Demonstran Palestina Tuntut Penggulingan Rezim Abbas

Ribuan warga Palestina protes atas kematian kritikus vokal pemerintahan Abbas.

AP/Nasser Nasser
Demonstran yang marah membakar, memblokir jalan-jalan di pusat kota dan bentrok dengan polisi anti huru hara menyusul kematian Nizar Banat, seorang kritikus vokal dari Otoritas Palestina, di kota Ramallah Tepi Barat, Kamis, 24 Juni 2021.
Rep: Dwina Agustin Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Ribuan warga Palestina di kota Hebron Tepi Barat  menghadiri pemakaman Nizar Banat, seorang kritikus vokal dari Otoritas Palestina (PA), pada Jumat (25/6). Dia meninggal dalam tahanan pasukan PA sehari sebelumnya.

Para pelayat melakukan perjalanan dari seluruh Tepi Barat yang diduduki untuk menghadiri salat jenazah untuk Banat di Masjid Wasaya al-Rasool di Hebron. Mereka kemudian berbaris melalui jalan-jalan bersama keluarga dan teman-temannya sebelum dia dimakamkan. Pemakaman dimulai dengan pemindahan jenazah ke rumah keluarganya untuk perpisahan terakhir.

"Orang-orang di sini sangat marah pada Otoritas Palestina. Mereka menyerukan kejatuhan rezim, dan mengatakan mereka berada di bawah pendudukan ganda. Mereka menuduh PA bergandengan tangan dengan Israel," kata Stefanie Dekker dari Aljazirah, berbicara dari Hebron.

Desakan itu termasuk seruan agar Presiden PA Mahmoud Abbas mengundurkan diri. Abbas yang telah menjadi presiden sejak 2005 secara teknis menyelesaikan mandatnya pada 2009, tetapi terus memerintah tanpa adanya pemilihan baru.

Banat berada di tempat tidur di rumahnya di Dura di Hebron selatan, ketika puluhan petugas PA masuk ke dalam rumahnya. Menurut keluarganya, Banat  pun kemudian dipukuli pada dini hari Kamis pagi. Dia diseret sambil berteriak dan dia dipukuli di kepala dengan tongkat dan potongan logam.

Setelah melakukan autopsi, sebuah kelompok hak asasi Palestina mengatakan, Banat menerima pukulan di kepala, menambahkan luka-luka itu menunjukkan kematian yang tidak wajar. Sejak kematian Banat, orang-orang Palestina telah secara luas membagikan tulisan dan video menunjukkan kerumunan besar pelayat memprotes PA setelah pemakaman Banat.

Baca Juga

Orang-orang bersenjata yang hadir bersumpah untuk membalas kematian Banat dari pihak yang terlibat. Banyak yang meneriakkan "pergi, tinggalkan Abbas" dan "rakyat menginginkan penggulingan rezim" saat kemarahan terus meningkat terhadap PA.

Ratusan jemaah yang menghadiri salat Jumat di kompleks Masjid Al-Aqsa juga memprotes pembunuhan Banat. Sebuah pernyataan oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) mengatakan, penyelidikan atas kematian Banat akan transparan dan tidak memihak. Hasil penyelidikan akan diumumkan pada kesempatan paling awal.

Banat adalah seorang pendukung kebebasan berbicara dan kritikus yang blak-blakan terhadap dugaan korupsi dan koordinasi keamanan PA dengan militer Israel. Dia dikenal karena memposting pandangannya di media sosial, dengan lebih dari 100.000 orang mengikuti halaman Facebook-nya.

Banat berniat mencalonkan diri dalam pemilihan parlemen sebelum dibatalkan awal tahun ini. Dalam pemilihan itu, dia berkampanye sebagai kandidat di partai daftar Kebebasan dan Martabat. Dwina Agustin


 
Berita Terpopuler