama setidaknya 10 hari. Eric Cioe-Peña, Direktur Kesehatan Global di Northwell Health di New Hyde Park di New York, mengatakan bahwa pedoman itu tidak jauh berbeda dengan pedoman bagi seseorang yang dites positif sebelum vaksin tersedia.

"Anda masih harus diisolasi dan membantu pelacakan kontak serta menjalani tes Covid-19," jelas Cioe-Peña.

Hal tersebut penting dilakukan karena orang yang positif Covid-19, bahkan tanpa gejala sekalipun, dapat menularkan virus kepada lainnya. Secara khusus, penularan lebih rentan terhadap orang yang belum divaksinasi, termasuk anak-anak di bawah usia 12 tahun.

Virus corona jenis baru menyebar di antara orang-orang yang melakukan kontak dekat melalui droplet pernapasan yang dihasilkan ketika seseorang berbicara, batuk, maupun bersin. Meski demikian, Cioe-Peña mengatakan, tingkat virus di hidung dan droplet tidak begitu menular pada orang yang telah divaksinasi.

Terlepas dari itu, tetap lakukan isolasi secara ketat. Jangan pernah menggunakan barang bersama dengan orang lain. Itu artinya, jika melakukan karantina di rumah, sediakan peralatan seperti gelas, piring, dan handuk sendiri.

Cioe-Peña mengatakan, orang yang terinfeksi setelah divaksinasi Covid-19 mungkin memiliki gejala ringan atau tidak menunjukkan gejala sama sekali. Di era setelah vaksin, dites Covid-19, menurutnya, jauh lebih tidak menakutkan.

Biasanya, gejala yang paling serius ialah hidung tersumbat dan nyeri tubuh ringan. Sunil Sood, spesialis penyakit menular pediatrik di South Shore University Hospital di Bay Shore di New York mengatakan, rasanya akan seperti flu ringan.

Di lain sisi, infeksi SARS-CoV-2 mungkin dapat terasa berbeda pada individu dengan sistem kekebalan lemah yang telah divaksinasi. Termasuk di antaranya orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang dengan kondisi medis tertentu atau mereka yang menggunakan obat tertentu.

Studi baru di Inggris menunjukkan, peluang orang terkena Covid-19 setelah divaksinasi turun tajam 21 hari setelah dosis pertama. Orang yang terinfeksi setelah vaksinasi juga lebih kecil kemungkinannya memiliki gejala dibandingkan mereka yang dites positif Covid-19 dan belum divaksinasi.

Temuan yang dirilis oleh Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS), didasarkan pada sampel orang dewasa yang telah menerima vaksin virus corona hingga 31 Mei. Dilansir New Scientist, Jumat (18/6), para peneliti mengindikasikan bahwa risiko infeksi awalnya meningkat setelah dosis pertama memuncak pada sekitar 16 hari.

Setelah itu, menurut peneliti, penurunan risiko terkena Covid-19 tampak kuat hingga sekitar satu bulan setelah dosis pertama. Risiko kemudian menurun perlahan tapi pasti. Namun, tingkat infeksi pascavaksinasi cenderung sangat rendah.

Menurut ONS, mereka tanpa sadar telah terinfeksi sebelum disuntik vaksin Covid-19. Kemungkinan lainnya, mereka terpapar virus di pusat vaksinasi.

 
Berita Terpopuler